Melangkah terus dan terus, berjalan dan terus berjalan. Pada sebuah jarak yang semacam telah ditentukan, sejenak kaki harus terhenti. Kadang terhentinya langkah itu bukan karena kaki yang meminta, bukan juga karena waktu yang memaksa, namun sang pemilik kaki tidak tau kemana dan dimana langkanya akan dibawa. Kadang terhentinya langkah itu karena energi tenaga yang telah habis tak tersisa, atau bahkan lelah itu perlahan mulai membawa sang pemilik kaki berfikir untuk berhenti saja.
Sejauh mata memandang, seiring kaki yang harus tetap melangkah ia terus saja bertanya; "apa lagi selanjutnya?" Atau "persimpangan ini harus pilih yang mana?" Atau "apa seharusnya tadi bukan pilih jalan yg ini?" Dan masih banyak lagi pertanyaan serupa yang hadir seiring langkahnya.
Kepercayaan diri yang semula terbangun begitu tangguh dalam mengambil langkah dan keputusan dalam tekad di setiap pertimbangan, kini semakin lama semaki pudar, dan senuanya menjadi samar. Langkah yang sudah terlalu jauh, tenaga yang terlalu lama terkuras, waktu yang telah banyak terlewati, semua itu membawanya untuk berfikir dalam gemelud keraguan, untuk apa langkah demi langkah ini ia ambil? Apa yang membuatnya memutuskan mengambil langkah untuk menelusuri labirin ini? Apa sesungguhnya harapan yang ia gantungkan saat berniat menaklukkan labirin ini? Mengapa pula harus melakukannya? Mengapa harus memulai? Mengapa tetap terus melangkah?
Sampai pada titik ia benar-benar tidak lagi menyadari, tidak lagi mampu memahami, benar atau salah langkah yang ia ayunkan itu. Bahkan untuk sekedar menyadari sampai dimana ia saat ini, ia tak lagi tau. Langkah yang ia ambil ini sebenarnya sedang mengantarkannya mendekat pada ujung labirin, atau hanya sekedar menjauhkannya dari pintu masuk saja, entahlah iya tak lagi mampu berfikir dan berlogika, semuanya menjadi samar baginya.
Yang lebih sulit lagi, saat langkahnya mulai gontai ia tak lagi tau arah mana yang akan membawanya ke ujung labirin atau bahkan sekedar kembali di pintu masuk labirin untuk menyerah saja. Dan pada akhirnya yang ia lakukan hanyalah sekedar melangkah atau melangkah sekedarnya. Entah langkah itu akan membawanya ke ujung labirin, atau malah membawanya ke titik awal yakni pintu masuk labirin.
Sebuah labirin yang panjang dan berliku, sepertiya tidak mudah untuk ia, sang pemilik langkah dari sepasang kaki yang mungil dan rapuh.
ns18.191.141.17da2