(Pendapat saya masih abu – abu, namun setidaknya itu cocok dengan lubang yang suami Lady De Polcester buat. Karena itu….)
“Saya punya rencana. Tapi rencana ini butuh waktu dan persiapan. Saya ingin bertindak absolut dan membutuhkan kepercayaan pernuh, apakah itu bisa dilakukan?” Cake mengajukan gagasannya. Ia berpaling ke arah setiap insan yang memperhatikannya, berharap mereka paling tidak mengangguk walau ragu.
“Tapi saya tetap bersikuku tak akan memberi informasi yang tak ada kaitannya dengan kasus ini, M. Cake!” kata Lady De Polcester dengan ketus.
“Itu tidak masalah. Tapi perlu diingat, itu harus seperti yang anda katakan tidak ada kaitannya.Bila pada kenyataannya itu berkaitan, mau tidak mau anda harus kooperatif!” balas Cake dengan sopan dengan nadanya agak meninggi. Dia harus tahu kepada siapa meminta tolong, pikir Cake.
Namun, awal proses kesepakatan selalu tidak melahirkan kesepakatan. Itulah yang dinamakan proses awal, adalah penolakan.
“Itu tidak bisa! Sa-saya jamin itu tidak akan berkaitan!” Lady De Polcester terperanjat, meski kepalanya menunduk ditemani keraguan di wajahnya.
Pernyataan itu membuat darah Cake berlarian mendesir dari leher, wajahnya merah padam.
(Kata – katanya menunjukkan betapa naif dan bodohnya wanita itu. Berkali – kali alasan itu digunakan tak berdasar. Lagipula, tidak seharusnya manusia menyembunyikan rahasia setelah rahasia lainnya. Saya tak pernah suka kebohongan, dimana mereka mendambakan kebenaran di atasnya.)
“Saya memang bukan detektif terkenal! Tapi bukan berarti membiarkan orang lain menempelkan kekalahan pada nama saya. Diantara orang yang ego, saya adalah orang yang paling buruk. Masalahnya adalah bagaimana dengan timbangan itu? Apakah lebih berat pada keselamatan putri anda? Atau malah sebaliknya, pada rahasia tikus yang menggerogoti keselamatan rumah tangga anda sendiri?” seru Cake dengan tegas. Dengan terperanjat sambil menggebrak meja tersebut, Cake tidak menyesali perilakunya.
“Tentu… tentu… tentu keselamatan Ren adalah yang pertama! Ta-tapi… sa-sa-saya yakin itu tidak akan per-pernah berhubungan….” ucapnya dengan nada lemah. Lady De Polcester kembali duduk, lalu menuang sebotol wine di gelas sampai penuh. “Po-pokoknya tidak bisa….”
Bibi Mildsven hendak menghentikan perdebatan itu, namun pada akhirnya ia tidak bisa apa – apa.
Cake semakin murka. Menyadari hal itu, Agnes yang menelisik pada suana tersebut segera mengambil tindakan. Agnes sangat mempercayai Cake, dan sangat mengerti gerak – geriknya. Ia tidak mau kepercayaannya pada Cake kandas begitu saja.
“Sebentar…, Cake. Aku akan membongkarnya jika… itu perlu. Aku sudah lama… berada di sisinya…. Kau akan dapatkan… seperti saatnya diperlukan. Aku jamin itu,” kata Agnes memberitahu dengan tenang. Perangainya secara alami memang begitu. Ia tahu bahwa Cake hendak mengutarakan keputusan bulatnya. Kedua tangan Cake yang mengenggam erat, adalah buktinya.
“Agnes! Apakah ini saatnya kau mengkhianatiku?” Lady De Polcester menanyakan kredibilitas Agnes. Matanya dalam sekejap melotot menatap Agnes tanpa ampun.
Agnes beranjak dari duduknya, lalu berjalan santai menuju Lady De Polcester.
“Agnes, apa yang kau lakukan?” Bibi Mildsven hendak bersiaga atas tindakan yang akan dilakukan Agnes pada Lady De Polcester. Namun Agnes tidak menggubris dan terus melangkah.
Kemudian Agnes menabrakkan dahinya dengan ringan, meraih pipi Lady De Polcester, membuat mata mereka saling bertemu. Lady De Polcester agak ketakutan, tapi Agnes tetaplah Agnes. Dengan wajah datar dan mata kosongnya yang membuat siapapun ketar – ketir.
“Anu… aku sebenarnya… juga tak tertarik dengan kekalahan, kau tahu? Lagipula… kau boleh mengatakan apapun itu semaumu, Fogarty. Tapi kau tidak pernah tahu… bahwa selama… aku memata – matainya bertahun – tahun… aku menyadari… bahwa nilainya sebagai manusia… tidak pantas untuk terpuruk. Aku… sampai memanggil pria ini… bukan karena perintah naifmu…. Ini perasaan pribadi…. Setengah – setengah bukanlah caramu menentukan…. Jika kau tidak ingin melakukannya, maka biarkanlah dia mati…. Apa itu… yang kau mau…, Fogarty?” nada Agnes memang halus, tenang dan mengintimidasi. Ia berusaha membuka kotak hati Lady De Polcaster yang dilapisi lem kekeh dongkolnya.
(Saya hampir tidak pernah melihat Agnes seperti ini. Tapi saya harus berterima kasih padanya nanti, dengan itu wanita naif ini telah sepakat. Kini progress itu telah membawa saya pada pintu besar. Bila itu dibuka, otak kera saya akan menggila dan menghasilkan prosedur kreatif pada solusi konklusif. Singkatnya, saya hanya tinggal menggelar karpet skenario yang tengah saya pikirkan. Tinggal diputuskan, bagaimana mereka melangkah pada karpet itu? Bagaimana pembagian perannya?)
***
(Setelah percakapan yang cukup menyesakkan di siang bahkan setelah perjalanan 7 setengah jam dan berakhir dengan satu roti, saya meminta mereka untuk memberi waktu istirahat hingga waktu malam. Sorenya saya berhak menikmati udara segara dataran tinggi Perthsire, sambil mencari ilham. Saya sangat berhak udara segar pegunungan.)
(Setelah makan malam, di tempat yang sama, awalan dari rencana itu telah mengendap dari otak kera saya siap untuk dibicarakan. Sekali lagi duduk pada kursi panas, membicarakan hal yang perlu kepala dingin.)
Segerombolan insan duduk berkumpul dengan pikirannya masing – masing. Lady De Polcester kini membawa kotak kayu tersebut, meski Cake tidak menyuruhnya. Setidaknya wanita itu memahami apa yang Cake katakan. Lady De Polcester duduk termenung dengan penuh pengharapan.
“Madame De Polcester, saya ingin menerapkan rencana ini mulai besok,” ujar Cake, memulai percakapan. Ia memecah keheningan itu dengan pernyataan yang mendebarkan.
“Eh? Besok?” seru semua orang tak terkecuali, bahkan Agnes.
“Anggaplah kita sedang memainkan film. Saya ingin para aktor berperan dengan natural dan kompeten,” kata Cake dengan ketus. Matanya dipejamkan bermaksud tak menerima keluhan dan penolakan.
(Tidak aneh melihat reaksi mereka yang terkejut, justru sebaliknya bila mereka menerima begitu saja malah membuat saya jauh lebih khawatir. Mereka terlihat tidak punya pilihan lain, sehingga tak banyak menyanggah. Meski Lady De Polcester sendiri.)
(Saya menjelaskan teknisnya, bahwa mereka harus punya karakter yang saya inginkan. Bibi Mildsven harus menjadi orang yang ramah dan lembut meski sebenarnya kaku. Lady De Polcester yang anggun, berperan sebagai orang gila dan kena mental. Saya ingin mematri di kepala orang bahwa dirinya punya aura misterius dan menakutkan. Sementara Agnes… secara alami saya tidak mempermasalahkan perilakunya yang bisa cocok di semua kondisi.)
“Saya pikir itu cukup untuk hari ini. Besok saya ingin berkeliling di sekitar, barangkali ada sesuatu yang menjadi bagian dari rencana. Jangan lakukan terburu – buru, kita masih punya waktu sekitar dua minggu,” jelas Cake.
Lady De Polcester tampak lega sambil mengelus kotak kayu yang dibawanya. Bukan karena ia tidak keberatan dengan rencana tersebut, tapi Cake yang tidak menanyakan soal kotak itu.
“Bagaimana… kau bisa yakin kalau kita punya waktu dua minggu? Apa kau percaya isi surat itu?” Agnes mengacungkan jarinya.
Cake berpaling pada Lady De Polcester. “Mademoiselle Ren Shiomi membawa kalung yang sangat mahal. Kita tahu Lady De Polcester yang memberikan melalui amanah suaminya,” tambah Cake berpaling pada Agnes dan Bibi Mildsven. “Bila dua orang ini bekerja untuk Route54B pasti tidak akan membiarkan Ren mati begitu saja. Tapi kecintaan manusia pada kekayaan tidak bisa dipungkiri, jadi kemungkinannya adalah mereka mengincar kalung itu. Lagipula cepat atau lembat, proses barter akan terjadi. Dan kalau sudah begitu, kita hanya bisa pasrah kalau mereka mengambil dua atau lebih keuntungan,”
(Mempercepat waktu mereka datang kemari adalah satu – satunya pilihan terbaik, ketika Mademoiselle Ren Shiomi masih belum sadar apa yang mereka, atau kami mainkan. Itulah yang saya usulkan.)
“Karena itu, kita tentu akan meminta perbantuan dalam waktu dua minggu ini,’
“Perbantuan?”
“Segera carilah kata – kata menarik untuk mengiklankan vila ini sebagai penginapan BnB. Di samping itu juga buat himbauan agar orang lebih waspada dengan beruang,” jelas Cake mengakhiri konferensi kecil kursi panas.
***272Please respect copyright.PENANAAD97is27e9