/story/155726/mengutuk-diri-setelah-kepergian-sang-ibu/toc
Mengutuk diri setelah kepergian sang ibu | Penana
arrow_back
Mengutuk diri setelah kepergian sang ibu
more_vert share bookmark_border file_download
info_outline
format_color_text
toc
exposure_plus_1
coins
Search stories, writers or societies
Continue ReadingClear All
What Others Are ReadingRefresh
X
Never miss what's happening on Penana!
G
Mengutuk diri setelah kepergian sang ibu
Lakahaha Acuma
Intro Table of Contents Top sponsors Comments (0)

Saat suasana hening senyap, saat lambung menempel rapat di kasur yang hangat, saat sebagian insan tertidur lelap, Sebagian insan yang lain menunggu dengan rindu datangnya sepanjang malam yang terakhir. Rindu bermunajat kepada Dzat yang Maha mengabulkan segala hajat. Rindu berduaan dengan Dzat yang Maha Cinta. 'Allah Azza Wajalla.' mereka rela berpisah dengan hamparan yang hangat meski berat melawan rasa ngantuk. 

    'Ash-shalaatu was-salaamu 'alaiyk, Yaa imaamal mujaahidiin, Yaa Rasuulallaah.

    Asy-shalaatu was-salaamu 'alaaik, Yaa naashiral hudaa, Yaa khayra khalqillaah. 

    Asy-shalaatu was-salaamu 'alaaik, Yaa naashiral haqqi yaa Rasuulallaah. 

    Asy-shalaatu was-salaamu 'alaaik.'

Sholawat tarhim yang dikumandangkan melalui pengerasan suara saling sahut-sahuti dari tiap surau begitu menggema diudara. Begitu hangat menyapa telinga, mendengarkan masuk ke relung hati paling dalam, menggetarkan jiwa hingga mempengaruhi pikiran untuk bangun. Bagi mereka yang tersentuh, suara itu bagaikan suara panggilan dari Tuhannya. 'Allah azza wajalla.' 

    "Bi, abi. Bangun bi, Bangun! Sebentar lagi subuh." Istri yang terbangun lebih dulu mencoba membangunkan dan mengingatkan suaminya yang masih tertidur di sampingnya. 

'Hemzz.' Suaminya merespons dengan mendesis, matanya merem-melek, rasanya berat bisa terbelalak. 

    “Jam berapa sih, mi?”

    "Selai setengah lima." Yang berarti hanya tinggal beberapa menit lagi menuju waktu subuh. 

Meski keadaan matanya perih, ngantuk teramat sangat karena baru tidur hanya beberapa jam saja setelah begadang di rumah kakak iparnya membantu menyiapkan barang-barang untuk seserahan esok. namun ia tetap berusaha tegar dan memaksakan dirinya untuk bangun. Karena semua itu bukanlah sebuah alasan untuk menghalanginya bertemu Tuhan. 

    'Asy-shalaatu khoirum minannaum.'

    'Asy-shalaatu khoirum minannaum.'

Tuhan sekalian menyeru, 'lebih baik sholat daripada tidur!' karena pada saat itu Alam berada dalam spektrum warna biru muda yang berkesinambungan dengan frekuensi tiroid. Dalam ilmu pisikologi, tiroid memiliki pengaruh terhadap sistem metabolisme tubuh manusia. Warna biru mudanya juga mempunyai rahasia tersendiri, berkaitan dengan rezeki dan cara berkomunikasi. Hal ini terjadi karena tiroid tidak dapat menyerap energi biru muda di alam ruh dan jasad yang masih tidur. 

Pada saat adzan subuh berkumandang, tenaga alam ini berada pada tingkat optimal. Tenaga inilah yang kemudian diserap oleh tubuh manusia pada saat ruku dan sujud. 

Alam yang tadinya perlahan-lahan bangun dan kembali membentangkan karunia-Nya mengiring sang jubah hitam yang sebentar lagi akan pamit.

Sepasang suami-istri paruh baya, biasa dipanggil dengan sebutan 'abi dan ummi' oleh anak-anaknya, selalu berusaha menerapkan nilai-nilai agama pada setiap aspek kehidupan. Mereka berkomitmen untuk memberikan hak prerogatif pada anak-anaknya dengan cara memberikan contoh tauladan terlebih dahulu. Sebab, terbentuknya karakter seorang anak itu tergantung dari perilaku orangtuanya. 

Mereka tinggal disebuah rumah bekas peninggalan orang tua. Di Rumah yang tadinya besar namun mengecil setelah disekat dan dibagi dua dengan bude Riya (Kakak dari sang istri). lokasinya berada dijalan perintis kemerdekaan nomor 9, desa purwaraja, kecamatan menes, kabupaten pandeglang-banten. Sebuah kabupaten yang berada di ujung barat pulau jawa. Sebuah kabupaten yang dijuluki 'kota badak.' 'kota seribu kiai sejuta santri.' 'kota para jawara.' kota yang banyak nenek moyang ilmu leluhur. 

Suaminya bekerja sebagai buruh pabrik di daerah tanggerang. Pulang ke rumah dua pekan sekali. Sementara sang istri yang suka disebut 'rewel' oleh anak-anaknya itu hanyalah ibu rumah tangga bisa. 

Sudah dua puluh tahun lebih mereka menjalin kehidupan rumah tangga, dikaruniai tiga orang anak, satu anak lelaki, dan dua anak perempuan. 

Anak yang pertama laki-laki, namanya danu al-fairuz. Dia lahir di pandeglang pada tanggal 14 Desember 1992. Di tahun itu (2011) usianya baru menginjak ke 19 tahun. Bisa dibilang masa-masa emasnya anak remaja. Senang menciptakan hal-hal baru yang menantang dan konyol. Serta memiliki sederet angan yang tinggi, dan lagi susah-susahnya di atur. Suka 'Karep dewek.'

Kata orang tua, danu itu pintar. Pintar ngomong dan ngibul. Pertama pintar berbicara, tak mau kalah saat berdebat, selalu punya asumsi untuk mematahkan lawan bicaranya. Bahkan prinsipnya saja 'lebih baik jual rumah daripada kalah omongan.' cocok kalau jadi pengacara. Yang kedua pintar ngibul, suka mengada-ada yang tidak ada, suka melebih-lebihkan yang kurang. Maklum, dia pernah belajar seni akting, jadi sangat pandai dalam bersandiwara. 

Dulu, dia memang anak yang suka dibanggakan, karena sering mendapatkan prestasi di sekolah. Dia masuk sepuluh besar lulusan terbaik. Pernah menjabat sebagai ketua OSIS dan ketua pandawa (organisasi kesenian dalam sekolah). Sedangkan kekurangannya hanya satu, yaitu tidak pernah jatuh cinta.

Padahal dirinya memiliki paras yang rupawan, hidungnya mancung, meski tak semancung ali syakib. Postur tubuhnya tinggi, warna kulitnya putih kemerah-merahan, matanya agak sipit, tapi tak sesipit seperti ernest prakasa. Kalau dia tertawa matanya merem. Rambutnya hitam dan lurus, dia paling senang bergaya gondrong, biar kayak ariel peterpan katanya. 

Jika ditanya soal kesempurnaan? Dia tidak begitu sempurna, Hanya seorang manusia biasa. Yang sebaik apapun adakalanya menyakiti. Sesempurna apapun pasti pernah mengecewakan. Karena berinteraksi dengan manusia adalah bab panjang yang seolah-olah tidak ada habisnya. Tidak ada hubungan antar manusia yang selalu mulus, yang ada hanya mengedepankan toleransi dan pemakluman saja. 

hobinya membaca, apalagi membaca buku novel. dia sangat. Cita-citanya juga ingin jadi penulis seperti habiburrahman el shirazy. namun sayang, literasi dalam penulisannya masih kurang mumpuni.

Dia di juluki 'si kebluk.' karena kalau lagi tidur susah dibangunkan, terus seperti membangunkan orang mati. Seumpama ada banjir dan kebakaran di rumahnya, dia pasti hanyut dan terbakar lebih dulu sebelum menyelamatkan diri. 

Selain 'si kebluk.' masih ada satu julukan lagi untuknya, yaitu 'si sebul.' alias si pemalas. Setelah lulus SMA dua tahun silam, dia jadi malas-malasan. Malas kuliah, malas bekerja, bahkan malas mandi pagi. Dalam kurun waktu sebulan saja mandi paginya bisa terhitung, paling tiga sampai empat kalian, itupun kalau lagi ada acara saja. Kerjanya cuma main dan nongkrong bersama gengnya di pangkalan badak kulon. 

Abi nya menginginkan dia kuliah dan berharap menjadi seorang PNS. Sederhana memang. Karena menjadi seorang PNS kala itu sangat didamba-dambakan banyak orang, selain hidup terjamin juga gajinya menjanjikan. 

Awal-awal lulus SMA pada tahun 2009, dia pernah mengikuti seleksi nasional masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) di Universitas Gadjah Mada. Waktu itu daftarnya bareng sama beni, leni dan devi. Dia dan devi berhasil lolos ke tahapan seleksi selanjutnya, dan mendapat kesempatan menjadi mahasiswa di UGM. Namun sayang, ketika dia mendengar dua teman perpisahannya tidak lolos, dia pun membatalkan diri dan tidak melanjutkan seleksi ke tahap selanjutnya. 

Pada tahun berikutnya (2010). Dia kembali punya kans masuk kampus padjajaran di bandung. Dengan segenap biaya kuliahnya akan ditanggung ayah leni. Maklum, ayah sahabatnya itu merupakan seorang pejabat kaya raya. Tapi dengan satu perjanjian. Jika suatu saat nanti ia berhasil, maka ayah leni meminta timbal balik. Jika danu tak bisa membayarnya dengan uang, maka ia harus menikahi anaknya. Sekaligus teman dekat danu. Yang jelas, danu menolak.

Dia tak mau bergantung pada orang lain, apalagi orang lain itu mengharapkan timbal balik. Mending nganggur tapi berdiri diatas kaki sendiri. Daripada sukses namunnumpang di atas kaki orang lain.

Sebenarnya orang tuanya juga mampu membiayai kuliahnya. Tapi dia saja yang enggak mau, dia lebih mengorbankan diri demi adik-adiknya yang bisa kuliah. 

Dia bukanlah tipikal orang yang mudah jatuh cinta, Bukan pula orang yang mudah mengubah rasa, Jika satu nama sudah tertanam dalam hati, maka sulit mencabutnya kembali.

Sebelum berjumpa dengan Mira (wanita sang pujaan hati), dia tidak pernah tahu 'apa itu cinta? Apa itu rindu? Dan apa itu sakit hati?' dia tidak mengerti semua itu, bukan karena dia seorang anomali, atau karena tidak pernah dekat dengan perempuan. Justru yang mendekatinya banyak, yang menyukainya juga banyak, namun masalahnya dia tidak pernah menemukan pesan cinta diantara belaka, pesan yang mampu menggetarkan jiwa. Ini bukan lagi tentang cantik dan kaya, tapi tentang perasaannya yang sulit Dipahami. 

Anak yang kedua bernama delisa, wajahnya cantik mirip uminya. Usianya hanya terpaut tiga tahun dari sang kakak. Dia tinggal bersama om dan tantenya di karang tanjung, salah satu tempat yang terletak dipinggiran kota pandeglang. Sudah dua tahun dia tinggal di sana menggantikan posisi kakaknya. 

Anak yang ketiga atau paling bontot bernama dania. Dia anak yang paling disayangi, paling dimanja dan dicintai banyak orang. Dia tinggal bersama ummi dan abi nya di menes, ada kans mengikuti jejak sang kakak tinggal dirimu omnya setelah lulus SMP nanti. 

... 

Sisa purnama telah tenggelam dalam bayangan malam. muncul cahaya keemasan di ufuk timur yang menjanjikan sebuah harapan. menebar rindu, menuai damai. 

Pagi adalah sebuah berkah yang indah. karena pagi merupakan awal dimulainya sesuatu yang bernama kehidupan. 

Sejurus kemudian, abi nya pulang ke rumah setelah beberapa saat tadi ikut sholat berjamaah di mesjid. Sajadah pun masih tercangklong di atas pundak, jemari tangan memutar tasbih sambil dalam hati terus berdzikir. 

   'subhanallah wabihamdihi Subhanallahil Adzim' 

Dia percaya, barangsiapa yang mengucapkannya sepuluh kali, maka tertulis ratusan kebaikan. Barangsiapa mengucapkannya seratus kali, maka tertulis padanya seribu kebaikan. 

Sesampainya di dalam rumah, ia berhenti di depan pintu kamar paling depan. 'Tok tok tok tok' mengetuk beberapa kali ketukan. 

    "A, bangun a! Bangun! Subuh, subuh, subuh." Serunya membangunkan danu. 

    "A, ayo bangun a! Sholat subuh dulu!" Ucapannya sekali lagi walaupun percuma karena seruannya tidak masuk ke dalam gendang telinga sang anak. 

'Wad-duha. wal-laili ida saja. ma wadda'aka rabbuka wama qola. walal-akhiratu khairul laka minal-ula.'

Sesaat selepas menunaikan shalat subuh, uminya mengisi waktu luang dengan membaca ayat-ayat suci al-quran di atas sofa ruang tengah. Sementara dania tengah menggosok pakai di samping. 

Hari itu di buka dengan sangat tentram. Hari yang bertanggal 11, bertepatan di hari minggu. Bulan ke 11, bulan yang identik dengan musim penghujan. Yang menjadi pelengkapnya adalah tahun, yaitu tahun 2011. Sebelas sebelas dua ribu sebelas . Angka yang tergolong cantik dan kramat, hanya akan terjadi satu kali dalam seumur hidup. 

Uminya sedang mengaji, dania menggosok pakaian, sementara abinya terus berupaya setengah mati membangunkan si kebluk. 

Kebiasaan danu tidur larut malam, Bangun siang hari Pas matahari berada di atas kepala. Wajar saja kalau dirinya sampai dijuluki si kebluk. 

Andai hari itu tidak ada acara, mungkin tidak perlu repot-repot dibangunkan sebegitu hebohnya. Biasanya di biarkan begitu saja sampai mau terbangun sendiri. 

Hari itu akan adakan upacara pernikahan, pernikahan sepupunya yang bernama ilham. anak dari bude Riya. Yang Jarak rumahnya bersebelahan, hanya terhalang pagar bembatas. Jadi, akan sangat keterlaluan jika dia sampai tak ikut menghadiri.

    "Gimana bi? Bangun danunya?" Tanya sang istri setelah mengucap shodakallah dan menutup kitab suci al-qurannya. 

Suaminya tidak setuju dengan kepala. 'Hah.' Bersorak riuh sambil menggedikkan bahu. 

    "Ummi saja yang membangunkannya sana! Si danu benar-benar kebluk, kayak kebo. Kalau lagi tidur susah untuk dibangunkan." 

Istrinya tertawa terbahak-bahak. 'Baru tahu kalau anaknya seperti itu.' 

    "Kebiasaan dia kan memang begitu, Kalau udah tidur susah bangunkan. Umi curiga, apa Jangan-jangan, abi juga dulunya seperti itu yah? Mangkanya nurun tuh sama danu. Hehe." 

    "Yey, enggak lah. Abi-mah, engak dulu, enggak sekarang, kalau tidur tuh gampang dibangunkannya. Enggak kayak danu. Justru abi yang curiga sama ummi. Jangan-janga ummi yang waktu mudanya kayak begitu." 

Gara-gara si kebluk yang susah dibangunkan, abi dan uminya jadi saling sangka-sangkaan. Uminya menuduh kebiasaan dia itu turunan dari bapaknya waktu muda. Begitupun sebaliknya, abinya yang merasa kalau kebiasaan danu turunan dari sang istri. 

Jikalau dia tertidur, dia tidak pernah lupa menutup dan mengunci pintu kamarnya. Sebab, dulu pernah kejadian waktu dia tidur dibangunkan oleh uminya dengan cara di siram pakai air. Dari kejadian itulah ia kapok, tidak lagi lupa mengunci pintu kamarnya. Hingga tidak ada lagi yang bisa mengganggunya. 

Seperti suara teriak dan ketukan pintu dari luar, tidak akan sampai ke telinga. Karena mendengarkan handset tertutupi dengan suara musik yang kencang. Jadi, dia tidak akan mendengar apa-apa lagi selain musik itu sendiri. 

Upaya membangunkan danu yang gagal mendapatkan sorakan dari sang istri. "Bayar." Katanya. 

Uminya melepaskan mukena Bertindak maju menuju kamar danu. Ia akan mencoba membangunkan si kebluk. 

Uminya menarik nafas dalam-dalam mengambil ancang-ancang. Sebelah tangan terkepal siap menggedor. Sebelah tangan lagi menutup telinga. 

    'Brug brug brugg...' 

    "A~ bangun a! Bangun! Bangun! Udah pagi nih! Mau ikut ngiring gak? Kalau gak bangun, nanti kita tinggalin nih!" Ujar ummi tak asa-asa, kencang bahkan kerasnya melebihi toa masjid. Abi dan dania sampai menutup telinga saking berisiknya. 


    "Jangan keras-keras mi! Malu kedengeran tetangga." Ucap sang suami mengingatkan. 


Jangankan si danu bangun, mendesah saja pun tidak. Uminya hanya bisa uring-uringan di balik pintu: "duh, aduh bingung. Kudu kumaha dei ngahudangken sia a? Boga anak, meni kebluk-kebluk tein sarena. A, hudang a! Hudang, hudang." 


Abi dan dania yang menonton hanya bisa kelakuan uminya yang terlihat merengek kayak bocah minta jajan. 


    “Sudahlah mi, Biarin saja! Kalau Aa danu gak mau bangun, ya kita berangkat!” Ucap dania menyiasati. 


Celoteh menyanyikan ummi dari luar tak mampu didengar oleh danu. Karena pada saat itu kegelisahan tengah berselancar di alam bawah sadar. 


           .... 


Matahari sudah naik se-penggalan. Abi, ummi serta dania sudah berdandan rapih Siap berangkat mengiring ilham menuju perkawinan. 


    “Anak bujang gimana tuh?” 


    "Ya mau gimana lagi, Orang dia gak mau bangun." Jawab sang istri mengangkat kedua tangan dengan bingung. Mau tidak mau si kebluk harus pergi. 


Bagaimana pun pengertian ibu terhadap perannya sangatlah besar. Dia tak bisa membangunkan, tapi tak bisa juga meninggalkan begitu saja. Sebelum berangkat, uminya sudah menulis pesan di selembar kertas yang berisikan sebuah alamat tempat resepsi pernikahan ilham di gelar. Berikut uang sebesar 50 ribu yang di simpan di atas meja ruang tengah, di tumpangi sebelah pot bunga agar tak terhempas angin. Itu merupakan bentuk pengertian darinya. 


Semua pintu di tutup dan di kunci dari luar. Danu yang tertahan di dalam, masih punya kunci cadangan. 

Abi, ummi, serta dania Berjalan beriringan menyambangi rumah bude ria. Karena di rumah itulah tempat berkumpulnya. 


orang-orang terlihat sibuk di rumah bude riya, mempersiapkan barang bawaan untuk seserahan dan hantaran nanti. Seperti parsel yang berisi alat shalat dan set perhiasan. pakaian, make up dan skincare, alas kaki, tas, makanan tradisional, buah-buahan, cincin pernikahan, handuk, dan peralatan mandi. 


Bude riya di bantu beberapa orang mengangkutnya ke dalam mobil honda jazz. Sebuah mobil yang sudah di hiasi karangan bunga, sebagai kendaraan untuk calon pengantin.


Ilham yang baru keluar dari kamar setelah selesai di rias, tampak gagah hari itu. Mengenakan baju putih yang di tutupi jas hitam. Memakai celana katun panjang berwarna hitam. Juga peci hitam penutup kepala, sebagai salah satu ciri khas muslim di indonesia.


Pagi-pagi sekali keringatnya sudah bercucuran merusak make-up. Keringat yang menjalar bukan karena habis olahraga. Melainkan dipicu oleh rasa grogi, karena khawatir tak bisa merapalkan ijab qobul dengan lantang. Padahal sudah di beri air jampe satu botol oleh ki brojo. Tapi rasa gugupnya tak kunjung hilang. 


ilham berjumpa uminya danu di ruang tengah. langsung menanyakan keberadaannya.


    “Mi, Danu mana?” 


    "Masih tidur." Jawab uminya danu. 


    “Masih tidur?” Ilham tersenyum ringkas, tak merasa kaget, apalagi aneh. Karena semalam juga dia sudah menduganya, kalau danu bakal susah dibangunkan. 


    "Tuh kan? Apa ilham bilang juga? 'Jangan bergadang.! Nanti kesiangan! Trus gak bisa ikut ngiring.' ternyata bener juga dia gak bangun."


     “Iyah, Dari subuh abi nya sudah berusaha membangunkan. si kebluk tetep gak mau bangun.”


    “Tapi, udah di bilangin suruh nyusul kan?”


    "Di bilang gimana? Orang dia masih tidur. Tapi udah siapkan surat yang berisi alam tempat janji pernikahan kamu. Syukur-syukur dia ketemu." 


    "Iya kalau ketemu. Kalau nggak?" 


    "Udah jangan di pikirin! Nanti juga dia nelepon."


Semua sudah berkumpul, yang belum diharapkan menyusul. Semua barang-barang di naikkan ke dalam mobil. Abi dan uminya danu cemas menunggu kedatangan om iwan dari pandeglang yang belum juga tiba. 


Para rombongan mulai memasuki mobil satu persatu. Beberapa lelaki sibuk menaikan seserahan di mobil pickup. Seserahan ini di anggap sarat akan makna. Tradisi yang menjadi simbol harapan menjadi hal-hal baik di masa depan.


Sarat yang di bawa tak lain dua batang pohon tebu. Pohon tebu tak hanya jadi pemanis atau campuran buat makanan dan minuman saja. Tebu juga begitu melekat dengan tradisi dan budaya. khusus pada pernikahan adat jawa. Dalam tradisi, tebu dilambangkan sebagai kemantapan hati. Tebu juga sumber rasa manis, harapannya agar pernikahan itu selalu di penuhi akan hal-hal manis.


Selain tebu ada juga mengomel dan daun sirih. Seikat kayu bakar, buah jambe, dua buah kelapa, ayam hidup, serta kasur dan lemari. Semua itu memiliki arti dan makna tersendiri. Katanya: daun sirih memiliki makna satu hati berbulat tekad tanpa harus mengorbankan perbedaan. Sedangkan kayu bakar dianggap sebagai adat sehat, yang banyak membawa makna kemanusiaan, menunjukkan watak rajin. Buah jambe dan kelapa mengandung harti kesuburan, buah dari generasi ke generasi. Untuk kasur dan lemari bisa di artikan sendiri.


Sesaat sebelum berangkat, mobil om iwan pun datang. Yang didalamnya ada tante lisa dan delisa. 


    "Aa danu mana?" Tanya om iwan pada dania. 


    "Masih tidur!" Terang dania memberkan. 


    “Gak ikut ngiring, tah?”

    "Gak tau tuh? Di bangunin susahnya minta ampun."

Show Comments
BOOKMARK
Total Reading Time: 13 minutes
toc Table of Contents
bookmark_border Bookmark Start Reading >
×


Reset to default

X
×
×

Install this webapp for easier offline reading: tap and then Add to home screen.