
Chapter 2: Celah yang Mulai Terbuka
POV Jaka
22246Please respect copyright.PENANAuI9yziurGf
Beberapa minggu belakangan, setiap kali Riska pulang kerja, selalu ada cerita baru dari kantornya. Kadang soal kerjaan, kadang soal gosip, tapi yang paling sering—tentang Nina.
22246Please respect copyright.PENANAkGxy85zVY4
Aku udah mulai hafal gaya dia kalau mau cerita hal "agak nakal". Awalnya senyum-senyum sendiri, terus ngeteh dulu, duduk selonjoran, baru deh mulai nyerocos.
22246Please respect copyright.PENANAnUrdVMkL0z
"Mas, tahu nggak, Nina tuh parah banget hari ini..." katanya, matanya berbinar lucu.
22246Please respect copyright.PENANAQdpV06Hzll
"Parah gimana?"
22246Please respect copyright.PENANAcAyyZ9Usk6
"Tadi dia cerita katanya pas dia liburan ke Bali, dia ketemu cowok bule. Terus... ya gitu deh. Mereka 'main'. Terus dia bilang gini ke aku, 'Ris... kamu tuh belum ngerasain nikmat dunia kalo belum nyobain yang ukurannya bule.'"
22246Please respect copyright.PENANAxixJ8vcsbv
Aku berhenti menggulir HP, menoleh ke Riska.
22246Please respect copyright.PENANAub8S52zKGP
"Terus kamu gimana?"
22246Please respect copyright.PENANAtwxSbUTC9I
Dia nyengir. "Ya kagetlah! Aku cuma bisa bilang, 'Ih, Na... dosa banget.' Tapi dia malah ketawa dan bilang, 'Ris, nikmat itu kadang nggak ada di suami sendiri. Kamu belum tahu rasanya batang besar dan panjang yang bukan milik sendiri... itu tuh beda, Ris. Sampe ke ubun-ubun.'"
22246Please respect copyright.PENANASbsJOxGCCX
Riska ketawa geli waktu cerita itu, tapi aku cuma bisa mengerutkan kening.
22246Please respect copyright.PENANAtWQkBQvduA
"Duh, Mas... serem ya. Tapi lucu juga sih, Nina tuh kalau cerita vulgar tuh ekspresinya datar banget, jadi makin absurd."
22246Please respect copyright.PENANAa5NqGrxdpB
Aku maksa ketawa, tapi dada rasanya sesak. Aku nggak suka dengar cerita kayak gitu dari istriku—apalagi dia kayak menikmati momen ngobrolin hal-hal vulgar bareng temennya itu.
22246Please respect copyright.PENANADlgTbWQ3nQ
"Dia ngomong gitu ke kamu tiap hari?"
22246Please respect copyright.PENANAx4ELs16j9P
"Enggak sih, tapi sering. Dia tuh suka iseng ngajak aku ngobrol hal-hal kayak gitu. Kadang aku jawab sekenanya, tapi ya... ada aja yang bikin penasaran juga, sih."
22246Please respect copyright.PENANABE2M72Ie3a
Kalimat terakhir itu—"bikin penasaran juga"—masih terngiang-ngiang di kepala waktu aku coba tidur malam itu.
22246Please respect copyright.PENANARi6MEDbFR0
22246Please respect copyright.PENANAZAlbbJ24U3
---
22246Please respect copyright.PENANAoQC6BRT63q
Pagi-pagi, waktu Riska lagi dandan, aku perhatikan dia lebih niat dari biasanya. Lipstik pink tipis, sedikit bedak, alis dirapihin. Wangi parfumnya juga baru.
22246Please respect copyright.PENANAtK4tAQLQI4
"Parfum baru ya?" tanyaku, pura-pura santai.
22246Please respect copyright.PENANAfqKrkHvBwU
Dia menoleh sambil senyum. "Iya, Nina ngasih. Katanya biar aku kelihatan lebih fresh."
22246Please respect copyright.PENANABGyp5V2PxC
"Emang kamu niat kelihatan fresh buat siapa di kantor?" tanyaku sambil ngelirik.
22246Please respect copyright.PENANAYyCVcQCPmq
Riska ketawa. "Ya biar enak dilihat aja. Masa keliatan kusam tiap hari?"
22246Please respect copyright.PENANAFXxfzhGCCk
Aku mengangguk, walau masih ada sisa sesak di dada. Aku nggak mau jadi suami posesif. Tapi sulit menepis perasaan bahwa Riska mulai... berubah. Cara bicaranya, cara berdandan, bahkan cara dia memandang dirinya sendiri—semua mulai bergeser.
22246Please respect copyright.PENANAvrVTWdTkV9
22246Please respect copyright.PENANAU4dLMHcpnw
---
22246Please respect copyright.PENANAtGl73yOtyA
Siangnya aku iseng buka-buka akun sosial media. Riska jarang update, tapi aku coba cari akun Nina. Setelah beberapa pencarian, akhirnya ketemu. Akunnya penuh foto-foto selfie dengan caption yang... cukup vulgar untuk standar temen istriku.
22246Please respect copyright.PENANAptRMbPxDR2
Salah satu caption yang bikin aku menelan ludah:
“Kadang tubuh butuh yang asing... karena yang biasa udah nggak ngasih rasa.”
22246Please respect copyright.PENANAeVue4mMjUL
Ada satu foto Nina dan beberapa teman kantor—termasuk Riska. Di situ istriku senyum, berdiri agak dekat dengan dua cowok yang belum pernah aku lihat sebelumnya.
22246Please respect copyright.PENANAqHYZJySpzP
Aku nggak mau mikir macem-macem.
22246Please respect copyright.PENANAbYvxkVH6Pp
Tapi ya... sebagai laki-laki, ada insting yang susah ditepis. Insting bahwa sesuatu di balik senyum Riska belakangan ini bukan cuma karena "pekerjaan yang menyenangkan".
22246Please respect copyright.PENANAWDWlSlQ2XC
22246Please respect copyright.PENANAwsS8xijYBi
---
22246Please respect copyright.PENANAcc5qspRNrP
Sore itu dia pulang telat. Katanya ada lembur mendadak.
22246Please respect copyright.PENANAl2BNKA43Yv
Waktu dia sampai rumah, aku udah siapin teh hangat.
22246Please respect copyright.PENANAKPxvqXkwc7
"Capek, Mas..." katanya sambil selonjoran di sofa. "Tadi Pak Arman bawain tumpukan invoice, padahal udah sore banget."
22246Please respect copyright.PENANA6veSDroH6Z
"Pak Arman emang sering minta kamu kerja lebih ya?"
22246Please respect copyright.PENANAz4r6uUUL03
Dia mengangkat bahu. "Kadang. Tapi ya namanya juga atasan. Aku nggak bisa nolak."
22246Please respect copyright.PENANAStbUsVnaHU
Aku menahan diri buat nggak komentar banyak. Aku cuma ngangguk sambil menyodorkan teh.
22246Please respect copyright.PENANAzTZhrmrBpy
Riska menyesap pelan, lalu tersenyum. "Tadi pas Nina lihat aku masih kerja, dia nyeletuk, ‘Ris, jangan terlalu rajin nanti makin dilirik bos, lho. Si Pak Arman tuh seneng sama tipe yang nurut-nurut cantik kayak kamu.’ Hahaha, dasar Nina."
22246Please respect copyright.PENANAmZAuRxfBz4
Aku hanya ikut tertawa kecil, walau hati ini makin nggak karuan.
22246Please respect copyright.PENANAsb2FdiUhze
Aku ingin percaya, semua ini cuma gurauan kantor. Cuma obrolan iseng antara rekan kerja.
22246Please respect copyright.PENANA30qzOZg0q5
Tapi naluriku bilang, ini lebih dari sekadar itu.