/story/32177/chapter-1/toc
Chapter 1 | Penana
arrow_back
Chapter 1
more_vert share bookmark_border file_download
info_outline
format_color_text
toc
exposure_plus_1
搜尋故事、作者及社群
繼續閱讀全部清除
別人在看刷新
X
開啟推送通知以獲得 Penana 上的最新動態!
G
Chapter 1
Din
簡介 目錄 留言 (0)

Biodata


            Hallo kawan, namaku Jamaluddin, nama yang hanya menggunakan 1 kalimat. Begitulah namaku tanpa ada tambahan apapun seperti pada nama – nama umumnya, jika kalian tanya kenapa namaku simple akan saya jelaskan tapi yang lebih paham soal namaku adalah ibuku. Dia bilang waktu aku masih kecil namaku Jamaluddin Abdur Razaq begitulah nama pertamaku nama dari pemberian seorang Kyai yang cukup ternama di daerah kelahiranku. Tapi nama tersebut tidak bertahan lama, entah mengapa aku sering sakit jika menggunakan nama itu katanya ibuku sih keberatan nama. Entahlah apa yang dipikirkan orang jaman dulu nama kok bisa berat, dikira rindu apa.

Setelah itu demi kebaikan bersama namaku pun diganti Jamaluddin, sederhana banget tapi memiliki arti. Percaya gak percaya setelah aku ganti nama Jamaluddin aku menjadi jarang sakit, ini beneran loh gok bohong suer deh sumpah demi apapun, saya merasakannya sendiri. Entah siapa yang sakti apakah aku atau Kyai yang telah memberi nama baru padaku, tapi menurutku semua itu hanya sebuah kebetulan saja.

            21 November 1997, aku pertama kali melihat bumi waktu itu kota Mangga dan Anggur yang menjadi tempat kunjungan pertamaku. proses kelahiranku tidak mudah butuh berjam – jam agar aku bisa hidup dibumi. Aku tak tau persis kejadianya gimana, tapi yang aku tau

disaat itulah aku pertama kali menangis, 21 tahun telah berlalu dan yang teringat sampai saat ini saat kelahiranku bahwa yang melahirkanku adalah ibukku.



Awal Kisahku


            Masa pertama, masa dimana aku menjadi seorang raja. Umur 0-5 tahun dimana waktu, barang, seseorang, dan semua menjadi milikku. Hanya perlu menangis dan semua yang aku inginkan akan datang.

Aku ingin susu aku menangis

Aku ingin mainan aku menangis

Aku ingin ibu aku menangis

Aku ingin mengompol aku menangis

Semua begitu mudah kalau aku bisa menangis. Serasa menjadi raja tetapi tanpa mahkota, masa – masa indah tapi cuma sebentar, akhirnya 3 tahun berlalu masa menjadi raja hilang.

            Umur 3 tahun kakiku baru bisa merasakan kasar dan dinginya tanah. Umur 3 tahun pula aku baru bisa bicara bahasa alien, ya bahasa “ataca tata ca” begitulah kedengaranya dan 3 tahun itu pula aku merasakan makan makanan yang luar biasa aneh, begitu lecak dan blenyek aku tak suka. Karena hal itu membuat ibukku sering marah karena aku gak mau makan. Mungkin dulu pas kecil aku sukanya makanan steak daging, pizza, burger, dll “ha – ha – ha”.

            Karena hal tersebut aku memiliki proposianal badan yang tak semestinya atau bisa dikatakan kurus krempeng dan kira kira berat badanku saat itu hampir sama dengan 1 sak beras tapi alhamdulillah aku masih tetap tampan “ha – ha – ha”.



Pertama Kali


            Hidup terus berkelanjutan tak terasa umurku sudah 6 tahun tapi alhamdulillah ketampananku juga ikut bertambah “ha – ha – ha”. Pada umurku yang ini aku merasa aneh, gimana gak aneh aku harus hidup di dua tempat. Bayangkan 1 hari hidup di 2  tempat gimana susahnya cobak. Dipagi harinya aku harus tinggal disebuah tempat yang aku gak sukai dan gak aku kenal, dan disiang hari dan malamnya tinggal di rumah. Aku masih ingat dulu pertama kali aku ketempat yang pertama, untuk menuju ketempat pertama itu terlalu banyak syarat dan ketentuan. Pertama aku harus bangun pagi hari, yang kedua harus berpakaian rapi dengan segala atributnya yang aneh – aneh mulai dari topi, dasi, rompi, kaos kaki, sepatu dan tas.

            Oh ya diumurku yang 6 tahun aku sudah mempunyai adik perempuan. Tapi jujur aku gak tau kapan lahirnya, eh tiba – tiba sudah digendong aja sama ibuku. Ya sudahlah kita lanjut ke ceritaku aja biarkan adikku gak pati penting juga buat aku “he – he – he becanda”. Dan hari itu pun datang hari dimana aku harus datang ke tempat yang gak aku sukai dan gak aku kenal, pagi itu aku masih ingat. Pagi – pagi aku dibangunkan oleh ibuku untuk pergi ke tempat tersebut. Sebenarnya aku sih pingin tidur aja, tapi gimana lagi dulu aku masih kecil ya nurut ajalah daripada dipukul “he – he – he”.

            Jam menunjukan waktu 07.00 WIB. Aku mandi, makan dan berpakaian semua kulakukan dengan cepat dan benar. Tapi

ibuku malah berkata “lelet bener sih nanti telat lho”.

“iya bu” jawabku dengan sedikit jengkel

Waktu keberangkatan tiba dan ibuku langsung menitipkan adikku ke kakekku. Setapak demi setapak aku lalui mulai dari jalan tanah, jalan beraspal dan jembatan besar. Akhirnya kita sampai ditempat yang telah kita tuju. Yang pertama aku lihat adalah 2 sosok yang berdiri didepan gerbang yang tingginya kira – kira 2 meter. Yang kanan begitu cantik dan yang kiri agak sedikit gimana gitu.

            “siapa mereka ibu?” tanyaku kepada ibu

            “mereka itu ibu kamu” jawab ibu

Aku sedikit heran kok aku punya 3 ibu, tapi ya sudahlah aku masih kecil aku gak tau apa – apa masih, aku dan ibuku sudah di depan gerbang. Kemudian menghampiri 2 sosok tersebut, dan mereka menyambut kami dengan senyuman manis dan sebuah sapaan

            “selamat pagi” ucap ibuku

            “selamat pagi bu” jawab mereka

            “saya pulang dulu ya nak, kamu yang pintar ya disini”

            ucap ibuku kepadaku sambil mengusap kepalaku

            “saya titip anakku ya” ucap ibuku pada mereka

            “iya bu saya akan menjaganya dengan baik” ujar mereka

Sejenak aku terdiam entah apa yang mereka maksud aku tak mengerti, selang beberapa detik ibuku pergi, dan tau apa yang aku rasakan waktu itu. Sakit tau, bahkan lebih sakit dari luka darah. Seketika itupun aku menangis dan teriak “ibu – ibu – ibu”. Bisa kalian bayangkan rasanya ditinggal seseorang yang kalian sayangi banget. Begitulah yang aku rasakan waktu itu. Tanpa pikir panjang aku langsung mengejar ibuku dengan terbatah batah dan sambil menangis. Dan anehnya ibuku malah menyuruhku untuk kembali kepada mereka. Aku pun menolak, aku melawan dengan sekuat tenaga mulai dari menangis, berteriak bahkan menggigit. Ibuku membujukku untuk ikut mereka tapi aku tetap menolak bahkan sampai meronta – meronta, ibuku bahkan membujukku dengan kata – kata kasar

            “pergi sana kamu harus ikut mereka, ibu mau menyusui

adikmu” ucap ibu dengan nada tinggi

“ibu – ibu – ibu” ucapku sambil berteriak

“sini dek sama ibu saja” ucap mereka sambil

memegangku

Berjam – jam kejadian tersebut berlangsung, tanpa disadari bagian dada ibuku basah. Itu karena air susu ibu ( ASI ) keluar dari tubuhnya. Seharusnya ibuku menyusui adikku tapi karena aku ibu terlambat melakukannya. Ibu pun bergegas pergi meninggalkanku dikarenakan harus menyusui adikku. Disinilah masalah terbesarnya aku harus menghadapi 2 sosok yang besar bagiku, waktu itu segala cara dan upaya telah aku lakukan agar bisa terlepas dari sekapan mereka sampai cara termudah dan tersulitpun yaitu dengan meloncati pagar setinggi 2 meter. Namun semua tetap gagal, mau gimana lagi aku masih kecil waktu itu. Sangat amat terpaksa aku harus ikut mereka. Aku dibawa kearah tempat yang berada di sudut  paling kiri. Mereka mengajakku untuk masuk ke ruangan tersebut

            “ayo masuk kelas dek!” ucap mereka kepadaku

            “kelas bu?” jawabku sambil keheranan

Seketika itupun pintu dibuka dan yang aku liat pertama kali adalah beberapa anak bahkan puluhan anak berada didalam ruangan tersebut. sejenak dalam pikiranku kok bisa mereka bisa melahirkan anak sebanyak ini tak pernah terbayangkan olehku waktu itu.

            “mereka semua temanmu dan aku gurumu” ucap guru

cantik 

            “Teman? Guru?” tanyaku pada guruku yang cantik

            “mereka disini sekolah sama sepertimu” ucap bu guru

            “sekolah?” tanyaku lagi padanya

            “anak – anak kenalkan teman kalian” ucap guru pada

anak – anak

“ya bu” ucap mereka secara serempak dan kemudian

bermain lagi tanpa memperdulikanku

Bel berbunyi, akupun pulang dan dijemput oleh ibuku semua yang terjadi aku akan menceritakannya pada ibu.


Karnival umum


            Hari Kemerdekaan hampir tiba 17 Agustus 1945. Hari dimana jiwa nasionalisme masyarakat Indonesia membara – bara. Banyak kegiatan yang dilakukan masyarakat umum untuk merayakan hari spesial tersebut. mulai dari pemasangan bendera merah – putih, pengecatan rumah dengan warna merah – putih, pengadaan lomba – lomba agustusan. Dan yang paling megah adalah acara festival umum atau biasanya disebut karnival.

            15 Agustus sekolahanku mengumumkan akan diadakanya kegiatan karnival. Diumumkan di salah satu majalah dinding dan penyebaran surat kepada masing – masing  orang tua murid. 16 Agustus  ibuku datang ke sekolah katanya sih rapat buat acara besok. Rapat selesai dan hasilnya kami sebagai murid diwajibkan mengikuti karnival dan harus memakai baju – baju adat di Indonesia dan tak kusangka ternyata aku mendapatkan bagian daerah Madura. Daerah dimana yang terkenal dengan namanya pasakera dan marlena. Aku sebenarnya tidak tahu siapa pasakera dan marlena tapi meurut ibuku aku akan terlihat tampan jika memakai baju adat pasakera. Yang menjadi bayanganku pertama kali adalah aku akan terlihat tampan layaknya seorang pangeran “ha – ha – ha”.

            17 Agustus hari itu pun datang, dipagi hari sang fajar telah menyambutku dan tak lupa juga omelan sng ibu.

            “ayo bangun nanti terlambat ini sudah  jam setengah 6”

            Ucap ibu

            “SIAP ibu” jawabku dengan penuh semangat karena hari

Ini aku terbayang menjadi seorang pangeran yang

Tampan dan gagah

“mandi dulu, lalu makan” ucap ibu dengan sedikit berteriak

“iya bu” jawabku sambil terburu buru menuju kamar mandi

Selesai mandi aku langsung ke ruang makan untuk makan bersama ibu dan ayah. Alhamdulillah menu kali itu lumayan enak nasi, tahu dan tempe serta tak lupa sayur kelor dengan kuahnya yang begitu sedap. Kami makan bersama dengan adikku yang digendong oleh ibu. Suap demi suap aku habiskan hingga tidak ada yang tersisa. Aku masih berasa semangat sekali karena hari ini aku akan menjadi pangeran.

            “bu mana pakaianku?” tanyaku pada ibu

            “didalam kamar ibu, sudah ibu siapkan dari tadi”

            “aku ke kamar ibu ya” sambil terburu – buru

            “jangan terburu – buru” ucap ayahku dengan nada tinggi

Aku tidak terlalu menghiraukan  perkataan ayahku karena aku tidak sabar lagi untuk menjadi seorang pangeran kecil “he – he – he”. Aku buka pintu kamar ibuku dengan penuh semangat. Dan aku pun terkejut ternyata yang ada didepan mataku cuma sebuah baju dengan garis merah dan putih lengkap dengan segala atributnya dan aku pun sedikit kecewa karena di dalam kamar ibuku tidak ada jas ataupun kemeja yang biasanya dipakai oleh pangeran dalam cerita cinderella. Bahkan pedangpun tak ada, yang ada cuma sebilah mainan arit. Ibu pun masuk kekamar  untuk membantuku memakai pakaian tersebut

            “pakaian apa ini bu?” tanyaku pada ibu

            “pakaianmulah ini kan pakaian pasakera” ucap ibuku

            “jadi ini bu pakaian pasakera?”

            “iya nak, cepat pakai nanti kita terlambat” perintah ibuku

Dengan amat terpaksa aku memakai pakaian tersebut, aku tidak mau membuat ibuku marah.pakaianpun terpakai ditubuhku dengan segala atributnya, dengan alis dan kumis tebalnya serta tak lupa dengan mainan aritnya. Setelah itu keluar dari kamar ibu dan salim kepada ayah untuk berpamitan pergi ke karnival. Setelah keluar dari rumah ternyata sudah ada nenekku didepan rumah

            “gantenge rek cucuku iki” ucap nenekku sambil

mencubit pipiku

“gantenge, mau kemana?” tanya tetanggaku dengan

sedikit nada mengejek

“mau ke karnival umum” jawab ibuku

Dari situ aku senang dan sadar bahwa untuk menjadi tampan tak perlu menjadi seorang pangeran tapi untuk menjadi tampan aku harus menjadi seorang yang disenangi banyak orang. Kami pun berpamitan kepada semua orang yang ada saat itu.

            Ibuku mengantarku ke sekolah dengan menggendong adikku karena harus sambil menyusui adikku. Kami hampir sampai di sekolah. Tapi dari kejauhan sudah terlihat keramaian banyak murid sudah memenuhi sekolah dan memakai baju adatnya masing – masing entahlah apa dan dari daerah mana baju yang mereka pakai tapi mereka semua terlihat tampan dan cantik.semua pun dibariskan menjadi satu baris dengan masing – masing pasangannya secara berurutan mulai dari daerah timur didepan sampai daerah paling barat dibelakang. Semuanya pun dibariskan secara rapi mulai dari Aceh dibagian paling depan kemudian disusul daerah – daerah selanjutnya, dan saat itu tiba giliranku untuk baris aku pun dipanggil oleh guruku.

            “madura silahkan masuk dalam barisan!” perintah guru

            “baris nak, sana gih temui gurumu!” perintah ibuku

            “baik bu”jawabku sambil menganggukan kepala

Aku pun pergi menemui bu guru untuk segera baris, yang aku inget aku berada dibagian tengah – tengah barisan tapi sendirian saja karena pasanganku belum juga datang. Ibu guru memanggil pasanganku berulang – ulang tapi gak ada yang jawab. Tidak selang beberapa menit kemudian seorang ibu mengacungkan tangan

            “di sini Madura” ucap seorang ibu sambil mengacungkan

tangan

“sini baris, sesuai pasangannya” jawab guru sambil

kebingungan mengatur barisan berikutnya

“maaf bu sedikit terlambat” ucap sang ibu

“iya gak papa bu” jawab guruku

“sini baris!” perintah guruku kepada sang anak

Tiba tepat disampingku sudah ada sesosok anak dengan baju merahnya yang sangat mempesona. Dan saat pertama kali aku melihatnya seperti gimana gitu. Seperti primadonanya sekolahan berada disampingmu. Aku sudah merasakan sensasi itu sudah pada saat TK kurang beruntung gimana lagi hidup gua cobak. Tapi waktu itu aku masih kecil dan masih polos tentu yang aku rasakan cuma perasaan senang saja. Tapi tingkat kesenangannya agak berbeda sedikit seperti mendapat mainan baru. “ha – ha – ha”

            Karnival umum pun dimulai kami diperintahkan untuk mengitari jalanan sekolahan dengan barisan rapi. Barisan disiapkan oleh bu guru dan murid – murid harus mematuhinya.

            “siap grak, lancan depan grak, tegap grak!” perintah guru

            “segera diberangkatkan bu” ucap seorang guru yang

berada dibelakang

“ok bu, langkah tegak maju jalan!” ucap bu guru didepan

Barisan pun keluar dari sekolahan pergi menuju jalan melewati gerbang sekolah. Yang aku rasakan waktu itu sangat senang, gimana tidak senang berada disamping sang primadona sekolah. Dengan sedikit keberanian aku bertanya padanya.

            “kamu siapa?” tanyaku dengan nada pelan

            “..................” hanya menoleh ke arahku tanpa berkata

apapun

“kamu siapa?” kutanyakan kedua kalinya

“mmmmmm” jawabnya dengan santai

“nama kamu siapa?” tanyaku yang ketiga kalinya

“.............................” terdiam saja

Mungkin dia pemalu pikirku saat itu jadi sepanjang perjalanan aku hanya terdiam saja seolah. Oleh kayak orang asing, sesampainya di sekolahan kembali acaranya pun selesai kami disambut oelh masing – masing orang tua kami. Kami pun pulang ke rumah masing – masing dan tak lupa aku lambaikan tangan kepada sang primadona sebagai tanda perpisahan.

            Keesokan harinya aku tidak ketemu lagi dengan dia bahkan lusa aku tak ketemu juga dengan dia. Entahlah kemana dia tapi yang aku tau bahwa di sekolah disini sama seperti denganku selang beberapa minggu aku berjumpa dengannya didepan gerbang saat pulang sekolah. Dan itupun hanya sebentar hanya sebatas terlihat kemudian pergi pulang. Keesokan harinya aku melihatnya hanya terdiam di kelasnya yang berada disamping kelasku. Begitulah setiap harinya yang ia lakukan. Mungkin karena itu dia tidak pernah keliatandi sekolahan. Masa – masa anak kecil sudah terlewat, aku lulus TK dan mau melanjutkan ke Sekolah Dasar ( SD ) tapi aku tetap saja tak tahu siapa namanya.


           

留言
書籤
預計閱讀時間:
toc 目錄
未有標籤
bookmark_border 書籤 開始閱讀 >
×


還原至預設

X
×
×

在主頁加入 Penana 以更方便離線閱讀:按 然後按「加至主畫面」