Farel Bintang POV982Please respect copyright.PENANAQlha98oPWI
982Please respect copyright.PENANAwrZ6c4txBy
Pernahkah kalian punya masa lalu yang ingin kalian lupakan? Atau kalian sering terlena dengan masa lalu tatkala teringat ketika kalian menatap hujan. Jika kalian bertanya padaku, aku akan menjawab bahwa aku akan melupakan masa laluku. Masa laluku tidak seperti orang pada umumnya. Banyak lika-liku dan tampak abu-abu. Terlalu banyak kesalahan yang telah kuperbuat.
982Please respect copyright.PENANAXyVSPsvqLL
Aku dulu pernah punya kekuasaan. Semua orang tunduk dan menghormatiku. Tetapi kenapa hal seperti itu yang ingin kulupakan? Bukannya enak apabila kita bisa mendapatkan semuanya. Selalu ada Rahasia di balik cerita. Tidak kubiarkan seseorangpun yang dapat mengentahuinya. Biarlah ia terpendam oleh kenangan baruku yang lebih baik.
982Please respect copyright.PENANAcvzp7PSgwS
Kembali ingatan itu terputar olehku. Seseorang mengejarku dengan ganasnya. Bisa kuhitung berapa orang yang berusaha mengejarku. Teman-temanku juga mengikutiku di belakang, mengikuti di mana tempat terbaik untuk lari dari mereka.
982Please respect copyright.PENANAGtsP6zOWCm
"Woi, jangan lari kau!" teriak mereka di belakang.
982Please respect copyright.PENANA0wBTyuHqh3
"Cepat, jangan sampai kita dapat." Kata temanku sambil melihat ke belakang. Tampak jelas olehku wajah pemberani tak kenal takut itu dipenuhi oleh peluh berlari.
982Please respect copyright.PENANAMl0T2uBjXa
"Ayo!" kataku memberikan semangat pada kedua teman yang mengikuti di belakangku.
982Please respect copyright.PENANAMcyMc8h05Q
Akhirnya tempat yang kami tuju telah terlihat. Gedung tak jadi itu akan jadi tempat akhir dari pelarian kami ini.
982Please respect copyright.PENANAgplHOILytf
Kedua temanku berteriak, "Woi, kami sampai." Aku tersenyum saat teman-temanku yang lain membalas senyumku di sana. Belasan murid itu siap tuk memberikan perlindung kepada kami yang sedang dikejar.
982Please respect copyright.PENANAs2zWcDfaDP
Aku menunduk penat. Bajuku basah oleh peluh yang keluar. Nafasku sungguh tidak beraturan lagi, seakan ingin pingsan dan terbaring di tanah berumput ini.
982Please respect copyright.PENANA3dcGI2HxE2
"Ga apa-apa, kau udah sampai di sini. Sekarang biar kami yang mengatasinya." Salah satu temanku menepuk pundakku.
982Please respect copyright.PENANAw6P8u9gsGM
Aku mengangguk mengerti lalu berputar balik menatap kelima orang yang mengejar kami tadi. Tampak wajah takut mereka menatap kami yang berjumlah belasan orang.
982Please respect copyright.PENANAFh9pe0aQlh
"Awas kau, ya, kita belum selesai!" teriak salah satu dari mereka.
982Please respect copyright.PENANA5C6G68NDeJ
Aku tidak memerdulikannya. Mereka tidak tahu siapa aku. Perlahan tapi pasti, mereka meninggalkan kami.
982Please respect copyright.PENANAzu4ptLzGOw
Sebuah handphone yang kupegang menjadi alasan kami dikejar oleh mereka. Di ujung mataku, tegak seorang anak berkacamata menyandang tas ranselnya. Baju SMP yang ia pakai tampak rapi seperti anak-anak baik pada umumnya. Badannya cukup tinggi, namun nyalinya tidak menyamai dengan postur tubuhnya.
982Please respect copyright.PENANAFdqtiqLuMu
"Hei, ini punya kau. Kami hampir mati hanya karena mengambil ini dari tangan mereka. Sebaiknya jaga biar nggak dicuri mereka lagi." Aku menyerahkan handphone yang ada di tanganku.
982Please respect copyright.PENANAoqBHUeez4m
"Baiklah,terima kasih," ucapnya. Nadanya sedikit bergetar. Wajahnya seperti takut kepadaku.
982Please respect copyright.PENANA3n0TJQbDhg
"Hahahaha, iya sama-sama. Kau juga teman sekolah kita. Wajib dibantu. Yaudah, pulang sana. Kalian juga," kataku pada belasan temanku yang lainnya.
982Please respect copyright.PENANA0PuckukaJ3
"Baik Boss!" jawab mereka. Aku hanya tertawa mendengar panggilan mereka padaku. Sebenarnya aku tidak terlalu suka dipanggil seperti itu. Bagiku kami semua sama, tak ada yang menjadi pemimpin di sini.
982Please respect copyright.PENANAiLkBruitwr
Mereka semua meninggalkanku. Aku tetap di situ memandang langit mendung yang bergerak perlahan. Angin terasa begitu kuat menerpa wajahku. Titik demi titik gerimis mulai membasahi tanah. Aku menunggu momen ini.
982Please respect copyright.PENANAplS5lkN0SD
"Anu, Siapa nama kau?" tanya anak yang tadi kutolong. Aku menoleh padanya. Wajahnya cukup tampan, namun pembawaannya terlihat sedikit culun.
982Please respect copyright.PENANAlHCpAvC9Ch
"Apakah itu penting bagi kau?" kataku sambil menadah tangan berusaha menampung hujan gerimis yang turun.
982Please respect copyright.PENANAHq5O950MfQ
"Tidak, aku hanya bertanya. Aku sangat berterima kasih. Sedang apa kau?" tanya anak itu lagi.
982Please respect copyright.PENANA7CEZStek67
Aku menarik nafas lalu menghembuskannya kembali. Aku senang ketika di tanya apa yang sedang aku lakukan.
982Please respect copyright.PENANA2nesPloI4o
"Menunggu rinai hujan," jawabku. Mataku semakin berbinar menatap awan yang semakin gelap ingin menumpahkan tangisannya.
982Please respect copyright.PENANAlMmMgjRSBy
"Namaku Azka. Aku hanya ingin berteman dengan kau. Aku pulang dulu," pamitnya lalu pergi. Aku menatap pundaknya yang lebar.
982Please respect copyright.PENANAwKnYQrLWJN
"Hai anak baru, namaku Farel. Kalau ada yang masih berani mengganggu kau, bilang saja padaku karena kau sekarang temanku," kataku sambil tersenyum.
982Please respect copyright.PENANAipqIQB3T3e
"Oh iya, badan kau cukup tinggi. Aku sarankan kau untuk aktif di basket SMP kita," kataku lagi. Ia tampak membalas senyumku. Ia berlari menghindari hujan, sementara aku di situ menatap ke atas memeluk hujan. Baru kali itu seseorang memintaku menjadi temannya.
982Please respect copyright.PENANAeeGkYe1bjO
982Please respect copyright.PENANA4zSbhbZ8Iy
982Please respect copyright.PENANAcSsnasLca8
982Please respect copyright.PENANAvkhCDQZveJ
982Please respect copyright.PENANAKszpGiD9Pg
982Please respect copyright.PENANAqRxEqYWR2R
982Please respect copyright.PENANAhoIyiw4Q8C
982Please respect copyright.PENANATPd8NiSFd7
982Please respect copyright.PENANAI1fMvWp2Cc
982Please respect copyright.PENANAxqLqdvUjju
982Please respect copyright.PENANAdAlcgfqrOf
982Please respect copyright.PENANA6W01vNB7RO
982Please respect copyright.PENANA91oUHS4zZ7
982Please respect copyright.PENANA29Zp0JsXHt
982Please respect copyright.PENANAZP1W3qVusl
982Please respect copyright.PENANAHZYG7oLAWs
982Please respect copyright.PENANADndSQ2mPtP
982Please respect copyright.PENANAhiFArEjLTA
982Please respect copyright.PENANA978DKyMQPY
982Please respect copyright.PENANALkx42KLQeg
982Please respect copyright.PENANAoWzoDXm1ua
982Please respect copyright.PENANAlEjgly2OJU
982Please respect copyright.PENANATKYbFqcwXn
982Please respect copyright.PENANABXP0HSSp5g
982Please respect copyright.PENANAn24L09wn9C
982Please respect copyright.PENANA9IQgvWgqpU
982Please respect copyright.PENANA9TASesX3fu
Aku kembali lagi ke masa sekarang yang lebih datar bagiku. Terdengar olehku riuh suara murid laki-laki tanpa henti. Sayup-sayup mataku menatap ke depan. Wali kelasku sudah datang, namun berani-beraninya mereka ribut seperti ini, kecuali laki-laki yang hanya berjarak satu bangku kosong di sebelah kananku. Ia hanya memasang tampang cool.
982Please respect copyright.PENANAjTaa1yR3PP
Aku segera membenarkan pandanganku. Di samping Wali Kelasku berdiri seorang wanita. Aku menatap mata bulatnya yang menggemaskan. Bulu matanya lentik lengkap dengan alis tebalnya. Kedua sudut bibirnya melebar membentuk senyum. Pancara manis dari wanita di depan itu tidak bisa kuelakkan. Ia menatapku dan tersenyum dengan ringannya. Aku mengenal wanita itu. Itu wanita bergitar tadi pagi.
982Please respect copyright.PENANAZX7dUGU1mQ
"Hai semua, namaku Alvia," katanya memperkenalkan diri. Tatapannya masih tertuju kepadaku.
982Please respect copyright.PENANA7Gu1SJQjY5
"Alvia, nanti kamu bisa berkenalan dengan mereka semua. Sekarang silahkan duduk," kata Wali Kelas.
982Please respect copyright.PENANA8UnpKBrGYA
Langkahnya yang lambat menuju ke meja. Ia tersenyum padaku sekali lagi, namun itu membuatku salah tingkah.
982Please respect copyright.PENANAwlmMbeehFz
"Kau, kan?" tanyaku.
982Please respect copyright.PENANAGGOF5EZeFe
"Iya, benar." Ia seketika menjulurkan tangannya padaku. "Namaku Alvia. Namamu siapa?"
982Please respect copyright.PENANA2XXOA8cv9h
Tak ada ekspresi berarti dariku. Aku tak menggapai tangannya. kubiarkan sampai ia menarik tangannya sendiri.
982Please respect copyright.PENANAIQCCV4vxph
"Oh, kamu belum mau memberitahukan namamu, ya? Semoga kita berteman." Ia mengulum senyum.
982Please respect copyright.PENANAXoqUjbKVBG
Dibalik senyumnya, kulihat tatapan datar dari orang di sampingnya. Itu lelaki yang sama ketika tatapan itu terlihat saat ia sedang bermain basket tadi pagi. Tatapan yang mengandung kebencian. Seakan ingin menghantamku dengan keras.
982Please respect copyright.PENANAcHVUmnz8gG
Ia benar-benar membenciku.
982Please respect copyright.PENANA6mKis9ITBx
***
982Please respect copyright.PENANAewPPY6gmRz
ns216.73.216.206da2