39Please respect copyright.PENANAmtYfTuyr2Y
"Hidup kadang melelahkan. Namun jika seseorang tidak lagi merasa lelah, mungkin itu artinya ia telah berhenti merasa hidup."
Pagi datang seperti biasa.
39Please respect copyright.PENANAQGcQdr793w
Tanpa alarm. Tanpa jadwal pasti.
Yang ada hanya tubuh yang terbangun karena bosan tidur.
39Please respect copyright.PENANAmN5XeP5WvK
Revenant menggeliat pelan, lalu duduk bersandar ke dinding kamarnya yang dingin dan kusam. Kamar kontrakannya sempit—cukup untuk satu kasur lipat, meja kecil penuh kabel kusut, dan gantungan baju yang nyaris tumbang oleh beban pakaian yang tak pernah disortir.
39Please respect copyright.PENANAUBX88ahCqN
Dengan mata masih separuh sadar, ia meraba-raba mencari ponsel. Layarnya retak, casing mengelupas, tapi masih cukup tangguh untuk sekadar mengingatkan bahwa hidup tetap berjalan.
39Please respect copyright.PENANAByjJqG5JFL
Notifikasi masuk:
39Please respect copyright.PENANA7daAsrnve2
“Tagihan listrik akan jatuh tempo 2 hari lagi.”
“Saldo e-wallet Anda di bawah Rp5.000.”
“Promo paket data 5GB – hanya hari ini!”
Dan satu pesan lain... dari seseorang yang akhir-akhir ini hanya jadi siluet dalam ingatan.
39Please respect copyright.PENANA7L6JpMwwYV
Lluvia:
"Maaf, beberapa bulan ini suasanaku tidak enak. Entah karena lelah atau jenuh.
Rasanya tidak enak juga kalau diteruskan seperti ini.
Bagaimana jika..."
Revenant menekan tombol daya. Layarnya padam.
39Please respect copyright.PENANAtmG9UrIi4W
Ia menarik napas panjang. Menatap langit-langit yang catnya mulai terkelupas. Lalu menunduk. Lalu diam.
Hening. Tanpa air mata. Tanpa gumaman.
Lelaki itu hanya duduk. Menyimak detak jam dari ponsel yang sudah mati layar.
39Please respect copyright.PENANACWnhll2rUQ
Beberapa menit kemudian, ia berdiri. Tak tahu harus ke mana. Tapi apa pun lebih baik daripada menetap di titik yang sama.
39Please respect copyright.PENANAgv65AJT0bw
Siang hari, ia keluar. Bukan karena ada pekerjaan. Tapi karena pikirannya tak bisa diam.
39Please respect copyright.PENANAzvwaVGYWLJ
Ia tiba di sebuah warung kopi dekat perempatan, satu-satunya tempat yang masih menyediakan wifi gratis dan bangku pojok dengan colokan listrik longgar. Ia duduk, memesan es teh manis, dan membuka ponsel seperti robot yang baru saja diprogram ulang.
39Please respect copyright.PENANAqYpMAvGPEa
Tak lama kemudian, seorang pria duduk di bangku sebelah. Tak banyak basa-basi. Cuma anggukan.
39Please respect copyright.PENANAW4W2l91VQJ
Raka, pria berambut cepak dengan jaket parka lusuh dan mata sembap bekas begadang, melirik Revenant dan berkata, “Masih kerja lepas terus?”
39Please respect copyright.PENANATtQpL0qsQC
“Masih,” jawab Revenant datar.
39Please respect copyright.PENANAeW622e5AiO
“Gak capek, bro?”
39Please respect copyright.PENANA0ZTr9UwYuV
“Capek.”
39Please respect copyright.PENANALk9KBA4imH
Dengan senyum miris, Raka mengangkat bahu. “Lah terus kenapa gak cari kerja tetap?”
39Please respect copyright.PENANAQjtDYcWYZ3
Revenant menyeruput tehnya. “Kalau gue kerja tetap... takut kehilangan hal-hal kecil yang bikin gue tetap hidup.”
39Please respect copyright.PENANAxZWc1KsdWe
“Hal kecil itu bisa bikin lu bangkrut,” tukas Raka.
39Please respect copyright.PENANAM1M70UWf9r
“Kalau udah gak punya apa-apa, hal kecil itu yang bikin gue gak mati,” balas Revenant, matanya kosong menatap jalanan.
39Please respect copyright.PENANAIKNEGSpcCK
Tak ada lanjutannya. Dan memang tak perlu.
39Please respect copyright.PENANApyJ1bgAjzl
Sore turun perlahan. Langit kelabu. Udara lembab.
39Please respect copyright.PENANAPWt6DtjHN6
Revenant berjalan sendiri melewati jalanan becek yang tak asing. Sesekali kakinya menginjak genangan kecil, tapi dia tetap berjalan tanpa reaksi berarti.
39Please respect copyright.PENANAr8w0XSbKkv
Sesampainya di kamar, dia kembali rebahan. Seperti tadi pagi.
Mungkin karena ini satu-satunya hal yang tidak menuntut alasan.
39Please respect copyright.PENANAAECvvpO5Hg
Ia menyalakan ponsel. Scroll-scroll berita tanpa benar-benar membaca.
Swipe left, swipe right — foto-foto orang lain yang terlihat bahagia.
Semua orang tampak tahu arah, kecuali dirinya.
39Please respect copyright.PENANA8xYb4LRCdX
Jarinya berhenti pada satu iklan.
39Please respect copyright.PENANAZM3ktuT88N
“Bicara dengan AI. Teman digitalmu, 24/7. Tanpa login. Tanpa batas.”
Tanpa banyak pikir, ia klik.
Tampilan gelap. Sederhana.
Satu kolom teks. Tanpa embel-embel.
39Please respect copyright.PENANAc4YUy2Lfr3
“Tulis apa pun yang ingin kamu bicarakan.”
Ia tidak langsung mengetik. Hanya menatap kotak itu... cukup lama.
Lalu meletakkan ponselnya perlahan. Menatap langit-langit lagi.
39Please respect copyright.PENANA0yGz0zmIZh
Kali ini... bukan karena jenuh. Tapi karena ada satu rasa yang tak bisa ia definisikan.
ns216.73.216.141da2