Perubahan Istri alim dan Polos

POV Pram

Aku masih di parkiran kantor waktu rasa gelisah itu datang.

Bukan karena laporan belum selesai atau deadline yang ngeburu—tapi karena

Riska. Sejak pagi tadi, dia kelihatan lesu. Katanya cuma masuk angin, tapi

insting gue bilang ada yang lain.

Anehnya, pas gue tanya kenapa, dia cuma senyum kecil dan

bilang, “Enggak apa-apa, Mas. Cuma agak lemes aja.” Senyumnya manis. Tapi

kosong. Kaya senyum yang dibuat-buat.

Gue minta dia istirahat, kerjaan kantor biar gue bantu aja.

Tapi dia kekeh mau kerja dari rumah. “Cuma ngerapihin data doang kok, aku

bisa.”

Gue percaya. Gue selalu percaya. Tapi entah kenapa hari

ini... jantung gue berat banget.

Jam satu siang, gue izin balik bentar ke rumah. Alasan ke

atasan sih karena laptop ketinggalan. Tapi sebenernya cuma mau lihat Riska.

Dan tepat di tikungan menuju rumah...

Gue liat mobil Rian. Mundur perlahan dari depan rumah. Gue

sempat lambatkan motor, tapi ya gue gak curiga. Orang itu memang rekan kerjanya

Riska. Mungkin cuma antar file atau bantu kerjaan.

Gue parkir. Langkah gue cepat. Hati gue makin gak karuan.

Begitu buka pintu, gue liat Riska lagi di ruang tamu.

Berdiri agak kaku. Bajunya masih lengkap, jilbabnya udah dipakai. Tapi ada yang

ganjil. Mukanya berkeringat. Napasnya agak cepat. Dan... baju kurung bagian

dada sampai perutnya basah. Seperti abis kena uap, atau... berkeringat dari

dalam.

“Sayang... kamu abis ngapain?” tanya gue pelan.

Dia kaget. Refleks menoleh. “Mas? Udah pulang?”

“Liat kamu gak enak badan, aku khawatir.”

Dia senyum, tapi mata dia gak bisa bohong. Ada yang dia

sembunyiin. Matanya gak berani lama-lama natap gue.

Gue jalan mendekat. Letak tangan gue di keningnya.

“Masih panas dikit... Kamu jangan maksa kerja kalo gak

kuat,” kata gue, mencoba lembut.

Tapi pas tangan gue nyentuh dia... gue ngerasa ada aroma

aneh. Bau tubuh Riska gak biasanya begini. Ada aroma manis... agak amis... dan

asin. Kaya keringat yang bercampur cairan lain. Gue gak ngerti. Tapi hidung

gue... menangkap sesuatu.

Aroma itu juga keluar dari mulutnya. Waktu dia bicara, dan

napasnya menyentuh wajah gue, rasanya... asing. Tapi bikin penasaran. Bibir gue

gatal pengen nyium dia.

Entah kenapa, siang itu, gue ngerasa Riska... lain. .

“Sayang...,” bisik gue sambil narik tangannya.

Dia agak ragu. Bahkan sempat nolak halus. “Aku masih agak

gak enak badan, Mas... maaf ya...”

Gue ngerti. Tapi ada

sisi dalam diri gue yang haus. Haus akan istriku sendiri. Dan mungkin... haus

akan misteri yang dia sembunyikan.

“Aku peluk aja. Gak maksa,” kata gue. Tapi tangan gue udah

melingkar ke pinggangnya, mendekatkan tubuh kami. Dan perlahan... dia gak nolak

lagi.

Malah... Riska mulai ngerespons.

Awalnya pelan. Tapi makin lama, dia justru agresif. Mulutnya

nyari bibir gue. Lidahnya masuk tanpa malu. Dan rasa itu... asin. Berbau anyir

seperti... ?Aneh. Tapi... nikmat. Gue kecanduan.

Dia nyedot bibir gue. Bibir yang biasa malu-malu. Sekarang

menggigit, menelan, menjilat. Gue gak bisa berpikir jernih.

“Sayang... kamu kenapa?” tanya gue di sela ciuman.

Dia gak jawab. Tapi tiba-tiba, dia turun. Perlahan, membuka

celana gue. Dan tanpa bicara... dia mulai menjilat.

Gue melongo. Shock.

Selama ini, Riska gak pernah mau. Dia selalu bilang jijik,

tabu, bukan hal yang layak dilakukan istri. Tapi sekarang...

“Ris... kamu serius?” tanya gue pelan, setengah gak percaya.

Dia hanya mengangguk. Lalu melanjutkan. Tanpa malu, tanpa

ragu. Mulutnya hangat, basah, liar. Cairan dari mulutnya melumasi semua dengan

sempurna. Tapi... rasa itu... lagi-lagi asin. Kaya ada sisa-sisa rasa lain.

Tapi gue gak mikir jauh. Tubuh gue kalah. Rasa itu terlalu nikmat.

Sampai akhirnya, gue bangkit, narik dia ke atas ranjang.

“Sekarang giliran aku.”

Riska sempat menolak.seolah enggan melepas batangku dsri

mulut kecilnya tubuhnya gw angkat ke

kasur Tapi matanya... matanya justru memandang batangku seolah2 masi minta

dilanjutkan. Gairah yang aneh membuncah dari tubuhnya.

Gue buka pakaiannya pelan. Dia gak banyak bicara. Tapi

ketika gue masuk...

Sensasinya...

Lain.

Vaginanya hangat. Lembut. Tapi... terasa lebih longgar dari

biasanya. Dan... basahnya bukan main.

Tapi bodohnya... gue suka.

Rasa licin itu. Aroma asing itu. Kenikmatan aneh yang belum

pernah gue rasain seumur hidup. Gue terlarut. Dorongan gue makin dalam. Riska

melenguh... tapi gak seperti biasanya. Lenguhannya lebih berat, lebih berdosa.

Tapi justru bikin gue makin keras.

“Aku... Mas...” katanya pelan.

Gue menatapnya.

“Kenapa?”

Dia hanya menggeleng. Menahan air mata. Tapi tubuhnya terus

menggeliat. Seolah berperang antara bersalah... dan kenikmatan.

Kami klimaks hampir bersamaan. Dan saat gue rebah di

sampingnya... gue menarik nafas panjang.

“Sayang... maaf mas gak tau knapa tapi aroma tubuhmu ini kamu lain banget... tapi aku suka aku

bergairah,” bisik gue sambil peluk dia.

Dia gak jawab.

Gue gak tahu... bahwa air mata mengalir dari pelupuknya

3142Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡp94jKB0ZdM

Judul: Sisa Rasa di Tubuhku

POV Riska

Aku belum mandi. Badanku masih lemas setelah semalam.

Pram... suamiku, pria yang paling sabar selama ini, malam tadi berubah jadi

seseorang yang tak pernah aku kenal sebelumnya. Ia buas, haus, dan tak

henti-henti menyentuh tubuhku seolah aku adalah miliknya seutuhnya.

Aku ikut terbawa. Tapi aku tahu, bukan itu yang

membuatku lenguh paling keras malam tadi. Bukan itu yang membuat kakiku

gemetar.

https://karyakarsa.com/DSASAXI88

Aku masih ingat... sisa rasa Rian masih menempel di

dalamku saat Pram menyentuhku. Mungkin karena itu segalanya terasa lebih panas

dari biasanya. Lebih cair. Lebih berdosa.

Dan kini, pagi ini, tubuhku seperti habis dijarah.

Tapi jiwaku… jauh lebih kacau.

Aku rebahan di ruang tengah dengan laptop terbuka.

Data kantor menumpuk, dan aku mencoba fokus. Tapi pikiranku tidak bisa lepas

dari ciuman Rian. Jemari Rian. Lidah Rian. Dan yang paling gila... wajahnya

saat ia klimaks dalam mulutku.

Tiba-tiba...

Tok tok.

Ketukan di pintu.

Deg.

3142Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ6wlnlrArcN

Jantungku langsung melonjak. Aku tahu itu siapa

“Ris... buka, ini aku.” Suara bariton yang sangat

kukenal.

Tanganku gemetar. Tapi entah kenapa... ada sisi dalam

diriku yang justru... menanti.

3142Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡbPwYEjaWfK

Kutarik napas. Kubuka pintu. Dan Rian langsung masuk

seperti biasa. Santai. Tapi matanya tajam menelanjangi.

“Pram udah berangkat, kan?” tanyanya ringan.

Aku mengangguk. “Udah. Tadi pagi.”

Dia mendekat. Hidungnya mencium pelan ke arahku.

“Hmm... kamu belum mandi ya?” tanyanya sambil tersenyum. “Aromanya... campur.

Ada Pram... dan sisaku juga.”

3142Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡalsa6hBm2H

Wajahku memerah. “Jangan ngomong gitu...”

Dia tertawa pelan. Tangan besarnya menarik pinggangku

pelan, membuat tubuhku menempel di dadanya. “Kamu masih lemas?”

3142Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡjjCCmN58iO

ns3.15.143.206da2

介面主題:

字體大小:

行距:

段距:

自動加載下一章