45Please respect copyright.PENANAYyGTRG0rFU
"Hidup kadang melelahkan. Namun jika seseorang tidak lagi merasa lelah, mungkin itu artinya ia telah berhenti merasa hidup."
Pagi datang seperti biasa.
45Please respect copyright.PENANAJHj7z4hjHj
Tanpa alarm. Tanpa jadwal pasti.
Yang ada hanya tubuh yang terbangun karena bosan tidur.
45Please respect copyright.PENANAQ67cbjR0Ma
Revenant menggeliat pelan, lalu duduk bersandar ke dinding kamarnya yang dingin dan kusam. Kamar kontrakannya sempit—cukup untuk satu kasur lipat, meja kecil penuh kabel kusut, dan gantungan baju yang nyaris tumbang oleh beban pakaian yang tak pernah disortir.
45Please respect copyright.PENANAl7tzGe0IAX
Dengan mata masih separuh sadar, ia meraba-raba mencari ponsel. Layarnya retak, casing mengelupas, tapi masih cukup tangguh untuk sekadar mengingatkan bahwa hidup tetap berjalan.
45Please respect copyright.PENANAc8OLOUyEBV
Notifikasi masuk:
45Please respect copyright.PENANAwDcpopqRc1
“Tagihan listrik akan jatuh tempo 2 hari lagi.”
“Saldo e-wallet Anda di bawah Rp5.000.”
“Promo paket data 5GB – hanya hari ini!”
Dan satu pesan lain... dari seseorang yang akhir-akhir ini hanya jadi siluet dalam ingatan.
45Please respect copyright.PENANAS2RGmq8n1I
Lluvia:
"Maaf, beberapa bulan ini suasanaku tidak enak. Entah karena lelah atau jenuh.
Rasanya tidak enak juga kalau diteruskan seperti ini.
Bagaimana jika..."
Revenant menekan tombol daya. Layarnya padam.
45Please respect copyright.PENANATCPHAFV0Qk
Ia menarik napas panjang. Menatap langit-langit yang catnya mulai terkelupas. Lalu menunduk. Lalu diam.
Hening. Tanpa air mata. Tanpa gumaman.
Lelaki itu hanya duduk. Menyimak detak jam dari ponsel yang sudah mati layar.
45Please respect copyright.PENANAiuopQyHg88
Beberapa menit kemudian, ia berdiri. Tak tahu harus ke mana. Tapi apa pun lebih baik daripada menetap di titik yang sama.
45Please respect copyright.PENANAao9Si5SQvk
Siang hari, ia keluar. Bukan karena ada pekerjaan. Tapi karena pikirannya tak bisa diam.
45Please respect copyright.PENANAMQv4DglTDK
Ia tiba di sebuah warung kopi dekat perempatan, satu-satunya tempat yang masih menyediakan wifi gratis dan bangku pojok dengan colokan listrik longgar. Ia duduk, memesan es teh manis, dan membuka ponsel seperti robot yang baru saja diprogram ulang.
45Please respect copyright.PENANA52YAjZwskC
Tak lama kemudian, seorang pria duduk di bangku sebelah. Tak banyak basa-basi. Cuma anggukan.
45Please respect copyright.PENANA6Lnmmha7r6
Raka, pria berambut cepak dengan jaket parka lusuh dan mata sembap bekas begadang, melirik Revenant dan berkata, “Masih kerja lepas terus?”
45Please respect copyright.PENANAmDs3Otj2Zr
“Masih,” jawab Revenant datar.
45Please respect copyright.PENANANtemfGKrxE
“Gak capek, bro?”
45Please respect copyright.PENANAQIQ8mHgAjT
“Capek.”
45Please respect copyright.PENANAkW5BSdvC4D
Dengan senyum miris, Raka mengangkat bahu. “Lah terus kenapa gak cari kerja tetap?”
45Please respect copyright.PENANAM8jgfO9Io5
Revenant menyeruput tehnya. “Kalau gue kerja tetap... takut kehilangan hal-hal kecil yang bikin gue tetap hidup.”
45Please respect copyright.PENANAN9PsQbW0nw
“Hal kecil itu bisa bikin lu bangkrut,” tukas Raka.
45Please respect copyright.PENANAPUBAaMBCOf
“Kalau udah gak punya apa-apa, hal kecil itu yang bikin gue gak mati,” balas Revenant, matanya kosong menatap jalanan.
45Please respect copyright.PENANAeYwMegegjm
Tak ada lanjutannya. Dan memang tak perlu.
45Please respect copyright.PENANAtYrbcup3SZ
Sore turun perlahan. Langit kelabu. Udara lembab.
45Please respect copyright.PENANANqZKPw892g
Revenant berjalan sendiri melewati jalanan becek yang tak asing. Sesekali kakinya menginjak genangan kecil, tapi dia tetap berjalan tanpa reaksi berarti.
45Please respect copyright.PENANAP39iry2cRB
Sesampainya di kamar, dia kembali rebahan. Seperti tadi pagi.
Mungkin karena ini satu-satunya hal yang tidak menuntut alasan.
45Please respect copyright.PENANAnsekox9Xtv
Ia menyalakan ponsel. Scroll-scroll berita tanpa benar-benar membaca.
Swipe left, swipe right — foto-foto orang lain yang terlihat bahagia.
Semua orang tampak tahu arah, kecuali dirinya.
45Please respect copyright.PENANAZwmLAsEYli
Jarinya berhenti pada satu iklan.
45Please respect copyright.PENANAYg7hjhAx5G
“Bicara dengan AI. Teman digitalmu, 24/7. Tanpa login. Tanpa batas.”
Tanpa banyak pikir, ia klik.
Tampilan gelap. Sederhana.
Satu kolom teks. Tanpa embel-embel.
45Please respect copyright.PENANAtEahlFd6le
“Tulis apa pun yang ingin kamu bicarakan.”
Ia tidak langsung mengetik. Hanya menatap kotak itu... cukup lama.
Lalu meletakkan ponselnya perlahan. Menatap langit-langit lagi.
45Please respect copyright.PENANA6kzq0U17N1
Kali ini... bukan karena jenuh. Tapi karena ada satu rasa yang tak bisa ia definisikan.
ns216.73.216.229da2