879Please respect copyright.PENANA8eyGLrDJPn
Langkahku terus berjalan mengikuti dua orang yang berada tepat didepanku. Sembari memandangi setiap jengkal pelabuhan ini. Suasana yang sangat sangat ramai membuat langkahku semakin sulit. Dua orang di depanku terus berjalan tanpa lelah. Sedangkan diriku yang mungil tak berdaya ini, sungguhh… sungguhh… ingin, segera bersantai dengan segelas es kelapa muda. Hmm, segarnyaaa…879Please respect copyright.PENANAJ4foTKKFW1
879Please respect copyright.PENANAWlOtKBiTpK
"Via, ayo cepet!". Suara wanita cantik didepanku menyadarkan aku.
"Kita ini, di Jawa, pa?"
"Iyalah, sayang. Masak di Afrika?" Jawab seorang lelaki separuh baya yang tampan di depanku. Namun sama sekali tidak memperlambat langkah kakinya.
879Please respect copyright.PENANAf8qX8w9V9y
Aku, Via, Lovya Aretha Yudianthoro. Aku adalah putri tunggal dari Galang Putra Yudianthoro dan Jihan Tsania. Kami bermaksud untuk kembali ke pulau Jawa, pulau asal mama dan papa. Karena papa mulai pekan ini mengurus perusahaannya yang terdapat di Jawa, sedangkan perusahaan yang ada di Sumatera telah beliau serahkan kepada adik kesayangannya. Sedangkan pulauku sendiri adalah Sumatera. Itulah alasannya aku tak mengenal satu centipun tanah ini.
879Please respect copyright.PENANAc2dorQVbZh
Melihat keduanya yang semakin mempercepat langkah kakinya, aku berusaha mengejar mereka. Sulit memang, dengan sebuah koper cokelat yang berisi banyak barang-barangku ditambah lagi heels yang cukup tinggi ini. Ya, aku memerlukannya karena tinggi badanku tak semampai gadis lain seumuranku. Walau umurku kini yang menginjak 17 tahun, tak jarang yang mengatakan bahwa aku masih cocok menjadi siswa SMP. Ghhrrr..... Namun tetap berfikir positif ajalah, dengan postur tubuh seperti inilah yang membuatku terlihat menggemaskan seperti kartun jepang yang biasanya menari dengan lagu "chiring chiring, chiriring...!." Aku tau hanyalah sebatas postur tubuh, sedangkam wajahku... made in Indonesia.
879Please respect copyright.PENANAXgqyE81dH0
"Awww!!!"
Jeritanku memekik saat seorang lelaki menabrakku. Entah karena keteledoranku ataukah kenormalan matanya yang tak dapat melihat gadis sekecil diriku.
"Owhh.. maaf, mbak. Saya tidak sengaja."
Aku hanya menatapnya dingin. Dia langsung mengambil kopernya yang jatuh. Astaga! koperku juga terjatuh.
"Mbak baik-baik saja kan?", tanyanya dengan wajah terburu-buru. Aku mengangguk dengan wajah kesal.
879Please respect copyright.PENANAKouukvh1d6
"Lain kali kalo jalan jangan lupa periksa dulu tu mata!"
879Please respect copyright.PENANALDevvSoM1m
Ya Tuhan, bahkan dengan perkataanku yang cukup kasar tadi masih membuatnya tersenyum?? "Maaf ya mbak, sekali lagi. Saya permisi dulu." Dengan jejak senyuman yang masih terlihat dia membalikkan badan dan berlari meninggalkanku.
879Please respect copyright.PENANAYTEJWNCv4W
Kemudian aku mengambil koperku yang masih tergeletak dijalan. Aneh, koper ini terasa lebih ringan dari sebelumnya. Cokelat? Yaa, ini memang koperku. Tidak lagi jika koperku tercemplung ke selokan. Heheheh-gapenting banget- Ya Tuhan... dimana aku ini? Dua orang yang menjadi arahku telah menghilang ditelan massa.
879Please respect copyright.PENANAMgYKPb4eQ6
Jangan, Via... please, jangan nangis disini!! Emmphh..... Oh tidak bisaa! Tetesan air mataku mengalir bagaikan bocah 5 tahun yang tersesat di pulau asing. Dasar cengeng! Biarlah! Memang aku cengeng!! Dan aku tak peduli!! Yang ku inginkan hanyalah cepat bertemu mama dan papa! Aku duduk di pojok bangku panjang sambil terisak. "Hiks... hikss...", tangisanku membuat diriku seakan sebuah pertunjukan topeng monyet di depan khalayak. Masa bodo!!
879Please respect copyright.PENANASmVY8O4zBu
Betapa terjingkatnya aku ketika merasakan seseorang menarik dan memelukku erat. Aaaa!!!! Aku tak mau diculik! Aku kurus, pendek, kecil, hidup lagi gak mungkin laku kalo dijual!
879Please respect copyright.PENANAaiin4afbtL
“Via, sayaang..”
879Please respect copyright.PENANAPTauu2uoy2
"Mama!!! Huaaa!! Via takut...", aku mencengkeram pundaknya dan menangis tersedu-sedu. Masa bodo, masa onta banyak yang bilang aku bocah playgroup.
879Please respect copyright.PENANAnDkUi0jgbL
"Via, sayang... maafin mama dan papa ya, udah ninggalin kamu.", mama mengelus puncak kepalaku yang masih bergetar menahan isakan.
879Please respect copyright.PENANANmgbm9VT07
"Iya, sayang.. maafin papa ya. Papa lupa kalau punya gadis kecil yang langkahnya cuma sejengkal", ujar papa yang baru saja mengambil koperku.
879Please respect copyright.PENANA53lKz47V7o
"Iya, pa.. Hm Apa?!!!". Papa terbahak melihat wajahku yang mungkin kini bagaikan pantat orangutan. "Aku mau balik ke Sumatera!", rengekku kesal.
879Please respect copyright.PENANAgzBqQvPjEZ
"Ehh.. jangan ngambek seperti itu. Maafkan kami yaa. Lagipula, papa jamin belum sehari disini, kamu akan betah!", papa mengacak rambutku yang terikat rapi. “Mulai sekarang, kita bakal hidup di Jawa, kan? Pasti lama-kelamaan, kamu bakal betah. Apalagi, di Jawa banyak cowok ganteng. Ya walau gak ada yang bisa ngalahin gantengnya papamu ini. Hahaha!” papa terbahak dan sangat berbangga dengan dirinya sendiri. Cihh, papa gak pernah inget umur.
879Please respect copyright.PENANAs9SggTd1LE
"Hehehe, itung-itung usaha move on dari Heru, sayang?"
879Please respect copyright.PENANAvjSZq8uivh
"Ihh! Kok Heru sih!" seketika teringat dengan lelaki itu. lelaki yang sangat terobsesi denganku. Wajah bulat nan dekil itu muncul di pikiranku. Ewh! Bukan, bukan karena wajahnya sebab aku membencinya. Tapi karena keobsesiannya yang di luar batas normal. Untung akhirnya aku tak akan lagi bertemu dengannya. Masih ingat, saat aku akan baru berangkat ke Jawa, dia memanggilku berkali-kali dan menangis seperti bayi. Merengek supaya aku mengurungkan niat untuk pindah rumah. Bahkan dia… ahh.. aku sungguh benci mengatakannya. Dia… haruskah aku jelaskan?? Hmm.. oke oke. Dia, dia merengek kepada orangtuanya untuk segera menikah denganku. Hah!! Wat de fun banget, kan?!
879Please respect copyright.PENANAx9ltR9v5Kz
Cukup. Kita balik ke masa kini. Yang tadi sudah menjadi butiran sejarah hidupku.
879Please respect copyright.PENANAI4OsWgFKG1
Setelah beberapa menit perjalanan dengan taksi, kami berhenti disebuah rumah mewah yang asri.
Inikah rumah baruku?
879Please respect copyright.PENANAfTCNkg8nKB
"Yes, sweety." Seakan papa tau apa yang sedang ada di fikiranku. Aku melangkah perlahan dan pasti, memandangi keindahan setiap sudut rumah ini dengan taman yang dipenuhi tanaman hijau. Benar kata papa, mungkin papa sengaja memilih rumah ini agar aku benar-benar betah di rumah ini.
“Papa bisa baca pikiran Via, ya? Hebat!”
879Please respect copyright.PENANAT2lREc8MKc
“Eh! Kebiasaan! Itu tadi kamu nanya kenceng banget. Sampe-sampe Heru denger tuh di Sumatera.”
879Please respect copyright.PENANA6vqvjnA5lJ
_-
879Please respect copyright.PENANAT0yDWGOzZB
----
879Please respect copyright.PENANAKL8Wc9TV3h
Fiuhhh...
Aku merebahkan badanku diatas ranjang yang sangat nyaman.
879Please respect copyright.PENANAoFG0B4TAtD
'Tink tink...'
879Please respect copyright.PENANAtjXb1B4Dz0
Ponselku berbunyi di sela keheningan. Aneh, siapa yang tahu nomor baruku ini? Sudah, mungkin orang nyasar. Jangan hiraukan… saatnya untuk beristirahat. Hmmm….
879Please respect copyright.PENANA4D10XMlXSU
.
879Please respect copyright.PENANAzGx5FUvAP0
.
879Please respect copyright.PENANALmqw8vwuPG
.
879Please respect copyright.PENANAhXgbCjPdDd
'Tink tink...'
879Please respect copyright.PENANAIaTB7xbdqW
Hmm..
.
879Please respect copyright.PENANAktUBSyt4fw
.
879Please respect copyright.PENANAlu6BQYu7wd
'Tink tink!!!!!'
879Please respect copyright.PENANAa0e1M7GEHW
HWAAHH!! Iya iya! Gua angkat!
879Please respect copyright.PENANADVWaS95Sh2
"Hallo! siapa?!" dengan susah payah aku harus berbicara. Padahal bentar lagi, bakal mimpi.
879Please respect copyright.PENANAox7qlDioEP
"Saya Raihan. Saya dapat nomor ini dari bungkus perdana yang ada di koper mbak. Sepertinya koper kita tertukar.."
879Please respect copyright.PENANAxqkO2Xf5ZF
"Hehh?” Seketika wajahnya terbesit dan aku segera menuju koper cokelat yang ku bawa tadi. Dan… benar, aku melihat kolor kuning mencolok yang belum pernah aku lihat seumur hidupku di dalam kper ini. Gak modis! “Ewh”
879Please respect copyright.PENANAV7CqYGP5zw
"Benar kan mbak? Tadi saya juga sempat terkejut melihat isinya." Aku bisa mendengar tawa kecilnya itu. Asem, mungkinkah dia sudah melihat kolor spongebob yang sengaja aku taruh di bagian atas? Oke, aku akui lebih gak modis dari kolor kuningnya.
879Please respect copyright.PENANAh7mztdQfeU
"Jangan bongkar-bongkar isinya! Kapan bisa ditukar?!!"
879Please respect copyright.PENANA5e5xy6gH09
"Secepatnya. Apa perlu saya ke rumah mbak?" Sepertinya itu penawaran yang menguntungkan.. Tapi apa dia gak keberatan?
879Please respect copyright.PENANAErarpKRVRp
"Khemm... saya tidak akan merasa keberatan. Alamat mbak?"
879Please respect copyright.PENANAYVx2wtu1M0
Sepertinya dia mulai bisa membaca fikiranku. Aku harus mewaspadainya -clingak clinguk dengan mata mlotot-
879Please respect copyright.PENANAZbWgIGFF5y
"Nanti aku sms al…" eh belum selesai dengan perkataanku..
879Please respect copyright.PENANAMU3You4tkx
"Oke.. terima kasih."
879Please respect copyright.PENANAeBM9rjNQfr
'Tuut.. tuut..'- putus.
879Please respect copyright.PENANAPGwGF2zY7l
Ish! Gak sopan!!
Padahal aku.. ahh, sudahlah. Saat selesai makan malam, aku membantu mama mencuci piring di dapur. Papa juga ada di dapur. Sedang apa? Apalagi kalau masih mengobrak-abrik isi kulkas. Papa masih saja merasa lapar setelah makan besar tadi.
879Please respect copyright.PENANAGWN2RjE5ZV
"Pa, alamat rumah ini dimana?" Tanyaku yang tak berpengaruh menghentikan kunyahannya.
879Please respect copyright.PENANAW6qqWTuh1P
"Jalan Soetomo no.16." Papa masih serius dengan biskuit di tangannya. Tak menunggu waktu lama, setelah semua piring tercuci, aku menuju kamar dan meraih ponselku yang tergeletak di ranjang. Segera aku mengetik pesan kepada laki-laki kaku itu.
879Please respect copyright.PENANAj2ii9j8Itb
Kepada: Hmm-879Please respect copyright.PENANARggFaiuTHZ
"Alamat rumahku jalan soepomo no. 16. Kapan kemari?"
879Please respect copyright.PENANAG9Vi6KAsTJ
Tak berselamg lama..879Please respect copyright.PENANAws9a7dOhUr
879Please respect copyright.PENANA6iUXzQNUzG
Dari: Hmm-879Please respect copyright.PENANAb2oymPj26W
"Oke, 1 jam lagi saya sudah ada didepan gerbang rumah mbak."
879Please respect copyright.PENANASjV5ra0hiu
GILAAA!!! 1 jam lagi? Apa kata papa, kalau tahu soal cogan, eh Raihan itu?
879Please respect copyright.PENANAKeMe6baEuD
Kepada: Hmm-879Please respect copyright.PENANAS899WNtYhj
"Serius? Malem ini? Besok napa?"
879Please respect copyright.PENANADha3rqyD9T
Hanya sekitar semenitan..
879Please respect copyright.PENANA8BKWi4Rx9k
Dari:Hmm-879Please respect copyright.PENANAWuygqlbOwA
"Saya membutuhkan sesuatu dalam koper itu. Saya sudah di jalan."
879Please respect copyright.PENANAqf6p8dMKfY
Oke, dia serius. Aku kemudian menuju ruang keluarga di mana papa dan mama sudah asyik menonton tv dengan serius. Detakan jantungku tak bisa diajak kompromi. Dag dig dug derr... aku hanya bisa membisu merasakan detakan itu dengan menanti detik-detik kedatangannya. Maklum. Aku belum pernah sama sekali menerima tamu laki-laki. Kenapa aku jadi lebay gini??
879Please respect copyright.PENANAxq4ekPXSHc
"Vi? Kamu kenapa sih? Tumben gak cerewet kalo nonton film." Tepukan mama yang mendarat di pundakku memecahkan lamunanku.
879Please respect copyright.PENANAkyqXE8nSST
"Emm.. gak ada apa-apa kok ma." Aku tersenyum dan mengalihkan pandangku kembali ke tv yang entah apa yang sedang ditayangkannya
879Please respect copyright.PENANAgjOfNYqZMj
----
879Please respect copyright.PENANAZ8gBqOzOjf
Oke, ini sudah lebih dari satu jam.
Lebih tepatnya 90 menit. Dimana dia? Harusnya aku sudah sadar dia tak akan datang malam ini. Jadi untuk apa aku menantinya?
"Pa, ma.. Via tidur dulu ya.." aku bangkit dari tempat dudukku.
879Please respect copyright.PENANAHKDV2NplHS
"Ya, Sweety, night. Oh ya, besok mau temenin papa beli mobil baru?"
879Please respect copyright.PENANADEgkBdMfza
"Mobil Via?!!" Sungguh mengharukan….
879Please respect copyright.PENANAxb61qr5gCe
"Tentu saja.... tidak. Mobil untuk papalah. Kamu buat apa mobil? Naik motor aja belum sampek." Papa mengatakan kalimat terakhir dengan sedikit membungkam mulutnya. usaha bergumam yang cerdas!
879Please respect copyright.PENANAGRLgJHCI4F
Aku hanya mendesah kesal dan menuju ke kamar. Setelah mengganti kaosku dengan piyama hello kitty kesayanganku, aku merebahkan tubuhku di atas ranjang baruku. Sebentar lagi aku akan teridur, hanya hitungan beberapa menit.
879Please respect copyright.PENANAWFQv4GevF8
….
…
879Please respect copyright.PENANAKcq8nZiKKA
Hmmhh..
879Please respect copyright.PENANACuuUGe4ezn
"VIAA!!!"
879Please respect copyright.PENANAUiTCLmS65k
Omg apa lagi?! Teriakan dahsyat mama benar2 menghilangkan kenikmatan malamku!
"Apa sih, ma? Liat nih, mata Via udah hampir nutup!" Kesel banget dengan tindakan mama yang sekonyong-konyong memeluk tubuhku.
"Ada…… malaikat, Vi.. Mau ketemu kamu!" Mama menarik paksa tanganku yang sudah lemah itu. Apa yang dikatakan mama? Hahh...Malaikat? Lucu.
879Please respect copyright.PENANAaRToFYpTux
Sebentar...
Malaikat?879Please respect copyright.PENANAMznlpwanLz
879Please respect copyright.PENANAW5tUyHjuof
Tampan?
Jangan bilang kalau…
879Please respect copyright.PENANAcAVAOuhi0w
879Please respect copyright.PENANAlc15ZFqsAj