Meski kami mengantri berurutan di mana paling depan adalah Mlle. Howell dengan M. Gill, lalu di belakangnya adalah M. Marsh dengan Mlle. Voyles, dan kami tepat di belakang mereka, gondola yang kami naiki terpisah beberapa jarak.
Seperti terpaut di sudut 90 dan 180 derajat. Lebih mudahnya, aku dan Feline berada di jarum jam 9, Mlle. Voyles dengan M. Marsh berada di jarum jam 6, sedangkan Mlle. Howell dan M. Gill di jarum jam 3. Sementara gondola itu jumlahnya kira – kira ada 12. Tentu dengan jumlah yang mengantri, aku mengira ada sekitar separuhnya kosong.
Ngomong – ngomong, ini adalah pertama kalinya aku naik kincir ria. Begitu pula kukang satu ini, yang tidak henti – hentinya menyendok dan menikmati slushies susu mangga itu.
Kata – kata yang diceritakan M. Marsh mulai membayangiku, mengenai filsofi romantis tentang kincir ria. Seperti apa yang merujuk pada kata – kata Mrs. Davies atau mendiang anaknya, Georgia, yang aku tahu betul maknanya.
Aku mengakui bahwa ketika duduk di gondola ini, dua orang bisa fokus, antara satu dan yang lain. Tapi semenjak kaca gondola yang ada di belakang Feline terawat sangat baik, aku bisa dengan jelas melihat Mlle. Howell dengan M. Gill.
Mereka… terlihat mengobrol satu sama lain. Barangkali mereka mendiskusikan masa depan bersama? Rencana pernikahan dan lain sebagainya? Tentu pembicaraan itu wajar saja tidak bisa dibawa dengan bercandaan, yang terlihat jelas oleh kedua mataku ekspresi Mlle. Howell dari jarak 13 meter.
Aku menghela nafas.
“Feline,”
“Ya, Tn. Cake?” katanya.
Sementara kincir ria itu mulai berputar. Seingat informasi yang kubaca, itu akan berputar lalu berhenti selama tiga kali, setiap lima menit.
“Apakah kau sudah memikirkan masa depanmu?” kataku sambil memejamkan mata dengan nada agak serius. Itulah kata – kata yang terpikirkan olehku saat ini.
“Yap, saat ini aku sedang menapaki masa depan, melalui proses…” katanya sambil terkejut, bukan padaku, tapi pada slushies yang ia sendok setiap saat. “Ow! Kukira, ini hanya perasa mangga yang dicampur susu kental manis? Ternyata ada potongan mangganya kecil – kecil! Bukankah ini hebat!?”
Sekarang ingatlah bahwa si kukang ini selalu pintar dalam mengalihkan isu. Ataukah itu mungkin usaha terbaiknya dalam menghindari jawaban itu.
“Ya, itu memang perasa mangga yang dicampuri susu kental manis. Potongan mangga kecil – kecil itu barangkali membuat gadis mata bulat sepertimu berfikir bahwa slushies ini terbuat dari mangga asli. Well, itu memang benar, hanya pada potongan mangga kecil – kecil itu,”
“Oh ya? Semuanya perasa artifisial? Bagaimana bisa anda tahu?” Feline balik menghadapku dengan nada meragukan yang cenderung mengejek.
“Kau tahu sendiri kalau harga mangga saat ini 1 pounds per buahnya? Sedangkan bila slushies ini sepenuhnya pakai mangga asli paling tidak mereka butuh 3 buah. Dan slushies itu tidak lebih dari 4 sampai 5 pounds paling mahal. Mereka hanya dapat laba 1 pound yang itu sangat beresiko. Kalau rental toko di tempat ini sekitar 15 ribu pounds per tahun, dan peralatan slushies yang mereka pakai minimal dua ribu pounds, maka itu artinya mereka harus menjual setidaknya 17 ribu slushies per tahun atau sekitar 1417 slushies tiap bulan. Kemungkinannya memang mungkin, tapi bila kita membicarakan soal tenaga, di situlah letak permasalahannya. Belum dengan pajak kebersihan dan lainnya?”
“Wow, sangat mathematICE sekali, anda ini!” pujian yang dibuat – buat yang justru memancingku.
“Well, ini hanya tentang waktu kapan kau menjawabku dan tidak berputar – putar atau kau jatuh dari ketinggian ini?”
“Ya ampun, anda mengajak saya hanya untuk menjatuhkan saya? Wow, case open!”
Dia malah semakin bercanda.
“Tentu itu tidak akan terjadi karena kau akan mendengarkanku dan memberikan alasan logismu, bagaimana dengan itu? Case closed!”
Kincir ria itu masih berputar penuh selama dua kali. Sekira – kiranya dalam tiga menit lalu berhenti di menit ke lima.
“Apa ini? Anda ingin menjadi ibuku, Tn. Cake?” Feline tersenyum tipis sambil memainkan es pada Slushies miliknya yang dengan amat cepat berkurang seperempatnya.
“Well, secara biologis itu tidak mungkin. Tapi, secara kebiasaan, ibu juga bisa diartikan sebagai penjaga. Di situasi seperti ini di mana aku seperti penjagamu sampai saat ini lalu… memang iya. Apa aku salah, Feline?”
“Si mata ngantuk sepertimu, Tn. Cake?”
Maksudku aku benar – benar mendengar itu tapi aku berpura – pura saja tidak mendengar agar memberinya kesempatan untuk membenarkan perkatakannya itu.
“Apa yang kau katakan barusan?” Aku memandang Feline serius tanpa berkedip. Barangkali bisa ditafsirkan bahwa aku sedang marah padanya.
Mataku memang terlihat mengantuk karena rutinitas tidurku yang tidak lebih dari enam jam. Agak menghitam memang faktanya.
“O-oh…m-maksudku, si pria yang ke-keren, be-begitu…?”
Aku diam saja demi agar dirinya tidak terus bercanda. Lagipula bila celotehnya terus terjadi, bisa saja aku marah benar.
“Yah, sebenarnya saya masih belum minat melakukan itu. Apalagi-sekolah di Switzerland. Saya tahu Kak Lilia yang bilang begitu, atau bahkan Egremont berusaha membujuk saya, tapi -“
“Kalau kau ingin menjadi detektif atau tim penyelidik, katakan saja padanya dengan serius. Tapi sebagai informasi, bukan berarti kau anak orang kaya lalu bisa masuk jalur belakang tanpa ijazah dan uwalaaa~ menjadi detektif tingkat pertama? Tidak sama sekali,” kataku memotong Feline.
Sebenarnya aku sudah memikirkan ini sejak awal, mengenai Feline. Well, aku ini bukannya tidak suka dengan keberadaannya di tokoku. Hanya saja, melihat gadis sepertinya tanpa arahan jelas untuk kedepannya meski mendapatkan tawaran yang pasti menyesal bila dilewatkan membuatku tergerak untuk menceramahinya.
Paling tidak, Feline bisa mengerti betapa keluarganya memperhatikannya. Walaupun disaat yang sama, pernah melukainya bertahun – tahun, melalui sebuah kasus hitam Antoinette.
Apalagi mengikutiku, dia hanya akan berakhir menjadi seorang pelayan di toko kue atau kafe kecil.
“Mmmmnn…” gumamnya. Bola matanya yang condong ke bawah dengan cemberut di bibirnya adalah pertanda ia sebal dan bingung.
Pandanganku dialihkan sesaat melihat di belakang kaca Feline duduk, Mlle. Howell dan M. Gill yang ekspresinya masih sama. Mereka seolah masih membicarakan serius dalam lima menit ini.
Lalu kincir ini mulai berputar lagi menuju kloter dua.
“Lalu kau ingin bagaimana? Mengikutiku tidak berarti kau menjadi sepertiku. Sudah banyak kisah klasik tentang ini. Mau yang manapun sama saja. Baik Watson yang mengikuti Holmes atau Hastings yang mengikuti Poirot kau tidak akan lebih dari penebak – nebak. Kau perlu seorang pengajar professional dan tekad bulat untuk menempuhnya,”
“T-tapi, bukannya Tn. Cake juga bisa ahli dalam hal itu!?”
“Aku hanya mengerti soal membedah kasus dan tidak lebih. Beberapa penjelasan dalam kepalaku belum tentu bisa disampaikan hingga membuat orang mengerti. Rumah tidak jadi hanya dengan sebatang kayu meski dengan kayu Lignum sekalipun yang keras dan kokohnya bukan main. Pendidikan tetap perlu, sementara deduksi tidak datang dalam semalam. Karena itu, aku di sini untuk meyakinkanmu bahwa sejujurnya uh…”
Aku bisa melihat wajah Feline yang sedikit sedih dan barangkali kecewa. Aku tidak mau bilang kalau dia sia – sia mengikutiku berbulan – bulan, menjadi karyawan toko, hanya untuk belajar dariku. Tapi kenyataannya memang begitu. Kecuali, dia pernah menghadapi kasus sebelumnya.
“Kau-ini-uh… memang menyukai hal detil. Tapi dengan begitu saja, itu tak akan cukup. Selamanya tidak akan cukup,”
Akhirnya kukatakan juga. Lebih baik begini daripada tidak sama sekali. Barangkali itu semacam ultimatum baginya karena setelah kulontarkan Feline benar – benar diam.
Ya ampun, apa aku sudah keterlaluan? Yah mau bagaimana lagi sebelumnya aku tak pernah punya pengalaman mengurus anak remaja? Di umurku yang menuju 40 an bahkan? Menggelikan sih, tapi kenyataan.
Roda kincir ria telah berputar kesekian kalinya, hingga sampai pada putaran ketiga. Telah berhenti dua kali, dan kini akan menuju pemberhentian terakhir sebelum kami turun dari wahana.
Bahkan setelah yang kuucapkan kata – kata ultimatum itu, aku hanya melihat Feline tertunduk ke bawah. Itu mirip ekspresi remaja yang baru saja terusir dari rumah orang tuanya. Bahkan Feline tak tertarik melanjutkan slushies susu dan mangga yang bahkan sejak awal ia sudah terlalu antusias dengan itu.
“Hah…” Aku menghela nafas sedalam – dalamnya. Lagipula tak seharusnya aku membuat orang bingung di tengah kebingungannya. “Well, kau selalu punya waktu untuk memikirkan itu. Tidak ada salahnya melakukan metodemu. Kau mungkin belum bisa mencapai hebat, tapi setidaknya kau bisa paham dasar – dasar memasak?”
Feline perlahan mendongakkan kepalanya. Ia tersenyum lega sederhana dan mengucapkan terima kasih padaku.
Kini roda berhenti lagi. Membuat kami berada dalam posisi jarum jam 3, Mlle. Voyles dan M. Marsh seharusnya tetap berada di jarum jam 6, dan Mlle. Howell dengan M. Gill di jarum jam 9.
“Wow, mereka romantis sekali, Tn. Cake!” Feline kembali heboh. Gadis zaman sekarang memang mudah sekali ekspresif.
Aku memutar badanku sesaat, mencari tahu apa yang dipandang Feline.
Tadinya Mlle. Howell dan M. Gill duduk berdahapan, namun kini mereka bersebelahan yang saling menyandar satu sama lain dengan nyamannya. Barangkali mereka terpejam membayangkan masa depan mereka. Kalau sudah begitu boleh kukatakan legenda romantis Ferris Wheel boleh jadi terbukti di beberapa orang. Walau aku merasa ada yang kurang, tapi rasanya itu tidak terlalu penting.
“Mungkin rencana pernikahan itu telah selesai,” kataku setelah berbalik badan menghadap Feline kembali.
“Pernikahan? Mereka tak pernah bilang padaku tuh?”
“Hah!? Kenapa mata bulat sepertimu harus tahu!? Bukannya kau ini hanya kukang?”
“Hey!”
Kincir ria telah berhenti. Hampir semua penumpang telah keluar dari posko keluar wahana kincir ria.
Ya hampir semua. Pasalnya, hingga dalam beberapa menit kami menunggu masih saja berempat.
Seharusnya berenam.
Namun, tidak lama kemudian, satu staff di posko masuk wahana kincir ria terlihat mengambil handy talky.
Dalam dua menit, beberapa staff lainnya berkumpul dan menuju wahana kincir ria dengan tergesa – gesa.
Tidak mungkin mereka akan naik kincir ria, bukan?
Ditambah lagi, bertambahnya kerumunan di posko masuk wahana kincir ria. Mereka bahkan tidak untuk mengantri, tapi mengeluarkan ponsel mereka untuk memotret sesuatu.
Apa sih yang sebenarnya terjadi? Kenapa perasaanku ada yang salah?
ns 172.70.127.107da2