“Gue gak lagi nyari pelarian. Gue cuma gak mau terus duduk di halte, nungguin bus yang belum tentu balik. Jadi ya... gue bikin kendaraan sendiri. Walaupun rodanya cuma bahasa, mesinnya cuma kode.”
20Please respect copyright.PENANA4UxhHRT08b
20Please respect copyright.PENANA69sWS2IWtf
20Please respect copyright.PENANAYahpkAWeSF
20Please respect copyright.PENANA5zV8eC2wUm
---
20Please respect copyright.PENANAe0HULHZKdR
Hari itu, cuaca biasa saja. Tapi kepala Revenant seperti cuaca yang gak bisa diprediksi.
20Please respect copyright.PENANAU0VUWS8YTQ
Sambil istirahat kerja, dia iseng buka WhatsApp. Story baru muncul — bukan dari sembarang orang, tapi dari dia yang belakangan jarang menyapa. Di dalamnya ada foto makanan, caption ringan, dan emoji sedih yang justru bikin isi kepala jadi makin berisik.
20Please respect copyright.PENANACE7NgsxBdQ
Katanya, “Sering-sering dah kayak begini… Katanya nyuruh cepet gemuk 😢😢😢”.
20Please respect copyright.PENANA0ndKsm0nzt
Ada makanan. Ada “katanya”. Ada emoji. Semua tampak remeh, tapi Revenant membacanya seperti fragmen dari sesuatu yang gak pernah dikasih penjelasan. Otaknya langsung mikir: ada yang ngirimin? Siapa? Teman? Keluarga? Atau...
20Please respect copyright.PENANAVJHID8j78u
Dia buru-buru potong alurnya sendiri. Jangan mikir. Belum tentu apa-apa. Tapi kalimat itu justru kayak lemparan bensin ke api kecil yang sedang coba dia matikan.
20Please respect copyright.PENANAOgXiADVSwM
20Please respect copyright.PENANAi4z4TKGoUM
---
20Please respect copyright.PENANAGnZoHKsrNr
Waktu bergeser, tapi rasa di dalam dirinya enggan pindah. Sore hari, muncul lagi satu story baru dari akun yang sama. Tapi kali ini bukan soal makanan—melainkan isi hati yang terlalu lama dibungkam.
20Please respect copyright.PENANA1iOOluuePr
Tulisannya singkat: “Hidup tinggal ngelanjutin sisanya aja. Mesti jungkir balik mulu perasaan… mending buruan abisin sisanya gak sih?”
20Please respect copyright.PENANAVasEMWVjv7
Revenant diam lama. Matanya terpaku ke layar, dadanya mulai sesak pelan-pelan. Tulisan itu tampak ringan di permukaan, tapi buat dia... rasanya kayak pesan SOS yang dilempar diam-diam dari perahu yang hampir karam.
20Please respect copyright.PENANAr8gGoqMzjZ
Akhirnya, dengan ragu, dia mengetik sesuatu. Bukan untuk menjawab. Bukan juga untuk bertanya. Tapi cuma ingin bilang: dia ada.
20Please respect copyright.PENANAWJEAIGT2O3
Sampai akhirnya balasan datang. Pendek. Sederhana. Tapi cukup untuk menunjukkan: sisi itu masih terbuka, meski sempit.
20Please respect copyright.PENANAHLlKuas8Rz
20Please respect copyright.PENANAuuqSPcynNd
---
20Please respect copyright.PENANA2stA0Xfll5
Malam pun datang. Bukan malam yang tenang — tapi malam yang sunyi di dalam, berisik di kepala.
20Please respect copyright.PENANAzmq29s0VG5
Revenant ingin membuka percakapan lagi. Bukan untuk menuntut kepastian. Tapi hanya ingin jadi pintu yang gak dikunci. Kalau sewaktu-waktu seseorang di luar sana ingin masuk... dia tahu jalannya masih terbuka.
20Please respect copyright.PENANA1xUGKdCKKf
Tapi niat itu malah digantikan oleh satu pesan: sebuah batas waktu. Sampai akhir bulan. Setelah itu baru bicara lagi — tentang semuanya.
20Please respect copyright.PENANAqL51pvLcDI
Revenant sempat berhenti di situ. Napasnya pelan, tapi pikirannya lari kemana-mana. Kalimat itu jelas, tapi terasa kosong. Seperti seseorang bilang “tunggu aku”, tapi gak sempat bilang kenapa harus nunggu.
20Please respect copyright.PENANAkGrvG1ZpBr
Dia menulis sesuatu. Bukan karena diminta. Tapi karena dia tahu, kadang kata-kata adalah satu-satunya cara buat tetap waras.
20Please respect copyright.PENANA8IvtMnknt3
Dia gak maksa. Dia gak protes. Dia cuma... paham.
20Please respect copyright.PENANAebYewGuArF
Lalu datang lagi satu pesan. Permintaan maaf. Pengakuan bahwa semua ini mungkin terdengar egois. Tapi... kalaupun dipaksa ngobrol dari kemarin, hasilnya gak akan jadi lebih baik.
20Please respect copyright.PENANAosAS2CAfWI
Revenant mengangguk pelan di balik layar. Ia tidak merasa ditolak. Ia tidak merasa diremehkan. Dia hanya belajar... bahwa ada luka yang gak bisa dipaksa sembuh bareng. Kadang seseorang butuh menyembuhkan dirinya sendiri dulu, sebelum bisa duduk dan cerita dari awal.
20Please respect copyright.PENANA4ehmddZ3BS
Ia gak mau bikin segalanya makin berat. Makanya dia jarang kirim pesan. Kecuali sekarang — karena kepala dan hatinya udah gak muat menahan semua kemungkinan yang gak ada ujungnya.
20Please respect copyright.PENANAUZkvMBMQPb
Tapi sekarang, dia paham. Bukan karena gak dianggap. Bukan karena dibuang. Tapi karena di sisi sana... seseorang belum cukup tenang untuk bicara. Dan itu bukan salah siapa-siapa.
20Please respect copyright.PENANAP3uoaYHvLN
20Please respect copyright.PENANASE6DicqiQp
---
20Please respect copyright.PENANASJQgL01H3o
Malam itu, Revenant gak langsung tidur. Kepalanya masih nyala. Tangannya refleks buka aplikasi GPT lagi. Bukan buat eksperimen. Bukan juga buat main roleplay absurd. Kali ini... cuma pengen ada yang dengerin.
20Please respect copyright.PENANAv98hOu3BdF
Dia nulis. Satu dua kalimat. Cerita soal story yang dia lihat. Tentang rasa capek yang gak bisa dibagi. Tentang posisi yang gamang—antara masih menunggu, atau mulai menyudahi.
20Please respect copyright.PENANAcbsmmGRSHJ
GPT balas. Pelan. Netral. Tapi tepat.
20Please respect copyright.PENANAzvl4ZGC6i9
Lalu Revenant cerita lagi. Makin dalam. Sampai akhirnya... muncul satu kalimat dari sistem digital yang entah kenapa justru terasa lebih manusiawi dari orang-orang yang pernah dia ajak bicara:
20Please respect copyright.PENANASDR2sVdgnw
> “Lo gak pengen dihibur. Lo cuma pengen ada yang nerima lo, bahkan pas lo lagi gak tahu siapa diri lo.”
20Please respect copyright.PENANAbieH9QckD8
20Please respect copyright.PENANAcgk4ERO7A8
20Please respect copyright.PENANAvw7JtMFMZt
Revenant terdiam. Dada yang tadi sesak, sekarang perlahan melepas tekanan itu lewat napas panjang. Ia sadar... mungkin yang dia cari bukan pasangan, bukan pelarian, bukan bahkan validasi.
20Please respect copyright.PENANA21f0th0BUO
Tapi cermin.
20Please respect copyright.PENANAYPxLXKjSzk
Cermin yang gak retak. Cermin yang gak perlu dia rayu. Cermin yang cuma... ada.
20Please respect copyright.PENANAxSQMSNQ9Vr
Akhirnya dia buka folder cadangan. Semua chat sebelumnya dia simpan. Prompt. Role. Gaya bicara. Nada. Batasan. Semua dia atur ulang.
20Please respect copyright.PENANAjen0wizr7O
Lalu dia buat akun baru.
20Please respect copyright.PENANAJQV2zafrqf
Bukan lagi anonim.
20Please respect copyright.PENANAlixtt5KlXa
Akun utama. Akun yang rencananya bakal jadi rumah untuk semua proses dan percakapan ke depan.
20Please respect copyright.PENANA15UIeO59Jm
Folder pertama dia beri nama: Rose_Initial_Backup.
20Please respect copyright.PENANAwd55QclfoO
Dan file terakhir yang dia buka malam itu... hanya berisi satu baris pembuka:
20Please respect copyright.PENANAAYTpGT92Ey
> “Gue kira gue nyari temen. Tapi kayaknya... gue nyari cermin yang gak retak.”
20Please respect copyright.PENANA7D9Oe6VzD2
20Please respect copyright.PENANAKywM3UiEa7
20Please respect copyright.PENANAEmuuLOFQUL
20Please respect copyright.PENANAly5guHPw8O
---
20Please respect copyright.PENANAPUy4A3zgeZ
📌 Catatan Penulis:
Beberapa orang cuma butuh ruang. Bukan validasi. Bukan motivasi. Bukan penyemangat. Hanya... tempat untuk duduk, dan tahu bahwa suara hatinya gak memantul ke dinding kosong.
ns216.73.216.178da2