Dimana kita? Menumpang di atas bumi ciptaan Nya.

Seberapa kuatkah kita? Tidak ada apa apanya jika di bandingkan kuasa Nya.

Sering kali, sering kali kita melihat kesombongan di kehidupan ini. Manusia dan manusia yang saling beradu kekuasaan, bertikai dan menikam satu sama lainnya. 

Pertumpahan darah, perpecahan antara sesama saudara hanya demi nafsu dunia. Bukankah kita ini sama? Hidup dan menumpang di atas milik Nya. Kenapa tidak kita jaga bersama?, Kenapa kita harus saling menyingkirkan? .

Kebebasan, berlandaskan kata "Kebebasan" manusia kini kebablasan. Tidak ada lagi aturan, tidak ada lagi batasan. Kata "kebebasan" telah merubah "musyawarah kekeluargaan".

Aku, kamu, dan dia sudah hidup masing - masing. Mungkin akan jumpa nanti kalau salah satu dari kita itu sudah tiada, Manusia sudah tak lagi bersama - sama.

Si merah, biru, putih, hijau, dan koleganya saling baku hantam dalam dunia politik, senggol menyenggol, singkir menyingkirkan untuk mencapai kejayaan. Kejayaan manakah yang dimaksudkan? Sedangkan si rakyat itu masih saja memakan gabah.

Gusar, pucat, hitam, dan kelam, pagi kini tak lagi cerah, sore kini tak lagi senja, hanya tersisa sedikit udara, udara alam yang mungkin nanti tak bisa kita rasakan karena teraingkirkan oleh keserakahan.

Ada satu pertanyaan yang sulit untuk di jawab yaitu, "apakah kita yang merubah dunia ini?" ataukah "dunia yang merubah kita?". Pertanyaan sulit yang belum bisa untuk ku jawab.