Abang Ojol Ganteng Mencari Cinta - Bab 11

Di sekolah Irfandi

Di depan kantor guru dan ruang kepala sekolah..

"Alhamdulillah akhirnya lulus", kata Irfandi.

"Fandi..", Arfani dan Irwan memanggil Irfandi.

"Iya fan, wan, kenapa ?", tanya Irfandi.

"Kepriwe lulus ora kowe, Fandi ?"

(Bagaimana lulus tidak kamu, Fandi ?), tanya Arfani juga.

"Alhamdulillah lulus fan, wan, kie deleng"

(Alhamdulillah lulus fan, wan, ini lihat), jawab Irfandi.

"Alhamdulillah", kata Irwan.

"Alhamdulillah inyong uga lulus Fandi"

(Alhamdulillah aku juga lulus Fandi), sambung Arfani.

"Kowe ngapa Fandi ?"

(Kamu kenapa Fandi ?), tanya Irwan.

"Inyong kencot wan, marang kantin yuk"

(Aku lapar wan, ke kantin yuk), jawab Irfandi lagi.

"Yuk", sorak Irwan dan Arfani.

Di kantin sekolah..

"Kowe arep tuku apa Fandi, Arfan ?"

(Kamu mau membeli apa Fandi, Arfan ?), tanya Irwan.

"Inyong pentol wae wan"

(Aku bakso saja wan), jawab Arfani.

"Inyong sega uduk wae wan, lah kowe dewek apa wan ?"

(Aku nasi uduk saja wan, lah kamu sendiri apa wan ?), tanya Irfandi.

"Oh iya wan, Fandi bener, kowe tuku apa ?"

(Oh iya wan, Fandi benar, kamu membeli apa ?), tanya Arfani juga.

"Inyong arep mie ayam wae"

(Aku mau mie ayam saja), jawab Irwan.

"Oh, ya wis yuk pesan, eh tunggu Fandi, kowe golek tempat ya, mengko sega uduke kowe, inyong sing gawa"

(Oh, ya sudah yuk pesan, eh tunggu Fandi, kamu cari tempat ya, nanti nasi uduk kamu, aku yang bawa), kata Arfani.

"Oke fan..", sambung Irfandi.

"Fandi..", Arif memanggil Irfandi.

"Iya, kene rif"

(Iya, sini rif), jawab Irfandi.

"Iya Fandi", kata Arif.

"Kowe dhewe neng kene Fandi, Arfan lan Irwan endi ?"

(Kamu sendiri disini Fandi, Arfan dan Irwan mana ?), tanya Arif.

"Inyong ora dhewe rif, kuwi Arfan lan Irwan"

(Aku tidak sendiri rif, itu Arfan dan Irwan), jawab Irfandi lagi.

"Oh..", seru Arif.

"Nih rif, pesanan mu", kata Irwan memberikan batagor pada Arif.

"Maturnuwun ya wan"

(Terimakasih ya wan), sambung Arif.

"Sami-sami"

(Sama-sama), kata Irwan lagi.

"Hpne sapa sing uni ?"

(Hpnya siapa yang bunyi ?), tanya Arfani.

"Inyong fan"

(Aku fan), jawab Irfandi lagi.

"Oalah..", seru Arfani.

"BBM ya Fandi ?", tanya Arif.

"Udu rif, inyong ra nduwe BBM rif"

(Bukan rif, saya tidak punya BBM rif), jawab Irfandi lagi.

"BBM, isih wae BBM, BBM wis ra zaman kali, saiki kuwi ya WhatsApp, Instagram, lan Facebook, rif"

(BBM, masih saja BBM, BBM sudah tidak zaman kali, sekarang itu ya WhatsApp, Instagram, dan Facebook, rif), kata Arfani.

"Ana meneh fan"

(Ada lagi fan), sambung Irwan.

"Ha.., ana meneh wan, apa kuwi wan ?"

(Ha.., ada lagi wan, apa itu wan ?), tanya Arif.

"Kuwi loh sing jenenge switer"

(Itu loh yang namanya switer), jawab Irwan.

"Kuwi Twitter Irwan udu switer"

(Itu Twitter Irwan bukan switer), keluh Irfandi.

"Hehe..", Irwan hanya tertawa.

"Oke lanjut, itu apa Fandi Facebook ?", tanya Arif.

"Iya wan, Facebook, ada yang minta di konfirmasi nih..", jawab Irfandi.

"Lanang apa wedon, Fandi ?"

(Laki-laki apa perempuan, Fandi ?), tanya Irwan.

"Wedon wan"

(Perempuan wan), jawab Irfandi lagi.

"Oalah ayu ra ?"

(Oalah cantik tidak ?), tanya Irwan lagi.

"Ayu wan"

(Cantik wan), jawab Irfandi lagi.

"Masa ?", tanya Arif.

"Bener ayu rif, iki delok dhewe wae yen ra ngandel"

(Benar cantik rif, ini lihat sendiri saja kalau tidak percaya), jawab Arfani.

"Iya ayu Fandi, ya wis dijak kenalan dong Fandi hehe"

(Iya cantik Fandi, ya sudah ajak kenalan dong Fandi hehe), kata Irwan.

"Oke..", sambung Irfandi.

Percakapan Nisa dan Irfandi lewat messenger.

"Assalamu'alaikum", Irfandi memberikan salam pada Nisa.

"Wa'alaikumussalam", Nisa menjawab salam dari Irfandi.

"Boleh kenalan tidak ?", tanya Irfandi.

"Boleh dong", jawab Nisa.

"Kalau boleh tau namanya siapa dan darimana ?", tanya Irfandi lagi.

"Nama saya Nisa, dari purwokerto, kamu sendiri ?", tanya Nisa juga.

"Oalah kok ya sama saya juga dari purwokerto, nama saya Irfandi panggil saja Fandi", jawab Irfandi.

"Oalah sama ya mas", kata Nisa.

"Saya chat kamu ada yang marah tidak nantinya ?", tanya Irfandi lagi.

"Tidak ada kok mas, saya masih sendiri", jawab Nisa.

"Alhamdulillah", kata Irfandi.

"Kok alhamdulillah mas ?", tanya Nisa.

"Takut ada yang marah nantinya hehe", jawab Irfandi lagi.

"Tidak kok, tidak ada yang marah", kata Nisa.

"Ya sudah boleh dong kalau kapan-kapan kita ketemuan", sambung Irfandi.

"Boleh dong, kapan ?", tanya Nisa lagi.

"Malam minggu, hari sabtu maksudnya, bagaimana ?", tanya Irfandi lagi.

"Boleh, habis isya saja ya", jawab Nisa.

"Oke..", seru Irfandi.

Masih di kantin sekolah..

"Alhamdulillah, yuk Arfan, Irfan, kita ke kelas ambil tas, habis itu pulang deh", kata Irwan.

"Iya benar tuh, lagian juga kan pak Gani sudah memperbolehkan kita untuk pulang setelah istirahat", sambung Arif.

"Yuk..", kata Arfani.

"Yuk, tunggu saya mau ke kamar mandi dulu", sambung Irfandi.

"Ya sudah cepat ya, kita tunggu di kelas saja, yuk rif, fan", kata Irwan lagi.

"Oke..", seru Arfani dan Arif.

Itulah perkenalan singkat antara aku dan Nisa di Facebook. Lalu di hari sabtunya aku bertemu dengan Nisa.

Tiga hari kemudian..

Di rumah Irfandi

Di kamar Irfandi dan Arfani..

"Selesai", kata Irfandi.

Di teras depan rumah Irfandi..

"Assalamu'alaikum Arfan, Irfan..", Chintya memberikan salam pada pak Joko, bu Sri, dan Arfani.

Di ruang keluarga..

"Wa'alaikumussalam", pak Joko, bu Sri, dan Arfani menjawab salam dari Chintya.

"Sapa fan ?"

(Siapa fan ?), tanya bu Sri.

"Mboten mangertos bu"

(Tidak tau bu), jawab Arfani.

"Ya wis ibu deleng sik, ana sapa neng nyata"

(Ya sudah ibu lihat dulu, ada siapa di luar), kata bu Sri.

"Nggih bu"

(Ya bu), sambung pak Joko dan Arfani.

Di teras depan rumah Irfandi lagi..

"Duh kok Arfan atau Irfan belum keluar juga ya coba lagi deh, assalamu'alaikum Arfan, Irfan", kata Chintya.

"Inggih, wa'alaikumussalam"

(Iya, wa'alaikumussalam), sambung bu Sri.

"Bu-lik", kata Chintya mencium tangan bu Sri.

"Inggih, oalah enten Chintya ta, pados Arfani uga Irfandi nggih nduk ?"

(Iya, oalah ada Chintya, cari Arfani dan Irfandi ya nak ?), tanya bu Sri.

"Inggih bu-lik"

(Iya bu-lik), jawab Chintya.

"Arfani, Irfandi..", bu Sri memanggil kedua anaknya, Arfani dan Irfandi.

Di ruang keluarga lagi..

"Nggih bu"

(Ya bu), jawab Arfani.

Di kamar Arfani dan Irfandi lagi..

"Nggih bu, enten menapa nggih ibu timbali kula, nggih sampun kula dhateng ngajeng griya kamawon, untung sampun rapih, Nisa sekedhap iseh kita badhe pethuk"

(Ya bu, ada apa ya ibu memanggil saya, ya sudah saya ke depan rumah saja, sudah untung cepat, Nisa sebentar lagi kita akan bertemu), kata Irfandi.

Di teras depan rumah Irfandi lagi..

"Inggih bu enten menapa?"

(Iya bu ada apa?), tanya Arfani.

"Ing pados Chintya, loh Irfandi pundi ?"

(Dicari Chintya, loh Irfandi mana?), tanya bu Sri juga.

"Mboten mangertos bu, bokmenawi enten ing lebet"

(Tidak tau bu, mungkin ada di dalam), jawab Arfani.

"Inggih bu, enten menapa ?"

(Iya bu, ada apa?), tanya Irfandi.

"Punika Irfandi, bu"

(Itu Irfandi, bu), kata Arfani.

"Inggih ngger, ibu sampun mangertos, niki loh ngger, panjenengan ing pados Chintya, nggih sampun ibu dhateng lebet griya nggih"

(Iya nak, ibu sudah tau, ini loh nak, kamu dicari Chintya, ya sudah ibu ke dalam rumah ya), jawab bu Sri.

"Nggih bu"

(Ya bu), kata Arfani dan Irfandi.

"Inggih bu-lik"

(Iya bu-lik), sambung Chintya.

ns 172.70.38.252da2

Reading Theme:

Font Size:

Line Spacing:

Paragraph Spacing:

Load the next issue automatically