
107Please respect copyright.PENANARUyCP2MZri
Chapter 1 – Hutan Kematian
Kabut tebal menggantung di antara pepohonan raksasa, menyelimuti Hutan Kematian seperti selubung misterius. Udara dingin membawa aroma tanah basah, darah kering, dan sesuatu yang lebih busuk—bau pemangsa yang mengintai dalam kegelapan.
107Please respect copyright.PENANAXqehl0a8KP
Lia Farah berdiri di salah satu dahan tinggi, mengamati jalur di bawahnya. "Hutan ini penuh dengan kengerian dan ke erotisan," gumamnya pelan, tangannya meremas dada yang basah dan mengeras.Basori sudah memperingatkannya—ini bukan sekadar jalur biasa. Ini adalah tempat di mana makhluk buas berburu manusia.
107Please respect copyright.PENANAf2YpaFdskh
Seketika, suara geraman kasar terdengar dari kejauhan. Lia menahan napas, matanya menyipit saat melihat sesuatu bergerak di antara semak-semak. Sosok-sosok kecil, bungkuk, dengan kulit hijau kotor dan mata merah menyala.
107Please respect copyright.PENANAKHKN9a7prs
Goblins.
107Please respect copyright.PENANAV9Qk4DopnZ
Lia menggertakkan giginya. Bukan hanya sekadar monster rendahan—makhluk-makhluk ini dikenal sebagai penikmat wanita, sering menculik petualang perempuan untuk kesenangan mereka yang keji. Jumlah mereka ada lima, berjalan dengan langkah rakus dan liar, sesekali mengendus udara.
107Please respect copyright.PENANAz7NVHDPD4u
"Aku harus melewati mereka tanpa terlihat..." pikir Lia.
107Please respect copyright.PENANA3Q2W3VqFZ0
Namun, saat ia melangkah lebih jauh di dahan, sehelai daun kering jatuh ke tanah. Kepala salah satu goblin seketika menoleh ke atas. Matanya membelalak liar saat melihat siluetnya.
107Please respect copyright.PENANA9MU9GRqK9i
"WANITA!" jerit goblin itu.
107Please respect copyright.PENANAAKr2EiHSe0
Dalam sekejap, semua goblin menggeram dan berlari ke arah pohon tempat Lia berdiri. Mereka mendesis, meneteskan air liur, tangan-tangan kotor mereka meraih ke atas.
107Please respect copyright.PENANAiS4OcSWT3i
Lia menghela napas. "Diam-diam tidak mungkin lagi."
107Please respect copyright.PENANAgJEqcHhSMl
Dengan satu gerakan cepat, ia melompat turun dari dahan, langsung melempar pisau beracun ke tenggorokan goblin pertama, dan seketika goblin itu tewas.
"Sial, masih ada tiga..." gumamnya.
Goblin yang tersisa menyeringai keji, melihat pakaian ketat Lia yang membalut tubuhnya. Salah satu dari mereka menjulurkan lidahnya yang menjijikkan.
"Manis... Manis... Mari bermain..." desisnya.
"Menjijikkan." Lia berlari ke depan, menghindari tangan kotor mereka, lalu memutar tubuhnya dalam satu gerakan anggun. Bilah tubuh nya berkilat di bawah sinar rembulan sebelum menebas leher dua goblin sekaligus.
Yang terakhir tersisa berusaha lari, tapi Lia tak memberinya kesempatan. Dalam sekejap, ia melompat ke arahnya, merangkul lehernya dengan kakinya yang ramping lalu memelintirnya dengan satu gerakan cepat.
107Please respect copyright.PENANAupCsOiP5gj
KRRAKK!
Goblin itu jatuh tak bernyawa. Lia berdiri, mengatur napasnya. Darah hijau membasahi tanah, dan aroma busuk semakin menyengat.
107Please respect copyright.PENANAfEIwqc1wYP
"Ini baru permulaan," katanya pelan, lalu kembali berlari menembus kegelapan hutan.
107Please respect copyright.PENANA6vrHFoxUvP
Jauh di dalam bayang-bayang pepohonan, sesuatu yang jauh lebih besar dari goblin mengintai. Mata merahnya menyala, menatap Lia dengan rasa lapar yang berbeda.
107Please respect copyright.PENANAPFVZirhnxN
Dan malam ini, Hutan Kematian belum selesai menguji keberanian seorang assasin
107Please respect copyright.PENANAnV7yBPmtzF