-
info_outline Info
-
toc Table of Contents
-
share Share
-
format_color_text Display Settings
-
exposure_plus_1 Recommend
-
Sponsor
-
report_problem Report
-
account_circle Login
![](https://static2.penana.com/images/books/17/58/175826925265973a70126601.27998853-194266.jpeg)
Secarik kertas kutulis dengan kata yang menyapa,
Menatap tinta hitam dengan senyuman pada setiap umpan.
Waktu berdenting,
Angin tersipu.
Cukup sunyi yang memuaskan,
Hingga akhirnya terlelap pada senduku yang tidak berpintu.
Kini waktu telah merayu embun,
Mengajak berlari lewat syahdu syair.
Pada semilir angin yang berlalu,
Terlantun sebait doa kecil penerang relung qalbu.
Pucuk patah tidak akan membuat akar busuk.
Sedikit terpuruk bukan berarti terburuk.
Perlahan-lahan, percikan doa dapat memukul luka hingga hilang semua remuk.
Semua hiruk pikuk di kepala kian menyejuk.
Usahlah terburu-buru untuk menyemai asa.
Pahami, p elajari setiap liuk rasa yang melingkar tanpa paksaan.
Perlahan, sekar akan mekar menjadi gambar yang lebih berkilau.
![coins](https://static2.penana.com/img/penana_coin.png)
After each update request, the author will receive a notification!
smartphone100 → Request update
Thank you for supporting the story! :)
Please Login first.
Reading Theme:
Font Size:
Line Spacing:
Paragraph Spacing:
Load the next issue automatically
Reset to default