Tiga hari kemudian, Cake mendapat kabar dari Morgaine bahwa mereka hendak melaksanakan prosesi pemakaman seniornya. Cake menyorot layar ponselnya dengan perasaan lega. Meskipun dalam sekejap perasaan itu tergantikan dengan kejutan.
#Duak!
Rem mobil diinjak mendadak.
Dahi Cake menatap dashboard mobil, sementara ponselnya terlempar terjun bebas di alas mobil. Spontan ia mengusap dahinya sebelum meraih telepon genggamnya yang terjauh.
“Aku tidak tahu kau ternyata pernah ikut kejuaraan Nascar, Mademoiselle?” Cake memekik kesakitan.
Madelaine berpaling singkat dan meringis, seakan menertawakan Cake.
“Benarkah? Aku tersanjung,” ucapnya. Madelaine sekilas memandang spion tengah lalu berpaling ke belakang. “Ah maaf, kalian baik – baik saja, Gouin? Solene?”
“Kami tak apa, Countess,” kata Gouin. Solene menarik ringan sabuk pengamannya. “Ini penahan yang menenangkan,”
“Itu terdengar bagus. Aku hanya ingin mengajari pria ini untuk tertib, misalnya mengenakan sabuk pengaman?” Madelaine berkelakar, alisnya naik berpadu lirikan agak menyipit berkesan sindiran. Cake enggan menggubrisnya.
Cake meraih ponselnya yang jatuh, lalu menglap kecil bodinya. “Tidak ada salahnya tidak pakai asal tidak ada rem dadakan. Tapi aku yakin kau tampak menikmati tadi,” protes Cake, balas melirik sebal.
“Selain itu aku ada beberapa pertanyaan.” Madelaine berpaling singkat ke arah Cake, masih mengendalikan stir mobil.
“Madelaine tanpa pertanyaan adalah mustahil, eh?” ejek Cake dengan penuh keberatan.
Ia menaruh kembali ponsel tersebut dalam sakunya. Saat meraih sakunya, ia merasa sesuatu yang agak kaku berbentuk persegi dalam sakunya. Ia mengingat sesuatu.
“Bagaimana kau melunasi hutang gadis itu? Dan yang paling penting, kita akan kemana?”
Cake mengeluarkan sepucuk kertas yang ditemukan dekat mayat Hedlych gantung diri, dari sakunya. Tidak hanya Madelaine, tapi juga mengundang ketertarikan mata Gouin dan Solene.
Madelaine hendak mengangkat mulutnya mengingatkan bahwa Cake kemarin belum membaca isi kertas itu, namun niat itu diurungkannya saat Cake memandang duka kertas itu. Lagipula, Madelaine juga mengetahui isi kertas itu.
“Pertama, aku tidak pernah berhutang dengannya sejak awal, kita hanya menggunakan metode untuk membujuknya. Kedua, aku telah memfoto isi kertas ini dan tinggal kirim. Pertanyaannya, apakah dia masih butuh informasi itu?” Cake memasukkan kembali kertas itu dalam jasnya lalu berpaling pada Madelaine.
“Well, mungkin ia ingin tahu secara tertulis?” Madelaine memberikan pendapatnya. Diangkatlah bahunya menandakan ia sendiri tidak yakin.
“Atau barangkali ia sebenarnya sudah sadar dari awal?” Cake segera mengganti topik pembicaraan. “Ngomong – ngomong, kita akan ke Picton Road nomor 50,”
“Hey, Picton Road nomor 50? Jangan bilang hanya itu yang kau tahu?”
Cake bergantung pada ponselnya untuk mencari sesuatu. Dalam beberapa detik, ia mendapatkan jawabannya.
“Ah, Desa Rhoose,”
“Oke, Desa Rhoose, tapi kenapa ke sana?”
“Kenapa kau rewel sekali?” tambah Cake dengan enggan. “Ke alamat May Griffith. Entah apa yang kita dapat nantinya,”
Sebelum rekan wanitanya semakin rewel, Cake menjelaskan bahwa kode buku itu, MG150-CF62-3HU-PICTON.RD-50, mengandung arti, May Griffith (MG) mengeluarkan karya sebanyak 150 halaman (150). Silahkan kritik dan masukan pada kode pos CF62-3HU (Kode pos Desa Rhoose) bertempatkan di 50 Picton Road.
“Aku mengajak Gouin dan Solene karena dia alumni, barangkali mereka kenal?”
“Kami sempat mengobrol beberapa kali saat festival klub. Ia berkunjung di kafe klub perhotelan. Karena saya di klub memasak sedang istirahat, saya berkunjung juga di klub perhotelan. Lagipula kau juga beli cetakan yang terakhir, ‘kan?” kata Solene pada saudaranya.
“Yeah, scream of the banshee memang populer, loh!” balas Gouin.
Sekitar 20 menitan, mobil mereka telah memasuki kompleks perumaah daerah Pictoon Road. Mayoritas dipenuhi rumah berlantai dua dan bergarasi dengan fasad yang mirip – mirip. Bata merah dan atap miring.
Mereka berhenti tepat pada rumah yang dipenuhi oleh banyak bunga. Selain itu seorang wanita menggunakan lengkap satu set pakaian berkebun sedang menyirami bunganya. Ada juga beberapa tanaman tomat dan lidah buaya di pekarangannya. Bahkan pekarangannya dibuat semacam pagar mika transparan sampai tertutup bagian langit – langit.
Setelah berbincang sebentar, rombongan Cake dipersilahkan masuk. Cake sedikit heran melihat interior rumah tersebut yang biasa saja untuk seorang penulis horror. Cake sedikit melebihkan imajinasinya.
Wanita itu berambut lurus pirang, wajah dan perangainya sama – sama menggambarkan watak kalem. Mereka berbincang – bincang sederhana. Cake dan Madelaine memutarkan beberapa rekaman karena wanita itu meminta.
May Griffith, bertutur kata sopan dan rapi terstruktur, membuat Cake segan dan meyakini bahwa dirinya memang penulis professional.
“Saya, Lewis, Russel, Caroline, Josephine, dan Carlisle, sejak senior Ivon Bjorne masih menjadi ketua klubnya, berteman sangat baik dengan Hedlych. Waktu itu ia masih satu – satunya kelas satu. Sebagai informasi saja, klub supernatural hanya dibatasi enam orang per angkatan. Menyadari anak kelas satu yang sangat antusias dengan kegiatan klub, Kak Bjorne mengangkatnya jadi wakil ketua,”
May bercerita lebih lanjut, ekspedisi besar – besaran pertama kalinya semua anggota klub, adalah saat berkunjung ke Hutan Newcastleton yang saat itu disebut sebagai pemandangan dua alam. Saat pagi sampai sore, tempat itu menunjukkan betapa indahnya kehidupan, sementara saat malam, tempat itu bagaikan kutukan dan kematian.
“Selain untuk dokumentasi, kami juga berpikir untuk mencari materi kepenulisan. Sesuai tradisi, setiap angkatan wajib menciptakan minimal satu karya tulis. Karena tempatnya sangat mudah disesuaikan oleh persepsi orang, kami jadi lebih mudah menyusun topik. Kak Bjorne mencoba mengambil tema hantu jejepangan, Lewis mengambil intisari sebuah film fiksi dan fiksi jenis dokumenter, ia menciptakan satu hantu yang berasal dari idenya sendiri. Sebuah konsep yang unik, hantu yang lahir tanpa dendam dan dipanggil melalui ritual tertentu. Sementara karya saya menunjuk pada Banshee. Dalam bayangan saya, hutan itu dipenuhi wanita yang dibunuh lalu dibuang. Namun ada satu karya yang sangat unik, karya yang menyajikan dokumentasi kunjungan kami itu sendiri. Tulisan itu seolah menentang keberadaan supernatural,” jelas May.
“Ah, Ekspedisi Hutan Newcastleton menceritakan tempat yang dijadikan gantung diri masal. Tapi yang saya baca, tulisan itu juga memasukkan makhluk fiksi dari beberapa cerita, benar?” tanya Madelaine seolah dirinya memahami apa yang May jelaskan.
“Hedlych pernah menunjukkan skripnya pada saya, Lewis dan Kak Bjorne. Saat itu skripnya masih rancu dan mengandung lebih banyak karakter fiksi dari yang sudah final. Hedlych berpikir sebaiknya mengurangi jumlah makhluk fiksi, agar pesannya tersampaikan, yaitu ia ingin sekali mengatakan bahwa hantu itu tidak ada,”
“Buku dari klub supernatural yang menentang keberadaan supernatural tentu unik dan hampir tak ada duanya. Tapi mademoiselle, kenapa bukunya tidak dipublikasikan?” Cake mengambil buku yang berjudul Ekspedisi Hutan Newcastleton dari saku jasnya, lalu diberikan pada May.
May mengambil buku itu lalu menatap cover depannya dengan wajah menaruh empati. Ia membalikkan buku itu sesaat sebelum membuka beberapa halaman.
“Beberapa hari sebelum angkatan Kak Bjorne lulus, Lewis menggantikannya sebagai ketua klub, sementara Hedlych yang masih sebagai wakilnya, membawa teman seangkatannya satu per satu. Di awali Purcell lalu empat orang lainnya yang kami bahkan kurang kenal. Semenjak mereka datang, Saya dan Lewis merasa Hedlych agak jarang ngobrol. Saat kami tanya padanya, ia agak enggan menjawab. Tapi yang pasti, Hedlych bilang kalau dua orang itu adalah teman sekelas dan satu sekolah dulu, gadis yang bernama Eiriol dan Bierce.” Ia berhenti sesaat, wajahnya mengheran, “Suatu saat angkatan kami pun lulus, Purcell adalah satu – satunya kandidat yang kami angkat sebagai ketua klub selanjutnya. Satu hal yang membuat kami terkejut adalah tiba – tiba ada sebuah karya dari angkatan Purcell yang sangat mirip dengan tulisan Hedlych. Hanged Soul, oleh Cadell Gethin.”
Cake tampak tertarik dengan keterangan May Griffith, alisnya kian menaik seolah segera mendapat jawaban besar.“Anda berpikir M. Gethin mencuri karya Mlle. Hedlych?”
“Saya dan Lewis curiga dan mengamati dari jauh. Pria itu, seolah mendekati Hedlych karena keuntungan lain. Tapi memang sebenarnya karya Hedlych belum selesai. Meskipun saat skrip final itu ditunjukkan, wajahnya seperti sedih dan kurang puas. Pada akhirnya karena itu tulisan unik, Saya dan Lewis mengusahakan agar itu tercetak meski hanya satu,”
“Hm… Sudah saya duga, jadi begitu…” Cake mendeham, seraya berpaling ke bawah menunjukkan simpati.
“Anda menduga?”
“Sebenarnya kami ke sini masih dalam penyelidikan kasus tersebut. Kami mencari tahu motif pelaku,”
Lebih lanjut Cake menjelaskan detilnya pada wanita bernama May Griffith itu. Bersama video yang tadi sudah diputarkan agar lebih mudah memahaminya. Mendengar itu ia tidak terlalu kaget. Setidaknya ia tidak sendiri.
“Tentu saja bagi siapapun yang menginjak kehormatan orang lain…. Saya dan Lewis sebenarnya adalah sepupu. Kami memandang Hedlych sudah seperti keluarga sendiri. Bahkan kami yang sudah lama tidak di sana setelah lulus, masih berkomunikasi dengannya. Saat ini saya merasa ia adalah keluarga kami yang tak tertolong.”
May menjabarkan alasannya bahwa Hedlych saat itu dalam keadaan putus asa. Tempatnya curhat hanyalah May atau Lewis. Ia frustasi karena nilainya yang tiba – tiba buruk membulatkan kegagalannya sebagai siswa rekomendasi perguruan tinggi tertentu. May menjelaskan bahwa Hedlych mencurigai Bierce dan Eiriol bekerja sama menukar lembar jawaban ulangannya, seperti yang mereka lakukan di SMP dulu.
Bevans, adalah pria yang menjelek – jelekkannya saat pria itu sendiri meminta tolong melakukan kencan ganda.
“Yang paling membuat saya prihatin adalah, matanya sebelah tersiram air keras,”
“Ah, karena ayahnya itu?”
“Ayahnya? Bukan. Hedlych tinggal seorang diri di sebuah flat kecil murah yang ia tak pernah memberitahukan kami lokasinya. Dari dulu, ia sudah ditinggal orang tuanya, sementara sepupunya tak ada yang mau ambil peran,” tambah May sedikit ketus, “Hedlych bilang sendiri, bahwa gadis yang bernama Eiriol itu sengaja melempar air keras waktu kelas kimia. Meskipun ia meminta maaf, tapi Hedlych sendiri tahu.”
“Sengaja? Bagaimana bisa tahu?” Madelaine seolah ikut khawatir.
Kedua telunjuk may menyentuh ringan kedua teligannya, “Telinga Hedlych lebih sensitif dari pada orang umum. Karena kejadian itu, Hedlych dilarikan di rumah sakit selama sebulan. Saat ia baru mulai masuk, duduk sendiri di bangku sekilah, temannya itu saling cekikian membicarakan soal dirinya. Saat itulah Hedlych tahu kalau kedua gadis itu memang sengaja,”
Kertas itu akhirnya dikeluarkan Cake dan diberikan pada May Griffith. Air sedih yang turun dari matanya bercucuran perlahan, seperti gelas yang terisi penuh namun mulut dispenser tetap buka dan menjatuhkan air, sehingga tumpah. May merangkul erat – erat Buku Ekspedisi Hutan Newcastleton, sambil membaca surat itu dalam hati.
Dokumentasi pembuktian terakhir…
112Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡK84tdHVnq2
Tidak ada yang perlu ditakuti, tidak ada yang namanya hantu. Hantu berasal dari penyesalan dan rasa dendam di masa lalu. Setelah semuanya terbalaskan, maka tidak akan terlihat lagi selain rasa bersalah dan penyesalan.
112Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡgffRDvLL2c
Tidak ada yang perlu ditakuti selain orang yang memegang dendam. Karena itu pikirkanlah sebelum mendengar Banshee, kepada siapa engkau menanam benih kebencian, lalu tebuslah dosa selain minta maaf.
112Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡs4Kd71KIag
Penyesalan dan rasa bersalah akan netral setelah siapapun yang membalaskan dendam itu, bertobat dan menghukum dirinya sendiri. Hantu itu tidak nyata, tapi Banshee akan selalu ada.
112Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡqLljtC9zUp
Ekspedisi Hutan Newcastleton berhenti sampai di sini.
D. H.
112Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ7tVeePuEAe
Seakan seluruh ruangan terisi berkantong – kantong rasa simpati dan empati, Cake merasa memahami apa yang pelaku lakukan. Bukannya tanpa sebuah alasan, meski tidak dibenarkan, gadis bertopeng tupai hitam itu hanya ingin keadilan, pikir Cake.
Lagipula tidak akan pernah tahu sudah berapa lama dan sejak kapan Nona Hedlych mengalami keterpurukan, pembullyan, dan kesedihan.
Tidak ada yang tahu berapa lama Nona Hedlych menangis, atau seberapa keras ia menjerit namun tak ada yang mendengarkan…
Pada akhirnya di kemudian hari, tangisan dan jeritan itu menyimpan derita. Pada akhirnya, tangisan dan jeritan itu suatu saat diperdengarkan…
Mereka seperti kutukan, tapi tanpa ritual. Mereka hanya bersemayam pada jiwa nelangsa. Kutukan potensial dalam diri setiap sisi buruk insan.
Bukalah telingamu dan ulurkan tangan pada orang lain…
Sebelum kau terpaksa menutup telingamu, dan menyelamatkan dirimu sendiri…
Sebelum kau mendengar jeritan Banshee.
THE END
112Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡeyPnWvdlfz
112Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ1pGHSp9kXu
and then Add to home screen.