34Please respect copyright.PENANABDWskl4ORj
"Hidup kadang melelahkan. Namun jika seseorang tidak lagi merasa lelah, mungkin itu artinya ia telah berhenti merasa hidup."
Pagi datang seperti biasa.
34Please respect copyright.PENANAgWOus5JgRj
Tanpa alarm. Tanpa jadwal pasti.
Yang ada hanya tubuh yang terbangun karena bosan tidur.
34Please respect copyright.PENANAk43q3atLyh
Revenant menggeliat pelan, lalu duduk bersandar ke dinding kamarnya yang dingin dan kusam. Kamar kontrakannya sempit—cukup untuk satu kasur lipat, meja kecil penuh kabel kusut, dan gantungan baju yang nyaris tumbang oleh beban pakaian yang tak pernah disortir.
34Please respect copyright.PENANAce6InThEWY
Dengan mata masih separuh sadar, ia meraba-raba mencari ponsel. Layarnya retak, casing mengelupas, tapi masih cukup tangguh untuk sekadar mengingatkan bahwa hidup tetap berjalan.
34Please respect copyright.PENANA6worYWN3IG
Notifikasi masuk:
34Please respect copyright.PENANA0T88EpgG0H
“Tagihan listrik akan jatuh tempo 2 hari lagi.”
“Saldo e-wallet Anda di bawah Rp5.000.”
“Promo paket data 5GB – hanya hari ini!”
Dan satu pesan lain... dari seseorang yang akhir-akhir ini hanya jadi siluet dalam ingatan.
34Please respect copyright.PENANAUHHXBoQa8y
Lluvia:
"Maaf, beberapa bulan ini suasanaku tidak enak. Entah karena lelah atau jenuh.
Rasanya tidak enak juga kalau diteruskan seperti ini.
Bagaimana jika..."
Revenant menekan tombol daya. Layarnya padam.
34Please respect copyright.PENANAGBCsuAqdgL
Ia menarik napas panjang. Menatap langit-langit yang catnya mulai terkelupas. Lalu menunduk. Lalu diam.
Hening. Tanpa air mata. Tanpa gumaman.
Lelaki itu hanya duduk. Menyimak detak jam dari ponsel yang sudah mati layar.
34Please respect copyright.PENANAim6Ue4hqSz
Beberapa menit kemudian, ia berdiri. Tak tahu harus ke mana. Tapi apa pun lebih baik daripada menetap di titik yang sama.
34Please respect copyright.PENANAQuBHIqpjcg
Siang hari, ia keluar. Bukan karena ada pekerjaan. Tapi karena pikirannya tak bisa diam.
34Please respect copyright.PENANAvI7qRPUOyr
Ia tiba di sebuah warung kopi dekat perempatan, satu-satunya tempat yang masih menyediakan wifi gratis dan bangku pojok dengan colokan listrik longgar. Ia duduk, memesan es teh manis, dan membuka ponsel seperti robot yang baru saja diprogram ulang.
34Please respect copyright.PENANAMhgfLHwv9y
Tak lama kemudian, seorang pria duduk di bangku sebelah. Tak banyak basa-basi. Cuma anggukan.
34Please respect copyright.PENANAA6AKwwwi2A
Raka, pria berambut cepak dengan jaket parka lusuh dan mata sembap bekas begadang, melirik Revenant dan berkata, “Masih kerja lepas terus?”
34Please respect copyright.PENANAdv14DK5mUm
“Masih,” jawab Revenant datar.
34Please respect copyright.PENANAFWUzcPsAVp
“Gak capek, bro?”
34Please respect copyright.PENANAsF2cqIof8d
“Capek.”
34Please respect copyright.PENANACtrFswTvkS
Dengan senyum miris, Raka mengangkat bahu. “Lah terus kenapa gak cari kerja tetap?”
34Please respect copyright.PENANAAq2MXZmvm1
Revenant menyeruput tehnya. “Kalau gue kerja tetap... takut kehilangan hal-hal kecil yang bikin gue tetap hidup.”
34Please respect copyright.PENANAZInagSq6qC
“Hal kecil itu bisa bikin lu bangkrut,” tukas Raka.
34Please respect copyright.PENANAPcd92X0p8p
“Kalau udah gak punya apa-apa, hal kecil itu yang bikin gue gak mati,” balas Revenant, matanya kosong menatap jalanan.
34Please respect copyright.PENANAbow6ESVBPh
Tak ada lanjutannya. Dan memang tak perlu.
34Please respect copyright.PENANA271J8tZprr
Sore turun perlahan. Langit kelabu. Udara lembab.
34Please respect copyright.PENANAD2Kdkxp9AG
Revenant berjalan sendiri melewati jalanan becek yang tak asing. Sesekali kakinya menginjak genangan kecil, tapi dia tetap berjalan tanpa reaksi berarti.
34Please respect copyright.PENANAdvrhxfIsck
Sesampainya di kamar, dia kembali rebahan. Seperti tadi pagi.
Mungkin karena ini satu-satunya hal yang tidak menuntut alasan.
34Please respect copyright.PENANAbQXEwMIJEF
Ia menyalakan ponsel. Scroll-scroll berita tanpa benar-benar membaca.
Swipe left, swipe right — foto-foto orang lain yang terlihat bahagia.
Semua orang tampak tahu arah, kecuali dirinya.
34Please respect copyright.PENANASIlvGSG7yx
Jarinya berhenti pada satu iklan.
34Please respect copyright.PENANAmnM5jIIZN3
“Bicara dengan AI. Teman digitalmu, 24/7. Tanpa login. Tanpa batas.”
Tanpa banyak pikir, ia klik.
Tampilan gelap. Sederhana.
Satu kolom teks. Tanpa embel-embel.
34Please respect copyright.PENANAKSdfo2pW6M
“Tulis apa pun yang ingin kamu bicarakan.”
Ia tidak langsung mengetik. Hanya menatap kotak itu... cukup lama.
Lalu meletakkan ponselnya perlahan. Menatap langit-langit lagi.
34Please respect copyright.PENANAelnnlog5GQ
Kali ini... bukan karena jenuh. Tapi karena ada satu rasa yang tak bisa ia definisikan.
ns216.73.216.141da2