Farel Bintang POV879Please respect copyright.PENANAX23xPm2xbZ
879Please respect copyright.PENANAN01uQmX9S6
Pernahkah kalian punya masa lalu yang ingin kalian lupakan? Atau kalian sering terlena dengan masa lalu tatkala teringat ketika kalian menatap hujan. Jika kalian bertanya padaku, aku akan menjawab bahwa aku akan melupakan masa laluku. Masa laluku tidak seperti orang pada umumnya. Banyak lika-liku dan tampak abu-abu. Terlalu banyak kesalahan yang telah kuperbuat.
879Please respect copyright.PENANAdK47H053l4
Aku dulu pernah punya kekuasaan. Semua orang tunduk dan menghormatiku. Tetapi kenapa hal seperti itu yang ingin kulupakan? Bukannya enak apabila kita bisa mendapatkan semuanya. Selalu ada Rahasia di balik cerita. Tidak kubiarkan seseorangpun yang dapat mengentahuinya. Biarlah ia terpendam oleh kenangan baruku yang lebih baik.
879Please respect copyright.PENANA3OE6oQNj5p
Kembali ingatan itu terputar olehku. Seseorang mengejarku dengan ganasnya. Bisa kuhitung berapa orang yang berusaha mengejarku. Teman-temanku juga mengikutiku di belakang, mengikuti di mana tempat terbaik untuk lari dari mereka.
879Please respect copyright.PENANAosSwwk3GYs
"Woi, jangan lari kau!" teriak mereka di belakang.
879Please respect copyright.PENANAwerCXfzToD
"Cepat, jangan sampai kita dapat." Kata temanku sambil melihat ke belakang. Tampak jelas olehku wajah pemberani tak kenal takut itu dipenuhi oleh peluh berlari.
879Please respect copyright.PENANAJvMeixhKac
"Ayo!" kataku memberikan semangat pada kedua teman yang mengikuti di belakangku.
879Please respect copyright.PENANAvYNyiaFddM
Akhirnya tempat yang kami tuju telah terlihat. Gedung tak jadi itu akan jadi tempat akhir dari pelarian kami ini.
879Please respect copyright.PENANA6w47sFmekV
Kedua temanku berteriak, "Woi, kami sampai." Aku tersenyum saat teman-temanku yang lain membalas senyumku di sana. Belasan murid itu siap tuk memberikan perlindung kepada kami yang sedang dikejar.
879Please respect copyright.PENANA9sA6sYG5eb
Aku menunduk penat. Bajuku basah oleh peluh yang keluar. Nafasku sungguh tidak beraturan lagi, seakan ingin pingsan dan terbaring di tanah berumput ini.
879Please respect copyright.PENANAhtnumMLccV
"Ga apa-apa, kau udah sampai di sini. Sekarang biar kami yang mengatasinya." Salah satu temanku menepuk pundakku.
879Please respect copyright.PENANANDBWwIPGBW
Aku mengangguk mengerti lalu berputar balik menatap kelima orang yang mengejar kami tadi. Tampak wajah takut mereka menatap kami yang berjumlah belasan orang.
879Please respect copyright.PENANAqf26Zpsqch
"Awas kau, ya, kita belum selesai!" teriak salah satu dari mereka.
879Please respect copyright.PENANAbWndGw9GRE
Aku tidak memerdulikannya. Mereka tidak tahu siapa aku. Perlahan tapi pasti, mereka meninggalkan kami.
879Please respect copyright.PENANAbU9q80ana6
Sebuah handphone yang kupegang menjadi alasan kami dikejar oleh mereka. Di ujung mataku, tegak seorang anak berkacamata menyandang tas ranselnya. Baju SMP yang ia pakai tampak rapi seperti anak-anak baik pada umumnya. Badannya cukup tinggi, namun nyalinya tidak menyamai dengan postur tubuhnya.
879Please respect copyright.PENANAJorBfPVenw
"Hei, ini punya kau. Kami hampir mati hanya karena mengambil ini dari tangan mereka. Sebaiknya jaga biar nggak dicuri mereka lagi." Aku menyerahkan handphone yang ada di tanganku.
879Please respect copyright.PENANAAOvn0Iu8KY
"Baiklah,terima kasih," ucapnya. Nadanya sedikit bergetar. Wajahnya seperti takut kepadaku.
879Please respect copyright.PENANAtZLQWeKxlj
"Hahahaha, iya sama-sama. Kau juga teman sekolah kita. Wajib dibantu. Yaudah, pulang sana. Kalian juga," kataku pada belasan temanku yang lainnya.
879Please respect copyright.PENANAh863wGSjJB
"Baik Boss!" jawab mereka. Aku hanya tertawa mendengar panggilan mereka padaku. Sebenarnya aku tidak terlalu suka dipanggil seperti itu. Bagiku kami semua sama, tak ada yang menjadi pemimpin di sini.
879Please respect copyright.PENANAnfXzGJee3v
Mereka semua meninggalkanku. Aku tetap di situ memandang langit mendung yang bergerak perlahan. Angin terasa begitu kuat menerpa wajahku. Titik demi titik gerimis mulai membasahi tanah. Aku menunggu momen ini.
879Please respect copyright.PENANAU7ZnqPrcUu
"Anu, Siapa nama kau?" tanya anak yang tadi kutolong. Aku menoleh padanya. Wajahnya cukup tampan, namun pembawaannya terlihat sedikit culun.
879Please respect copyright.PENANAtE61tIMX8P
"Apakah itu penting bagi kau?" kataku sambil menadah tangan berusaha menampung hujan gerimis yang turun.
879Please respect copyright.PENANA0gN4D4WVP6
"Tidak, aku hanya bertanya. Aku sangat berterima kasih. Sedang apa kau?" tanya anak itu lagi.
879Please respect copyright.PENANAmIVJHephr8
Aku menarik nafas lalu menghembuskannya kembali. Aku senang ketika di tanya apa yang sedang aku lakukan.
879Please respect copyright.PENANAgM9YqFLbYg
"Menunggu rinai hujan," jawabku. Mataku semakin berbinar menatap awan yang semakin gelap ingin menumpahkan tangisannya.
879Please respect copyright.PENANAgISDslU6i9
"Namaku Azka. Aku hanya ingin berteman dengan kau. Aku pulang dulu," pamitnya lalu pergi. Aku menatap pundaknya yang lebar.
879Please respect copyright.PENANAWys0O3GJeu
"Hai anak baru, namaku Farel. Kalau ada yang masih berani mengganggu kau, bilang saja padaku karena kau sekarang temanku," kataku sambil tersenyum.
879Please respect copyright.PENANAud3IsTuGdt
"Oh iya, badan kau cukup tinggi. Aku sarankan kau untuk aktif di basket SMP kita," kataku lagi. Ia tampak membalas senyumku. Ia berlari menghindari hujan, sementara aku di situ menatap ke atas memeluk hujan. Baru kali itu seseorang memintaku menjadi temannya.
879Please respect copyright.PENANA3U29rKayaa
879Please respect copyright.PENANAKIH2nBLJew
879Please respect copyright.PENANAllhPYl7RpP
879Please respect copyright.PENANAlm1TZ20WbE
879Please respect copyright.PENANAZbJL6iKE6Q
879Please respect copyright.PENANAdXQMQVZ2A7
879Please respect copyright.PENANAIrVez7b6SK
879Please respect copyright.PENANAF0f4CGlcPF
879Please respect copyright.PENANAKDKaXHIncS
879Please respect copyright.PENANAbGl0A0FRJh
879Please respect copyright.PENANAQaLFo1RWxm
879Please respect copyright.PENANA4LDCKXG4mh
879Please respect copyright.PENANAoXlAyD1KEt
879Please respect copyright.PENANAjqGLXnnwUj
879Please respect copyright.PENANAWCCkXxeIwH
879Please respect copyright.PENANAxmmEFApC1W
879Please respect copyright.PENANAXfVzaQL1ES
879Please respect copyright.PENANAY3ivQsAZXZ
879Please respect copyright.PENANAhKwckcZ2ze
879Please respect copyright.PENANAKSDT6BFCDY
879Please respect copyright.PENANA2oca2LTWeZ
879Please respect copyright.PENANAirlDiKF4F2
879Please respect copyright.PENANAodQXQ2w80w
879Please respect copyright.PENANAO4F3bHLAUo
879Please respect copyright.PENANAem0jqlb1IN
879Please respect copyright.PENANAA5Q4iM4uR8
879Please respect copyright.PENANA5KFeOo99LI
Aku kembali lagi ke masa sekarang yang lebih datar bagiku. Terdengar olehku riuh suara murid laki-laki tanpa henti. Sayup-sayup mataku menatap ke depan. Wali kelasku sudah datang, namun berani-beraninya mereka ribut seperti ini, kecuali laki-laki yang hanya berjarak satu bangku kosong di sebelah kananku. Ia hanya memasang tampang cool.
879Please respect copyright.PENANAeo9vVg6snt
Aku segera membenarkan pandanganku. Di samping Wali Kelasku berdiri seorang wanita. Aku menatap mata bulatnya yang menggemaskan. Bulu matanya lentik lengkap dengan alis tebalnya. Kedua sudut bibirnya melebar membentuk senyum. Pancara manis dari wanita di depan itu tidak bisa kuelakkan. Ia menatapku dan tersenyum dengan ringannya. Aku mengenal wanita itu. Itu wanita bergitar tadi pagi.
879Please respect copyright.PENANAtnqQGRTgb2
"Hai semua, namaku Alvia," katanya memperkenalkan diri. Tatapannya masih tertuju kepadaku.
879Please respect copyright.PENANAtrx27RtCfO
"Alvia, nanti kamu bisa berkenalan dengan mereka semua. Sekarang silahkan duduk," kata Wali Kelas.
879Please respect copyright.PENANAu97evMBwhT
Langkahnya yang lambat menuju ke meja. Ia tersenyum padaku sekali lagi, namun itu membuatku salah tingkah.
879Please respect copyright.PENANAiy4Hjiowma
"Kau, kan?" tanyaku.
879Please respect copyright.PENANAVqErJgLWnV
"Iya, benar." Ia seketika menjulurkan tangannya padaku. "Namaku Alvia. Namamu siapa?"
879Please respect copyright.PENANAlROXJvW5gb
Tak ada ekspresi berarti dariku. Aku tak menggapai tangannya. kubiarkan sampai ia menarik tangannya sendiri.
879Please respect copyright.PENANADRU82mYvrR
"Oh, kamu belum mau memberitahukan namamu, ya? Semoga kita berteman." Ia mengulum senyum.
879Please respect copyright.PENANAigjVfnPauc
Dibalik senyumnya, kulihat tatapan datar dari orang di sampingnya. Itu lelaki yang sama ketika tatapan itu terlihat saat ia sedang bermain basket tadi pagi. Tatapan yang mengandung kebencian. Seakan ingin menghantamku dengan keras.
879Please respect copyright.PENANAjjgwi38Ins
Ia benar-benar membenciku.
879Please respect copyright.PENANA0gxleQeo6H
***
879Please respect copyright.PENANAdFhOnKbQHI
ns216.73.216.35da2