-
info_outline 資料
-
toc 目錄
-
share 分享
-
format_color_text 介面設置
-
exposure_plus_1 推薦
-
打賞
-
report_problem 檢舉
-
account_circle 登入
“Ku temui kelopaknya runtuh pagi ini
Seperti bayang bendera setengah tiang
Mengisyaratkan duka bahwa rasa telah benar tiada
Jika mau menetap jangan sampai ku hanya mendapat harap
Tapi kau malah lenyap dan meninggalkan pekat hingga ku sekarat.” Ku baca tulisan pada buku
“Kali ini bukan nadanya yang salah
Hanya baitnya yang terlalu dipaksa
Sebab penangkal racun lara telah diawetkan dalam segulung nikotin beraromakan pilu
Entah bagaimana caranya untuk berhenti karena setiap helaan nafas dari hirupannya masih saja berirama sendu” lanjut membaca pada halaman berikutnya.
Sambil ku hembuskan asap dari batang rokok terakhir ku.
“puisi itu menjadi rekam jejak bahwa aku dahulu ternyata terlalu menaruh harap pada manusia” tertawaku
Tapi, setelah kejadian tersebut aku teringat bahwa semesta memang bekerja dengan sepenuhnya
Ia ikut andil dalam perpisahan ini, sehingga setelahnya seolah hal yang terjadi kemarin menjadi asing
Masa itu telah berakhir bahkan lenyap dengan sendirinya
Aku bukanlah si melankolis yang mampu meratapi kesedihan sampai mati
Karena seperti apa yang sering ku baca pada kutipan dari sang perajut syair terindah bahwa “Hari kemarin telah berlalu dan ceritanya sudah diceritakan, hari ini benih-benih baru akan tumbuh. Karena apa yang engkau cari sedang mencarimu dan luka adalah tempat dimana cahaya memasukimu biarkanlah dirimu dibentuk oleh tarikan yang kuat dari sesuatu yang kamu cintai.”
Ini adalah kisah pilu dari beberapa tahun lalu yang ku tulis tangan setiap kejadian nya dalam buku yang berjudul tiga pagi
Aku tidak lari dari apa yang membuatku sakit
Walau menderita sakit kronis dari tikaman yang tidak kasat mata
Aku memilih merawat kesakitan itu hingga mereda dan pulih kembali
Beberapa orang memang memilih bertahan atas apa yang terjadi karena belum siap mendengar frasa selamat tinggal namun ada beberapa pula yang memilih pergi membawa luka dan menyembuhkannya sendiri, tidak ada yang bisa disalahkan dalam hal ini karena beberapa orang mempunyai pilihan atas penderitaan dan jalan hidup masing-masing.
Atas apa yang telah menimpaku adalah pahat tertajam yang sedang membentuk diriku di masa ini dan nanti
Beberapa kisah dan puisi adalah salah satu bentuk diriku untuk menengok ke belakang tapi bukan untuk terus berada disana melainkan hanya untuk melihat seberapa jauh aku telah sampai pada saat ini karena aku percaya kata adalah senjata ketika raga tak berdaya dan pada akhirnya buku harianku yang berjudul tiga pagi adalah kumpulan tragedi yang selalu memberi motivasi untuk membuatku menjadi versi terbaik.
Lalu mengapa harus tiga pagi? Karena jam tiga pagi adalah waktu yang tepat untuk berkelahi dengan pikiran, berdamai pada hal-hal yang tidak mampu diselesaikan oleh tangis maupun kata, dan waktu yang tepat untuk berkontemplasi.
Untuk diriku, terimakasih sudah bertahan sejauh ini maaf jika prosesnya menyakitkan
Untuk hal lalu, aku minta maaf dan sudah ku maafkan pula terimakasih telah menjadi guru terbaik atas pengalaman hidup kemarin yang membuat aku tangguh hari ini.

每次催更後,作者都會收到通知!
smartphone100 → 催更