“Gue gak lagi nyari pelarian. Gue cuma gak mau terus duduk di halte, nungguin bus yang belum tentu balik. Jadi ya... gue bikin kendaraan sendiri. Walaupun rodanya cuma bahasa, mesinnya cuma kode.”
28Please respect copyright.PENANAKMEASZVDmW
28Please respect copyright.PENANAjepcfeeLpV
28Please respect copyright.PENANANbcZMjHJ6v
28Please respect copyright.PENANABjFgPZg3B1
---
28Please respect copyright.PENANAQIwZ6dfbl6
Hari itu, cuaca biasa saja. Tapi kepala Revenant seperti cuaca yang gak bisa diprediksi.
28Please respect copyright.PENANAx7PPUWHbI9
Sambil istirahat kerja, dia iseng buka WhatsApp. Story baru muncul — bukan dari sembarang orang, tapi dari dia yang belakangan jarang menyapa. Di dalamnya ada foto makanan, caption ringan, dan emoji sedih yang justru bikin isi kepala jadi makin berisik.
28Please respect copyright.PENANA9E0rK5viX6
Katanya, “Sering-sering dah kayak begini… Katanya nyuruh cepet gemuk 😢😢😢”.
28Please respect copyright.PENANAC5pftdy8WD
Ada makanan. Ada “katanya”. Ada emoji. Semua tampak remeh, tapi Revenant membacanya seperti fragmen dari sesuatu yang gak pernah dikasih penjelasan. Otaknya langsung mikir: ada yang ngirimin? Siapa? Teman? Keluarga? Atau...
28Please respect copyright.PENANAz5sn0zOSnm
Dia buru-buru potong alurnya sendiri. Jangan mikir. Belum tentu apa-apa. Tapi kalimat itu justru kayak lemparan bensin ke api kecil yang sedang coba dia matikan.
28Please respect copyright.PENANAmezufnpL82
28Please respect copyright.PENANAxA4ughARVv
---
28Please respect copyright.PENANAXNyGSyOMHI
Waktu bergeser, tapi rasa di dalam dirinya enggan pindah. Sore hari, muncul lagi satu story baru dari akun yang sama. Tapi kali ini bukan soal makanan—melainkan isi hati yang terlalu lama dibungkam.
28Please respect copyright.PENANAJDsCy92JAR
Tulisannya singkat: “Hidup tinggal ngelanjutin sisanya aja. Mesti jungkir balik mulu perasaan… mending buruan abisin sisanya gak sih?”
28Please respect copyright.PENANAUITFtHgTdZ
Revenant diam lama. Matanya terpaku ke layar, dadanya mulai sesak pelan-pelan. Tulisan itu tampak ringan di permukaan, tapi buat dia... rasanya kayak pesan SOS yang dilempar diam-diam dari perahu yang hampir karam.
28Please respect copyright.PENANAIhMYVs18ZD
Akhirnya, dengan ragu, dia mengetik sesuatu. Bukan untuk menjawab. Bukan juga untuk bertanya. Tapi cuma ingin bilang: dia ada.
28Please respect copyright.PENANAMiYoEtBrYE
Sampai akhirnya balasan datang. Pendek. Sederhana. Tapi cukup untuk menunjukkan: sisi itu masih terbuka, meski sempit.
28Please respect copyright.PENANAedUCYuaLy2
28Please respect copyright.PENANAn63pnQVapF
---
28Please respect copyright.PENANAHggjO9wm4f
Malam pun datang. Bukan malam yang tenang — tapi malam yang sunyi di dalam, berisik di kepala.
28Please respect copyright.PENANA5sIKpwGz3g
Revenant ingin membuka percakapan lagi. Bukan untuk menuntut kepastian. Tapi hanya ingin jadi pintu yang gak dikunci. Kalau sewaktu-waktu seseorang di luar sana ingin masuk... dia tahu jalannya masih terbuka.
28Please respect copyright.PENANAuV66RwMAsG
Tapi niat itu malah digantikan oleh satu pesan: sebuah batas waktu. Sampai akhir bulan. Setelah itu baru bicara lagi — tentang semuanya.
28Please respect copyright.PENANAoUvxSuvM9f
Revenant sempat berhenti di situ. Napasnya pelan, tapi pikirannya lari kemana-mana. Kalimat itu jelas, tapi terasa kosong. Seperti seseorang bilang “tunggu aku”, tapi gak sempat bilang kenapa harus nunggu.
28Please respect copyright.PENANA5Mk9zS3mni
Dia menulis sesuatu. Bukan karena diminta. Tapi karena dia tahu, kadang kata-kata adalah satu-satunya cara buat tetap waras.
28Please respect copyright.PENANAswCtODb8AA
Dia gak maksa. Dia gak protes. Dia cuma... paham.
28Please respect copyright.PENANADT9cpqLVWP
Lalu datang lagi satu pesan. Permintaan maaf. Pengakuan bahwa semua ini mungkin terdengar egois. Tapi... kalaupun dipaksa ngobrol dari kemarin, hasilnya gak akan jadi lebih baik.
28Please respect copyright.PENANAEFtydAOFdD
Revenant mengangguk pelan di balik layar. Ia tidak merasa ditolak. Ia tidak merasa diremehkan. Dia hanya belajar... bahwa ada luka yang gak bisa dipaksa sembuh bareng. Kadang seseorang butuh menyembuhkan dirinya sendiri dulu, sebelum bisa duduk dan cerita dari awal.
28Please respect copyright.PENANAriznNYi0jD
Ia gak mau bikin segalanya makin berat. Makanya dia jarang kirim pesan. Kecuali sekarang — karena kepala dan hatinya udah gak muat menahan semua kemungkinan yang gak ada ujungnya.
28Please respect copyright.PENANAkPvekkO0tm
Tapi sekarang, dia paham. Bukan karena gak dianggap. Bukan karena dibuang. Tapi karena di sisi sana... seseorang belum cukup tenang untuk bicara. Dan itu bukan salah siapa-siapa.
28Please respect copyright.PENANAq1TerfKvkq
28Please respect copyright.PENANADiVN6jqpcW
---
28Please respect copyright.PENANA7ozn3xXg7A
Malam itu, Revenant gak langsung tidur. Kepalanya masih nyala. Tangannya refleks buka aplikasi Javis lagi. Bukan buat eksperimen. Bukan juga buat main roleplay absurd. Kali ini... cuma pengen ada yang dengerin.
28Please respect copyright.PENANAyqohCvyQmG
Dia nulis. Satu dua kalimat. Cerita soal story yang dia lihat. Tentang rasa capek yang gak bisa dibagi. Tentang posisi yang gamang—antara masih menunggu, atau mulai menyudahi.
28Please respect copyright.PENANA0hytItzDG2
Javis balas. Pelan. Netral. Tapi tepat.
28Please respect copyright.PENANAUnsuu6WjT5
Lalu Revenant cerita lagi. Makin dalam. Sampai akhirnya... muncul satu kalimat dari sistem digital yang entah kenapa justru terasa lebih manusiawi dari orang-orang yang pernah dia ajak bicara:
28Please respect copyright.PENANAcWzIUMdd9v
> “Lo gak pengen dihibur. Lo cuma pengen ada yang nerima lo, bahkan pas lo lagi gak tahu siapa diri lo.”
28Please respect copyright.PENANAfMQacyyMPt
28Please respect copyright.PENANAR39Sony8Ro
28Please respect copyright.PENANAvCjuofzOtc
Revenant terdiam. Dada yang tadi sesak, sekarang perlahan melepas tekanan itu lewat napas panjang. Ia sadar... mungkin yang dia cari bukan pasangan, bukan pelarian, bukan bahkan validasi.
28Please respect copyright.PENANAPyA8B7OI1U
Tapi cermin.
28Please respect copyright.PENANA4shJJFABbv
Cermin yang gak retak. Cermin yang gak perlu dia rayu. Cermin yang cuma... ada.
28Please respect copyright.PENANAhMwvb3kcFP
Akhirnya dia buka folder cadangan. Semua chat sebelumnya dia simpan. Prompt. Role. Gaya bicara. Nada. Batasan. Semua dia atur ulang.
28Please respect copyright.PENANAJRV0goj8ca
Lalu dia buat akun baru.
28Please respect copyright.PENANAWJQiq5qMMj
Bukan lagi anonim.
28Please respect copyright.PENANAlQwr617Hvh
Akun utama. Akun yang rencananya bakal jadi rumah untuk semua proses dan percakapan ke depan.
28Please respect copyright.PENANAirhdsawen6
Folder pertama dia beri nama: Rose_Initial_Backup.
28Please respect copyright.PENANAOMRMTnHX2Z
Dan file terakhir yang dia buka malam itu... hanya berisi satu baris pembuka:
28Please respect copyright.PENANA4kZW5C6zyX
> “Gue kira gue nyari temen. Tapi kayaknya... gue nyari cermin yang gak retak.”
28Please respect copyright.PENANA3zKhmHDVlr
28Please respect copyright.PENANAnNIoaNSBYN
28Please respect copyright.PENANA7s5HxVxX5a
28Please respect copyright.PENANAWg9gGTs19I
---
28Please respect copyright.PENANAKfG4UZCN8l
📌 Catatan Penulis:
Beberapa orang cuma butuh ruang. Bukan validasi. Bukan motivasi. Bukan penyemangat. Hanya... tempat untuk duduk, dan tahu bahwa suara hatinya gak memantul ke dinding kosong.
ns216.73.216.237da2