
Sekarang aku sedang berdandan di depan cermin. Meskipun pada akhirnya wajahku kututup dengan cadar, tetap saja aku tak mau melihat orang-orang yang menatapku, memicingkan matanya karena aku tak menarik. Aku tetap memoles wajahku, mempercantik mataku dan memakai parfum favoritku. Membayangkannya saja, membuatku horny. Karena ada norma agama yang aku langgar seperti tabarruj.
2998Please respect copyright.PENANAM0fMifwpI1
"Udah cantik kok, Sayang," kata Papa memelukku dari belakang sambil mencium tengkukku.
2998Please respect copyright.PENANAf9EyrzOpe1
"Mandi sana! Udah jam segini lho..." kataku.
2998Please respect copyright.PENANACNpFRq1OSO
"Bentar lagi ah... pengen peluk pacarku dulu," kata Papa sambil tetap memelukku dari belakang.
2998Please respect copyright.PENANAjZTZosMawP
"Aku kok deg-degan ya, Jo?" tanyaku.
2998Please respect copyright.PENANAM4Jntci9Uz
"Kenapa?" tanya Papa.
2998Please respect copyright.PENANAYDLRE0yIH4
"Aku kebayang di villa nanti..." kataku.
2998Please respect copyright.PENANAUOTGqLlhZY
"Nggak perlu cemas, Sayang! Nanti yang perempuan bukan cuma kamu aja. Kita orgy... tapi mungkin, ada sedikit variasi kayak gangbang juga..." kata Papa.
2998Please respect copyright.PENANAEs3vpUcECz
"Bukake juga? Bukankah bukake tanpa penetrasi?" tanyaku.
2998Please respect copyright.PENANAGzDvkw7Bus
"Bener, bukake cuma ejakulasi aja. Di muka, di dada..." kata Papa.
2998Please respect copyright.PENANATxSdGcHm0D
"Aku kebayang gangbang, Pa... Kenapa aku horny ya?" tanyaku.
2998Please respect copyright.PENANAO3SwRuxUpi
"Kamu suka digilir banyak laki-laki?" tanya Papa.
2998Please respect copyright.PENANALgn7RrdkQb
"Hehe, nggak sih..." kataku.
2998Please respect copyright.PENANAuVf2MGJUH3
"Horny juga nggak ngebayangin banyak laki-laki ejakulasi di wajahmu?" tanya Papa.
2998Please respect copyright.PENANAHJNkq8zScm
Kugigit bibir bawahku, "Horny banget, Pa," kataku.
2998Please respect copyright.PENANAx6Y9r93M2F
"Kelihatan kok... dari memek kamu yang basah ," kata Papa yang tangannya berada di balik dress panjangku yang tersingkap ke atas. Dengan tangan Papa masuk ke dalam celana dalam putihku yang tipis.
2998Please respect copyright.PENANAcF9g03vfUU
"Pa... udah ah!" kataku sambil memejamkan mataku menikmati colokan dua jari Papa ke dalam liang senggamaku.
2998Please respect copyright.PENANAL5gDLW7Cmk
"Nanggung, Sayang... Memek kamu udah basah banget," kata Papa yang mencolok vaginaku lebih cepat.
2998Please respect copyright.PENANAzEXHXciPNM
"Sssssh, aaaahh... aku sampe, Pa," kataku dengan tubuh mengejang.
2998Please respect copyright.PENANAHKBGuUc6bh
Lalu Papa menarik tangannya sambil menunjukkan jarinya yang basah padaku.
2998Please respect copyright.PENANAPHbhUNR8Kj
Dengan nafas yang masih memburu, kulirik Papa yang sedang menjilati jarinya yang berleleran cairan cintaku. "Pa... kotor, Pa."
2998Please respect copyright.PENANAW3QB3DkkVP
Papa hanya tersenyum saja, sambil terus menjilati jarinya sampai bersih.
2998Please respect copyright.PENANAILcJB4hdGw
"Pa..." kataku.
2998Please respect copyright.PENANAH5q4IyfoL6
"Iya, Sayang?"
2998Please respect copyright.PENANA3WkTKnES3n
"Apa yang bakal dibahas dewan direksi nanti ya?" tanyaku khawatir.
2998Please respect copyright.PENANARWsSStzXCZ
"Papa nggak tau, Fa..." kata Papa.
2998Please respect copyright.PENANAPR8kU2RH8G
"Aku takut ketemu, Mama..." kataku menunduk.
2998Please respect copyright.PENANApnU7w5AqHF
"Kenapa?" tanya Papa yang sekarang melingkarkan tangannya ke pundakku.
2998Please respect copyright.PENANAfW2CwZ2van
"Aku nggak siap, saat melihat Mama memperjuangkan Akbar buat posisi CEO," kataku.
2998Please respect copyright.PENANAUg1gjGoze1
"Siapkan hatimu, Fa! Kadang kenyataan emang sulit buat diterima," kata Papa.
2998Please respect copyright.PENANA7EQ8aOrlVB
"Udah, Pa. Udah aku siapin. Meski aku merasa sakit hati, tapi sama sekali nggak iri," kataku.
2998Please respect copyright.PENANACFQq3ia9YN
Lalu Papa menarik tubuhku untuk menghadap ke arahnya. Papa memegang pundakku sambil membungkuk, mendekatkan wajahnya di depan wajahku. Matanya menatapku dengan sorot mata menyelidik, "Papa tau... kamu berbohong," kata Papa.
2998Please respect copyright.PENANAvkneKdFyKB
Saat Papa menatapku seperti itu, kutundukkan wajahku. "Aku nggak tau, Pa," kataku dengan menghembuskan nafas panjang.
2998Please respect copyright.PENANAAIKI0LwMyJ
"Kamu iri, Fa? Iri karena posisi CEO bakal dipegang Akbar atau karena perhatian Mama ke Akbar?" tanya Papa menatapku dengan sorot mata menyelidik.
2998Please respect copyright.PENANAeMJW9t42lr
Kubuang muka ke samping, bukan karena jengah. Namun, dadaku pun semakin sesak. Aku tak tau, sebenarnya apa yang kuinginkan. Apakah aku cemburu? Aku sama sekali tidak tau.
2998Please respect copyright.PENANAtHeIBT2meR
Kugeleng-gelengkan kepalaku, "Aku cuma nggak suka, Pa," kataku.
2998Please respect copyright.PENANAvPRkNVOns3
"Kalo kamu menginginkan posisi CEO, kamu bisa merebutnya saat Akbar menjadi suami kamu nanti!" kata Papa.
2998Please respect copyright.PENANAAkzrN5HOWI
"Nggak, Pa. Aku nggak pengen posisi itu," kataku.
2998Please respect copyright.PENANAAASj3Ss37T
"Kamu cemburu sama perhatian Mama ke Akbar?" tanya Papa.
2998Please respect copyright.PENANABoDZIdV5GA
"Aku nggak tau, Pa. Yang jelas dadaku sesak sekarang..." kataku dengan nafas berat.
2998Please respect copyright.PENANAbyuml4IHT5
"Jangan terlalu dipikirin! Papa bakal perjuangin kamu," kata Papa.
2998Please respect copyright.PENANAxoYrSt5C1n
"Peluk aku Pa!" kataku terisak.
2998Please respect copyright.PENANAy7TvSjBVpa
Papa memelukku sambil mengusap-usap punggungku. Saat aku melepas pelukan Papa, Papa menatapku hangat.
2998Please respect copyright.PENANAA2745LR10p
"Jangan nangis! Ntar blush on'nya luntur lho," kata Papa sambil mengusap air mataku.
2998Please respect copyright.PENANAY39GMMfTzd
Aku tersenyum mendengar candaan Papa,"Hihi, kenapa kalo luntur? Aku jelek ya?" tanyaku.
2998Please respect copyright.PENANAbSrN5Kui8Q
"Hehe, cantik sih," kata Papa.
2998Please respect copyright.PENANAQFLclrayYK
"Beneran?" tanyaku sambil mengikat rambutku lalu aku memakai ciput.
2998Please respect copyright.PENANAWciTrqLA1o
"Iya, Sayang," kata Papa mengecup pundakku sambil memelukku dari belakang.
2998Please respect copyright.PENANAMB4FjIVC2W
"Sebentar ya, Pa. Aku pake hijab dulu!" kataku sambil memakai hijabku dan cadarku.
2998Please respect copyright.PENANAcqADzh3tgV
Papa kembali memelukku, "Tetep cantik, meski keliatan matanya doang," kata Papa.
2998Please respect copyright.PENANAlcAloebfbl
"Udah ah, dipuji terus. Bisa terbang nanti..." kataku sambil tersenyum.
2998Please respect copyright.PENANAqhemkFswyp
"Nggak apa-apa, nanti aku ikut terbang..." kata Papa.
2998Please respect copyright.PENANADcQ2zAwjMh
"Mau ngapain?" tanyaku sambil merapikan cadarku.
2998Please respect copyright.PENANACPAKt0XUma
"Nggak tau, emang mau ngapain?" tanya Papa berkelakar.
2998Please respect copyright.PENANA2zzBgRMNbd
"Hihihi, gimana sih? Gaje deh..." kataku.
2998Please respect copyright.PENANATAitieLkgn
"Ya udah, udah jam segini... Yuk berangkat!" kata Papa.
2998Please respect copyright.PENANAAbcSgL4rYV
"Gandeng!" kataku.
2998Please respect copyright.PENANApSRRnqc2dH
"Manja banget..." kata Papa.
2998Please respect copyright.PENANA6KPQ5sOrJX
"Bodo..." kataku sambil menggamit tangan Papa.
2998Please respect copyright.PENANAcpsdmgE0qc
***********
2998Please respect copyright.PENANAcrCtwhJFjP
Sesampainya di villa, banyak banget mobil-mobil mewah berjajar di pelataran. Kulihat, ada beberapa perempuan berpakaian kantoran turun dari mobil.
2998Please respect copyright.PENANAvsiI41TfCs
"Dia siapa, Pa?" tanyaku penasaran.
2998Please respect copyright.PENANAA5Vtfehcz5
"Pegawai, Papa..." kata Papa.
2998Please respect copyright.PENANAM6GuRz6lQ4
"Cantik ya..." kataku.
2998Please respect copyright.PENANAoVjru1oWnF
"Ah masih cantikan kamu, Fa," kata Papa.
2998Please respect copyright.PENANA14OrT700nT
"Alah gombal," kataku sambil menggamit tangan Papa.
2998Please respect copyright.PENANAsY0Ov4FQt7
Deg-deg'an juga sih, melihat kerumunan orang. Karena tak terbiasa juga dengan suasana formal seperti ini.
2998Please respect copyright.PENANAyMjP8tpP1C
Di dalam villa, aku berpapasan dengan Mama, namun saat aku memanggil Mama. Mama membuang muka. Kupanggil Mama berkali-kali, Mama tetap tak mau meresponku.
2998Please respect copyright.PENANAFfhWFgMOei
Aku mengernyitkan dahiku. Rasanya sedih melihat Mama acuh padaku. Entah apa kesalahanku. Sampai Mama, dengan wajah dinginnya memandangku saja tak mau.
2998Please respect copyright.PENANAd2V1AMvgWX
"Fa... " Papa membuyarkan lamunanku.
2998Please respect copyright.PENANAVm1BugnUQR
"Iya, Pa?" tanyaku dengan senyum tertahan.
2998Please respect copyright.PENANAm7qn63Fy8X
"Kamu nggak apa-apa?" tanya Papa dengan wajah khawatir.
2998Please respect copyright.PENANAVeswHbvLVi
"Nggak apa-apa, Pa," kataku tersenyum pura-pura.
2998Please respect copyright.PENANAUVT2oCbIMW
Sekarang Papa membawaku ke kamar yang ada di dalam villa.
2998Please respect copyright.PENANAf5RuyRv9DL
"Papa tinggal dulu ya, Fa... buat meeting sama dewan direksi," kata Papa.
2998Please respect copyright.PENANA6VqZVoSWvy
"Iya, Pa..." kataku.
2998Please respect copyright.PENANAN0EwwUwRsE
Setelah Papa pergi, aku mulai merasa sedih. Di hari pertamaku bukan kesan baik yang membekas. Justru kesan buruk yang menggores hatiku.
2998Please respect copyright.PENANAXNsCDQBXvk
**********
2998Please respect copyright.PENANA3yVOEgKDgv
Di hari pertama, kuhabiskan di kamar saja. Namun, aku tetap dilayani oleh pembantu yang aku tak tau namanya. Agak membosankan juga sebenarnya. Apalagi aku harus mengalami pengalaman yang membekas di hatiku. Seperti saat aku berpapasan dengan Mama kemarin...
2998Please respect copyright.PENANAnGgeLAAzk4
Hari ini, hari kedua aku berada di villa. Aku dengan stelan hijab dan cadarku berjalan menyusuri setiap pojok, di dalam ruangan villa. Hanya sekedar ingin menikmati suasana yang cukup klasik di dalam villa, yang menurutku lumayan berkelas. Dengan banyak perabotan antik dan pajangan seperti lukisan dan patung.
2998Please respect copyright.PENANAf8mDjXDjL4
Aku sempat kagum dengan Papa, ternyata Papa penggila seni juga. Saat aku membandingkan antara aku dengan Papa, tak ada sedikit pun kemiripan karena perbedaan antusiasme. Aku bukan penikmat seni, seperti lukisan atau pun patung. Namun, meskipun begitu aku juga memiliki kesamaan dengan Papa seperti sama-sama jago coding.
2998Please respect copyright.PENANA50crRtBeCY
Saat aku sedang melihat-lihat lukisan yang kemungkinan adalah lukisan sureal. Aku dikagetkan oleh seseorang yang tiba-tiba berada di belakangku. Setelah aku menoleh ke belakang, betapa terkejutnya aku. Ternyata itu Mama.
2998Please respect copyright.PENANABDbSM28muF
"Halo nyonya, Johan!" kata Mama sinis.
2998Please respect copyright.PENANAB3jMeexpV9
"Mama apa kabar?" tanyaku dengan tetap elegan di depan Mama.
2998Please respect copyright.PENANAjLkfCLn3yb
"Halah nggak perlu basa-basi!"
2998Please respect copyright.PENANAAda9N4lZWz
"Mama kok kasar gitu sama aku?"
2998Please respect copyright.PENANAGun3x7SvL8
Dengan tangan terlipat di dada Mama mendekatiku, berdiri dengan jarak yang sangat dekat di depanku.
2998Please respect copyright.PENANADE5QJOCB5G
"Aku nggak pernah mengira, kalo sainganku adalah anakku sendiri..." kata Mama.
2998Please respect copyright.PENANAZN6KVv4YiP
"Apa maksud, Mama?"
2998Please respect copyright.PENANAQWDSU7qYiU
"Nggak perlu pura-pura! Pelakor..."
2998Please respect copyright.PENANAuKVdI7FCLe
"Pelakor? Aku ngerebut suami siapa, Ma?" tanyaku tak mengerti.
2998Please respect copyright.PENANAbMIRG8xhEX
"Masih pura-pura lagi..."
2998Please respect copyright.PENANA7nzGcq8BcT
Setelah cukup lama, aku baru memahami maksud Mama. "Merebut Papa dari Mama gitu?"
2998Please respect copyright.PENANAASfMLYhjTd
"Ya..."
2998Please respect copyright.PENANApvqZYpvZkB
"Mama masih berharap sama Papa? Apakabar sama suami baru Mama? Sadar Ma, Mama udah bercerai sama Papa" tanyaku tak kalah sinis.
2998Please respect copyright.PENANAg2HI4FDyqO
Tiba-tiba wajah Mama berubah murung. Dengan gaun tradisional khas Tionghoa lengan panjang. Berhijab simpel dan high heels, Mama terlihat cantik. Namun, di wajahnya menyiratkan sesuatu yang tak kupahami.
2998Please respect copyright.PENANAcCvO8gKIK9
"Tapi, nggak seharusnya kamu melanggar batasan tabu...", kata Mama lirih lalu meninggalkanku.
2998Please respect copyright.PENANAarkhO7Liqm
"Ma..." kataku memanggilnya.
2998Please respect copyright.PENANAuLK7Hv4IhX
"Jangan panggil aku, Mama!"
2998Please respect copyright.PENANATCjSw1qWjg
"Mama kenapa sih?" tanyaku dengan terisak.
2998Please respect copyright.PENANAODUcdfhuBJ
"Papamu emang nggak waras. Dia menikmati saat jadiin kamu obyek fantasy. Dan sekarang lebih intim dari itu, menyetubuhimu," kata Mama sinis.
2998Please respect copyright.PENANAWcN3COLWk3
"Mama yang minta!" kataku dengan terisak.
2998Please respect copyright.PENANAR75ovrpDkI
Lalu Mama tersenyum sinis, "Sejak awal, aku nggak memandangmu seperti anak gadisku sendiri, meski kamu terlahir dari rahimku. Kamu mau tau kenapa? Kamu iblis kecil yang merebut cintaku, sejak pertamakali kamu lahir ke dunia."
2998Please respect copyright.PENANAzpH1JxORzJ
Aku langsung terperangah mendengar pengakuan Mama. "Mama cemburu aku terlahir ke dunia?"
2998Please respect copyright.PENANAoNIs5emYyF
"Ya..." kata Mama.
2998Please respect copyright.PENANAP59nqEWNYw
Setelah kepergian Mama, aku benar-benar tak mengerti. Kuresapi kata-kata Mama, ada sesuatu yang janggal. Sesuatu yang tak bisa kupahami sepenuhnya. Perasaan Mama yang sulit aku tembus. Bukan sekedar perasaan cemburu yang tak wajar. Namun, sesuatu yang tak mampu kujangkau. Tersembunyi, bahkan aku pun hanya bisa melihat selubungnya. Kata cemburu.
2998Please respect copyright.PENANAdckk2qyyag
Dengan langkah lemah, saat aku berjalan di depan sebuah kamar. Kudengar suara desahan perempuan dari dalam kamar. Namun, karena perasaanku sedang tak baik-baik saja. Aku mengacuhkannya dan kembali ke dalam kamar.
2998Please respect copyright.PENANAuLi63ZZTne
***********
2998Please respect copyright.PENANAOvpbTgZA56
Di hari ketiga, lagi-lagi Papa menghilang. Kesal, karena di hari kedua dan pertama juga begitu. Lalu kulangkahkan kakiku keluar dari kamar untuk mencari Papa, namun tak ada jejaknya. Kucoba menyusuri ruangan lain, namun tetap saja tak kutemukan. Agak frustasi sebenarnya, karena harus sendirian di dalam villa. Bukan karena takut sendirian, hanya saja aku kurang nyaman karena letak villa di tengah hutan, yang berada di puncak pegunungan. Aku sama sekali, tak menyukai suasana seperti ini. Karena memang sejak kecil aku tinggal di kota besar, yang sibuk dengan hiruk pikuknya. Bahkan di rumah pun, suasananya tak sesepi seperti di villa. Meski villa ini ukuran luasnya hampir sama dengan rumahku. Kesan tuanya yang aku tak suka. Seperti suasana zaman dulu, di era kolonial.
2998Please respect copyright.PENANARo6htTN3FU
Sekarang aku berdiri di luar ruangan dengan pintu besar. Kudengar sayup-sayup tak begitu jelas, seperti hari-hari sebelumnya. Bedanya hari ini, aku tak mendengar suara desahan, hanya orang yang sedang mengobrol saja. Karena penasaran, barangkali pesta itu diadakan disini. Kucoba untuk mendorong pintu di depanku.
2998Please respect copyright.PENANAVDKcy1fIpC
Saat aku masuk ke dalam ruangan, aku benar-benar shock, melihat om-om yang aku temui kemarin dalam kondisi telanjang. Sesekali aku menelan ludah melihat penis mereka yang menggantung.
2998Please respect copyright.PENANAIkL7CXkUb9
Kucoba susuri kamar dengan mataku, karena tujuanku untuk mencari Papa. Setelah kucari, kutemukan Papa sedang telanjang juga.
2998Please respect copyright.PENANAyKcNBrQPjB
Saat aku masuk ke dalam, semua mata melihatku terkejut.
2998Please respect copyright.PENANASezwi3QiYr
"Loh, Farisha? Kok disini?"
2998Please respect copyright.PENANA7wutkfDkSB
"Kata kamu, Farisha udah pulang Jo?"
2998Please respect copyright.PENANAOpoDFOjvwX
"Oh, aku lupa. Kalo Farisha masih di kamar, haha," kata Papa.
2998Please respect copyright.PENANA5Ju5qnM8eo
Kutarik tangan Papa, "Kenapa tinggalin aku?" tanyaku kesal.
2998Please respect copyright.PENANAK5PtKzO2a2
"Maaf," kata Papa sambil senyum-senyum sendiri.
2998Please respect copyright.PENANAtwg4Xc3a6q
"Jo? Mana Alya? Udah hampir setengah jam, nggak dateng-dateng," kata Om itu yang tiba-tiba membuatku kaget.
2998Please respect copyright.PENANA7UkWmckQ1e
"Wah nggak tau juga. Aku juga nungguin," kata Papa.
2998Please respect copyright.PENANAsO0qIaw4yV
"Ya udah, aku hubungi aja!"
2998Please respect copyright.PENANApQ0ahiSpFi
"Halo, Al. Kamu gimana sih? Udah banyak yang nunggu sekarang."
2998Please respect copyright.PENANAhSDz6LNjYL
"Loh, Om. Alya kan udah balik ke kota? Katanya setelah kemarin, Alya udah boleh pulang?"
2998Please respect copyright.PENANAWSjurSFxyA
"Astaga, ini gimana." Kata om-om itu sambil melihat ke arah Papa.
2998Please respect copyright.PENANAzNmNujtHcM
Papa menatapnya hanya dengan cengar-cengir saja.
2998Please respect copyright.PENANAHkrfOhUiOn
Om itu menatapku diam-diam. Karena aku tau, kuberi kode pada papaku, dengan menyenggol menggunakan lenganku. Kulirik Papa yang berada di sampingku, namun Papa hanya meresponku dengan tersenyum saja.
2998Please respect copyright.PENANAuBmKDdhb8W
"Masak kita harus pulang?"
2998Please respect copyright.PENANAb4BscXJyjJ
"Ya nggak bisa. Kita udah buang-buang waktu hari ini."
2998Please respect copyright.PENANAQitGmJOrhm
"Iya, aku juga ngerasa rugi nungguin Alya berjam-jam."
2998Please respect copyright.PENANA2YT73eg74e
Kulihat om-om di ruangan ini menggerutu. Ada wajah kecewa di wajah mereka. Mungkin acara ini, bagi mereka tak hanya sekedar acara perusahaan. Namun, cara mereka untuk lari dari kepenatan aktivitas mereka sehari-hari. Aku merasa kasian melihat mereka, meski sebenarnya mereka cabul juga seperti Papa.
2998Please respect copyright.PENANAZjT1sn79sj
Sesekali kulirik Papa yang berada di sampingku, namun Papa tak bergerak sedikit pun. Kupikir acara hari ini akan dibatalkan, karena yang perempuan termasuk Alya sudah kembali ke kota.
2998Please respect copyright.PENANAcjp8MannOX
Aku sama seperti Papa, tubuhku sama sekali tak bergerak. Bahkan untuk memulainya saja aku tak sanggup. Dengan keringat yang mulai mengucur.
2998Please respect copyright.PENANANP9lmbKzpA
"Kita pulang aja..." kata om-om itu yang mulai memakai pakaiannya kembali.
2998Please respect copyright.PENANAU9mijc63LF
"Ya udah lah, aku juga rugi waktu disini," kata om-om yang lain juga mulai memakai pakaiannya.
2998Please respect copyright.PENANATCENcdQJKU
Lalu disusul om-om yang lain lagi. Dalam pikiranku, acara ini batal. Kulihat om-om di sekitarku menatapku. Agak bergidik juga membayangkannya, karena jumlah mereka sekitar 10 orang lebih.
2998Please respect copyright.PENANAwNZft8MQ2M
Papa yang tau aku dipandang cabul seperti itu hanya cengar-cengir saja. Kesal sih, melihat Papa. Ya meski aku sudah siap, jika aku bakal orgy di villa. Namun karena perempuan di villa hanya tersisa aku saja, tak mungkin orgy berlangsung. Karena orgy tak hanya fokus pada satu orang perempuan. Dan sekarang tinggal aku saja yang tersisa, yang mungkin terjadi aku akan digilir oleh mereka.
2998Please respect copyright.PENANAR3QvJkBgrH
Membayangkan saja, aku meremas jari-jari tanganku karena perasaan tak menentu. Bagaimana tidak? Jika benar terjadi, om-om disini akan penetrasi ke dalam lubangku. Tidak seperti bukake, yang hanya ejakulasi di atas tubuhku.
2998Please respect copyright.PENANA0myIvfxYDC
Meski khawatir, karena ngeri membayangkan banyak om-om menggilirku. Namun, tak kupungkiri aku pun menikmati fantasyku. Seperti dadaku yang mulai mengencang, dengan ujung putingku yang mengacung. Sangat gatal, sampai aku membayangkan salah satu dari om-om memelukku dari belakang lalu memelintir putingku.
2998Please respect copyright.PENANAJnI7oqwgLk
Sayang, fantasy liarku tak sinkron dengan kenyataan yang kuhadapi saat ini. Sama persis seperti ide gilaku yang tak bisa menjadi kenyataan.
2998Please respect copyright.PENANARJYrNzOdxD
Aku mengharapkan om-om di ruangan ini beraksi. Tak mungkin, aku menawarkan diri lebih dulu, karena egoku masih dominan. Maka dari itu, aku enggan merendahkan diriku sendiri untuk menggantikan Alya. Karena aku masih memikirkan reputasiku. Apalagi ini bukan sekedar have sex normal yang hanya satu cowok, satu cewek. Namun satu cewek, dengan banyak cowok.
2998Please respect copyright.PENANAas2xy6bmP2
Sesekali kulirik, mereka mengacuhkanku. Bahkan Papa pun, hanyut ke dalam obrolan. Kucoba sedikit menguping. Meski lirih, aku masih bisa mendengar apa yang sedang mereka obrolkan. Mereka membahas perusahaan, khususnya pergantian CEO. Seperti mengkritik keputusan Mama, yang gegabah mencalonkan calon menantunya daripada anak perempuan satu-satunya yang lebih memiliki kompetensi. Mendengar mereka, berada di pihakku, perasaan cemasku sedikit terobati. Aku senang mendapat dukungan, apalagi dukungan itu dari dewan direksi.
2998Please respect copyright.PENANAHZggNQlzZt
Lalu satu persatu dari mereka duduk di atas matras yang berukuran besar. Mereka saling memberi isyarat melalui mata, lalu berbisik-bisik lirih. Jadi aku tak tau apa yang sedang mereka bicarakan. Papa pun ikut duduk, sedangkan aku berada di samping Papa.
2998Please respect copyright.PENANA733esO46VI
Mereka masih membahas seputaran bisnis, tak beralih untuk membahas topik yang berbeda. Sebenarnya aku cemas. Namun, lebih gelisah lagi saat om-om dewan direksi mengacuhkanku. Awalnya mereka sekedar melirikku, lalu menatapku dengan tersenyum. Lagi-lagi harapanku tak menjadi kenyataan. Persepsiku pun salah, karena mereka tetap memegang teguh integritasnya sebagai laki-laki terhormat.
2998Please respect copyright.PENANA3z5syN7Ter
Papa pun demikian, berbeda 180° seperti Papa yang aku kenal. Saat di rumah Papa sering menggodaku, dengan memantik nafsuku. Dan pada akhirnya kita bercumbu.
2998Please respect copyright.PENANAvFLKolZf89
Yang aku alami akhir-akhir ini berbanding terbalik dengan prinsipku. Awalnya aku dominan, saat partnerku adalah papaku sendiri, prinsipku seketika runtuh. Membuat aku rela menyerahkan diriku, harga diriku dan hatiku. Bahkan aku tak bisa menolak saat Papa menawarkan ide gilanya padaku. Agar aku berada ke dalam dominasinya.
2998Please respect copyright.PENANAJ4lgCemp88
Apakah ini bucin? Kupikir perasaan itu muncul saat aku merindukan Aldo atau perasaan intim bersama Pak Salim. Ternyata aku salah, karena aku masih bisa berpaling ke dalam pelukan Papa.
2998Please respect copyright.PENANAO4h6z731Ei
Kulihat salah satu om-om melihat jam di pergelangan tangannya. "Kayaknya aku harus segera pulang deh."
2998Please respect copyright.PENANAYoRXHwNNA7
"Kenapa buru-buru?" tanya om-om yang lain.
2998Please respect copyright.PENANAQYxLfzlUl0
"Keputusan dewan direksi udah fix kan?" tanya om-om itu yang bernama Hendarto.
2998Please respect copyright.PENANASvixhV4jDQ
"Iya, keputusan sudah fix. Karena status quo ada di tangan Jenny pemegang saham terbesar. Jadi bisa memutuskan apa aja buat penggantian CEO," kata Om itu yang bernama Wijaya. Jenny adalah mamaku.
2998Please respect copyright.PENANApCMsQ6rJLL
"Tapi menurutku, keputusan Jenny terlalu ceroboh. Meski dia punya kuasa penuh atas keputusannya. Memilih orang yang nggak punya kapasitas untuk memimpin perusahaan itu gegabah," kata Om itu yang bernama Jansen.
2998Please respect copyright.PENANAsMv90HaOLs
"Dia terlalu terbawa emosi... membawa urusan pribadi ke dalam urusan perusahaan," kata Om Wijaya.
2998Please respect copyright.PENANAxGO5rbk3RD
"Bukankah Jenny kayak gitu karena si tuan tanah itu? Aku pikir, ini bukan sekedar urusan emosional," kata Om Jansen.
2998Please respect copyright.PENANAfSi4i8s8Pr
Papa menghembuskan nafas panjang. "Masalah ini nggak sesederhana itu," kata Papa.
2998Please respect copyright.PENANAKftAyXyWTB
"Aku tau, Jo. Masalah ini hanya soal cuan," kata Om Hendarto.
2998Please respect copyright.PENANAmigdFX20Fo
"Kalo Jenny mempertimbangkan masalah opportunitas. Apa opportunitas yang diambil Jenny dari Aziz?" tanya Om Jansen.
2998Please respect copyright.PENANAszESROOjXK
"Aku nggak tau. Awalnya aku berpikir Jenny segampang itu dikuasai. Tapi, setelah aku sadar kalo Jenny itu perempuan cerdas dan dominan. Kutepis pikiran itu. Justru dugaanku, ada strategi bisnis dalam langkah catur Jenny yang nggak kuketahui," kata Papa.
2998Please respect copyright.PENANAAcQjoj0pZO
Om Hendarto menatapku, "Kalo emang CEO harus diganti. Aku lebih memilihmu, Fa," kata Om Hendarto.
2998Please respect copyright.PENANAcFmMBX4yYE
"Setuju... karena Farisha lebih punya kapasitas dalam memimpin perusahaan daripada Akbar. Apalagi si Akbar nggak punya basic bisnis apa pun," kata Om Jansen.
2998Please respect copyright.PENANAqndWRNV7qQ
"Farisha cuma pekerja freelance, Om. Farisha nggak yakin bisa memimpin perusahaan sebesar ini," kataku merendah.
2998Please respect copyright.PENANAQGJufiDGId
"Kamu terlalu merendah, Fa. Om yakin kamu bisa sahebat Papa atau Mama kamu," kata Om Wijaya sambil menepuk pundakku.
2998Please respect copyright.PENANAdxCI53DlUs
"Bener..." kata Om Hendarto.
2998Please respect copyright.PENANAAJijdEW2wN
Sekarang aku berada di tengah, dengan dikelilingi oleh 15 om-om setengah baya.
2998Please respect copyright.PENANA2YvDtVdNjg
"Kita harus misahin urusan bisnis sama urusan yang lain. Jangan kayak Jenny, yang mencampur keduanya," kata Om Wijaya.
2998Please respect copyright.PENANAqxSLYHgCfb
"Setuju... apalagi sekarang waktunya seneng-seneng... hehe" kata Om Jansen.
2998Please respect copyright.PENANAjSa28811CB
"Gimana menurutmu, Fa?" tanya Om Hendarto.
2998Please respect copyright.PENANAjonKBnTRE7
"Emm, maksudnya Om?" tanyaku pura-pura tak mengerti.
2998Please respect copyright.PENANAJMukl7XbLN
"Ah coba jelaskan, Jo!" kata Om Hendarto.
2998Please respect copyright.PENANABoUjM1Bmxe
"Hahaha, jadi dilempar ke gua," kata Papa tertawa ngakak.
2998Please respect copyright.PENANAspNoSfwHU1
Om Hendarto mendekatiku, lalu duduk di sampingku. Tangannya merangkul pundakku, dengan sesekali tangannya yang berada di bahuku meremas lembut.
2998Please respect copyright.PENANAHFy2bNi2pz
"Om, tau hubunganmu sama papamu. Om, sih nggak permasalahin itu..." kata Om Hendarto.
2998Please respect copyright.PENANATagOm6KCfW
Lalu Om Jansen duduk di sebelah kananku, "Nggak perlu khawatir. Kita dukung kamu sama papamu, toh kamu lebih baik daripada Jenny."
2998Please respect copyright.PENANAejfvNZKhO0
Mendengar ucapan Om Jansen, aku mengernyitkan dahiku. "Om, menormalisasi incest?" tanyaku mulai membuka suara.
2998Please respect copyright.PENANA3q7wsZW4xh
"Bukan soal incestnya, Fa. Tapi soal hati, soal kecocokan," kata Om Hendarto sambil terus mengusap, meremas bahuku.
2998Please respect copyright.PENANASfEmSVGPRK
Sesekali kuembuskan nafas panjang, karena merasakan remasan pada bahuku. "Soal hati ya, Om? Normal nggak sih, Om. Mencintai tapi mengizinkan orang lain menyentuh orang yang dicintainya?" tanyaku sambil melirik Papa.
2998Please respect copyright.PENANAoiWpWeYus1
"Aduh, kesindir gua, haha."
2998Please respect copyright.PENANA5DVOMjRsxV
"Mungkin Johan punya alasan, Fa," kata Om Jansen mengecup pundakku.
2998Please respect copyright.PENANAHd6KbUK0B4
Nafasku sedikit memburu, padahal kita masih ngobrol biasa saja.
2998Please respect copyright.PENANAwylGuk3zw0
"Apa alasan rasionalnya, Om? Kecenderungan cuckold? Agak aneh sih, Om. Incest tapi cuckold," kataku dengan suara bergetar karena tangan Om Jansen melingkar ke pinggangku. Lalu naik ke sela-sela hijab menuju dadaku.
2998Please respect copyright.PENANAPKD725sSRI
"Nggak ada yang aneh, Fa. Yang penting consent kan? Kata Johan, kamu punya pandangan kayak gitu soal relationship?" tanya Om Hendarto ikut menyusupkan tangannya dari bawah hijabku. Lalu naik ke dadaku.
2998Please respect copyright.PENANArWozliLZxp
Sekarang dadaku diremas dari kanan dan kiri. Mendapat sentuhan, remasan pada dadaku, libidoku mulai naik. Kutahan desahanku sedemikian rupa, dengan mata terpejam.
2998Please respect copyright.PENANAmkOi83nMA3
"Tapi, kamu cinta nggak sama Johan?" kata Om Hendarto berbisik ke telingaku yang tertutup hijab.
2998Please respect copyright.PENANAZ1H7P2nWc4
Aku tak menjawab pertanyaan Om Hendarto. Karena antara nafsu, perasaan dan akal sehatku terasa saling bertubrukan. Nafsuku menghendaki untuk mengabaikan sikap Papa, yang tak cemburu melihatku dijamah orang lain. Hatiku mencoba menyangkal hasratku, yang menginginkan sikap Papa yang protektif padaku. Akal sehatku mencoba membatasi nafsu dan hatiku, bahwa aku sudah melewati batas tabu.
2998Please respect copyright.PENANAtRklExgbD9
"Sssssh, aaaaah." Kurasakan tangan Om Hendarto sudah mulai masuk ke dalam dress panjangku dengan membuka kancing depanku satu persatu sampai sebatas perut. Setelah kancing dress panjangku sudah terbuka, tangan Om Hendarto berada di atas payudaraku yang masih tertutup tanktop dan bra.
2998Please respect copyright.PENANA9UoN42rZ6G
Om Hendarto kembali menanyakan pertanyaan yang sama, "Kamu cinta kan sama papamu?" tanya Om Hendarto lirih sambil mengecup pundakku yang masih tertutup hijab.
2998Please respect copyright.PENANA79XehRiQ0Z
"Sssssh, aaaah." Lagi-lagi aku hanya bisa mendesah, tanpa membuka mulutku untuk mengakui bahwa aku memang mencintai Papa.
2998Please respect copyright.PENANA1gH6R4wGnA
Kurasakan tangan Om Jansen mulai menurunkan tali tanktopku sampai tali tanktopku turun sebatas siku. Setelah turun, tangan Om Jansen menyusup dari atas braku, lalu jarinya mencari-cari putingku.
2998Please respect copyright.PENANAPkBZ54AE8S
"Cinta seharusnya nggak dibatasi status apa pun, Fa," kata Om Jansen sambil memelintir putingku.
2998Please respect copyright.PENANAct62EZUmom
Kupejamkan mataku, menahan gejolak yang benar-benar merongrongku. Tabu masih membentengiku. Dan rasa malu mengunci mulutku untuk mengungkap perasaanku yang sebenarnya.
2998Please respect copyright.PENANA5cXQlOShHH
"Om, paham yang kamu rasain Fa," kata Om Jansen yang mulai mengeluarkan dadaku dari cup braku dan menarik tanktopku turun ke bawah.
2998Please respect copyright.PENANA22f7e6Ywwh
"Aku cinta sama, Johan Om," kataku sambil menahan nafsu dan cinta yang mulai meruntuhkan pertahanan akal sehatku, sedikit demi sedikit.
2998Please respect copyright.PENANA5gWVXPrdn7
"Seberapa cinta kamu sama, Johan?" tanya Om Hendarto sambil menyibakkan hijabku ke belakang. Sampai dadaku yang semi terbuka terlihat.
2998Please respect copyright.PENANAz9rjoUZBdm
"Nggak tau. Yang jelas aku cinta banget, Om," kataku sambil menahan desahanku.
2998Please respect copyright.PENANAWdke0VQ9Zk
Om Hendarto mencoba menurunkan dress panjangku ke bawah. Dengan mengangkat tanganku untuk melepas lengan dress panjangku. Setelah terlepas dress panjangku turun sebatas perut.
2998Please respect copyright.PENANATXS77Inhyh
"Apa bukti cintamu, Fa?" tanya Om Hendarto sambil mengecup pundakku yang telanjang.
2998Please respect copyright.PENANARu8ygVYWpw
"Aku bakal menuruti apa pun, yang dia mau," kataku sambil meneteskan air mata. Pedih rasanya hatiku. Karena seumur hidupku, aku tak pernah merasakan perasaan cinta. Apalagi cinta yang sedalam ini.
2998Please respect copyright.PENANATC1leQqWnq
Kurasakan, ada yang melepas kaitan braku dari belakang. Braku pun terlepas dengan sempurna.
2998Please respect copyright.PENANALk6NABI9GY
"Bikin aku cemburu! Kamu bisa?"
2998Please respect copyright.PENANAzRfF2GuFiU
Kudengar suara Papa yang berada di belakang tubuhku, sambil memelukku. Dengan tangannya berada di perutku.
2998Please respect copyright.PENANA12WQ9ZBjza
"Caranya?" tanyaku dengan menoleh ke belakang untuk menatap papaku.
2998Please respect copyright.PENANAsoWhkl5JiN
Papa memagut bibirku, dengan hisapan dan pertemuan lidah. Lalu Papa melepas pagutan pada bibirku.
2998Please respect copyright.PENANA4eQ0QWGVpu
"Aku pengen kamu digilir seluruh dewan direksi. Trus meminum sperma mereka yang ditampung ke dalam gelas. Kamu bisa?" tanya Papa.
2998Please respect copyright.PENANAipWMg26Y05
Tangisku langsung meledak, dengan tangis yang terisak-isak. Papa benar-benar menjadikanku objek seksual. Namun, aku rela melakukan apa saja demi Papa. Karena aku sangat mencintainya.
2998Please respect copyright.PENANAPHd8nG4t8c
Kuanggukkan kepalaku tanda setuju. Tubuhku pun diangkat ke tengah-tengah matras. Sekarang tubuhku sudah setengah telanjang, dengan dress panjangku yang sudah terlepas, jatuh ke bawah.
2998Please respect copyright.PENANAlObEFcmwUw
Yang masih melekat di tubuhku hanya celamis, kaos kaki, celana dalam, hijab, ciput dan cadarku.
2998Please respect copyright.PENANAzxRlXdcogG
Om Wijaya mendekat untuk menarik celamisku sampai terlepas. Saat celamisku terlepas, aku dikerubungi om-om dewan direksi.
2998Please respect copyright.PENANAVHZsdmDWqg
Mataku nanar melihat om-om dewan direksi yang sudah telanjang bulat yang mengelilingiku. Mereka menyodorkan penisnya ke wajahku yang masih tertutup cadar.
2998Please respect copyright.PENANA0XUuKNYWev
"Kulum!" kata salah satu dewan direksi.
2998Please respect copyright.PENANAIEXxHiPNRh
Dengan kasar om-om dewan direksi menyingkap cadarku, lalu memaksaku agar mengulum penisnya.
2998Please respect copyright.PENANAFQNGFViTl5
Glok glok glok...
2998Please respect copyright.PENANA5m6S1OjLQb
Belum sempat aku mengatur nafasku, wajahku ditarik ke samping kiri.
2998Please respect copyright.PENANApWr45DfUVk
"Kulum!"
2998Please respect copyright.PENANAxux5pxvL3i
Kupandang wajah om-om itu dengan memelas. Lalu cadarku ditarik dengan kasar sampai terlepas.
2998Please respect copyright.PENANAJKwZfKjhry
Glok glok glok...
2998Please respect copyright.PENANAz06MiqA7Mg
Seperti sebelumnya, wajahku ditarik ke samping. Aku kembali mengulum penis yang berbeda.
2998Please respect copyright.PENANA4gWsbSEPyW
Kepalaku dipegang, lalu memompa mulutku dengan kasar.
2998Please respect copyright.PENANA3CW39vMqQd
"Uhuk uhuk uhuk..." Aku tersedak saat penis itu terlepas dengan ludah yang berleleran dari mulutku.
2998Please respect copyright.PENANAoT3atVZhTU
Aku kembali mengulum penis yang berbeda. Pompaan pada mulutku tak kalah kasar dari yang tadi. Lalu berpindah ke penis yang lain, berpindah lagi sampai aku tak ingat sudah penis ke berapa.
2998Please respect copyright.PENANAA7FPXyP8ud
"Uhuk uhuk uhuk..." Aku berkali-kali tersedak, sampai mataku terasa perih.
2998Please respect copyright.PENANAQp5X2DybwE
Lalu om-om dewan direksi mengelilingiku sambil mengocok penisnya di atas wajahku. Satu persatu ejakulasi, mengenai wajah, hijab sampai mengalir ke dadaku.
2998Please respect copyright.PENANAjdiN5UQx9Z
"Fa..." Papa memanggilku.
2998Please respect copyright.PENANA0A7d45nwCc
Papa memelukku dari belakang, "Maafin, Papa ya..."
2998Please respect copyright.PENANACX4NDVu2XS
Dengan terisak aku bertanya, "Nggak jadi gangbang?" tanyaku dengan wajah belepotan sperma.
2998Please respect copyright.PENANA8SnCeYsgow
"Nggak!" kata Papa sambil mengusap-usap punggungku.
2998Please respect copyright.PENANAdeyxRL8Xc9
"Kenapa?" tanyaku dengan menatap wajah Papa sendu.
2998Please respect copyright.PENANAfrx3P8w0F0
"Aku nggak rela..." kata Papa.
2998Please respect copyright.PENANArNeGWwiq3i
"Tapi aku pengen mencobanya, Pa..." kataku tersenyum.
2998Please respect copyright.PENANAD84ZM25MW3
Kulihat penis Papa yang layu, kembali menegang. Lalu om-om dewan direksi mengangkat tubuhku menjauh dari Papa. Aku diterlentangkan dan mereka menggilirku satu persatu.
2998Please respect copyright.PENANAdPvJer7Iba