Namaku Arsa, santri tahun terakhir atau lebih tepatnya tahun ketiga di salah satu pondok pesantren terkenal di kota Tangerang.
Yang ingin ku katakan hanyalah, jangan pernah sekali-kali kalian ghosob atau memakai, menggunakan, mengambil barang seseorang tanpa izin.
Semua ini karena kejadian itu, kejadian yang terus saja terbayang-bayang dipikiranku. Waktu itu, saat pertama kali aku masuk ke pondok pesantren ini sebagai tahun pertamaku, aku mulai beradaptasi dengan kehidupanku yang terasa sangat berbeda dari biasanya.
Mengaji, beribadah, dan semua kegiatan diatur oleh waktu dan dilatar belakangi dengan hukuman-hukuman jika aku melanggar sedikitpun, semuanya kuikuti. Walau berat, kukerjakan dengan ikhlas.
Pada waktu itu, waktu mulai memasuki waktu sholat maghrib, semua santri diharapkan untuk segera ke masjid sebelum di marosim atau di disiplinkan oleh al-akh atau osis bagian keamanan.
"Arsa, ke masjid? bentar lagi marosim" ucap Kaisa, sahabatku.
Sebenarnya aku belum makan sejak siang, ingin ke kantin sementara untuk mengisi perut. Namun, karena perihal waktu maka tidak jadi.
Aku mengangguk. Segera mengambil peci dan memakai sendalku. Kami pun berangkat ke masjid. Kulihat Kaisa mengikutiku di belakang dengan langkah kaki yang aneh.
"kenapa Sa?" Tanyaku.
Ia menggeleng. Tidak apa kok.
Aku terus berjalan ke arah masjid, mencoba melupakan langkah aneh nan lemas Kaisa yang sepertinya mencoba menyembunyikan sesuatu. Apakah ia sakit? Masalah keuangan? Namun semua pikiran itu segera buyar karena perutku yang terus meraung kelaparan.
Kami pun sampai tepat waktu sebelum marosim keamanan. Seluruh santri pun shalat maghrib dan aku tidak menemukan Kaisa lagi karena terpisah di tempat wudhu. Setelah shalat, makan malam yang kutunggu-tunggu pun tiba, kudengar menu nya rendang. Kesukaanku.
Aku pun segera turun terburu-buru mengejar antrian pertama dapur.
"Aduh..Sandalku hilang" Sandalku sudah tidak berada ditempat seharusnya.
Tanpa pikir panjang, aku segera mengambil sepasang sendal putih di dekat situ, segera pergi berjalan ke dapur tanpa berpikir apa yang terjadi selanjutnya.
Itulah yang kusesali sampai saat ini. Makan tanpa rasa bersalah karena ghosob selop putih itu yang kuanggap tak apa. Semuanya pun terjadi sehabis shalat isya, namun perutku kekenyangan dan mengantuk.
"Innalillahi wa innailaihi rojiun.." kudengar kalimat itu dengan setengah sadar.
Kalian tahu apa yang terjadi? Malam itu, Kaisa di shalat ghoib kan. Ia tertusuk pecahan beling, dibawa kerumah sakit dan menghembuskan nafas terakhirnya setelah kejang-kejang dan sempat koma malam itu.
Dan yang baru kuketahui setelah itu bahwa, sendal yang ku ghosob adalah sendal sahabatku sendiri, Kaisa.
***
573Please respect copyright.PENANAigTaQs04jT