Dalam dua jam ke depan, polisi sama sekali tidak menemukan langkah maju yang signifikan. Pada akhirnya mereka menggunakan sedikit paksaan bila dirasa pendekatan itu tidak berhasil. Gwen menepis dan menolak itu. Ia menjelaskan pada Superintendent Orin bahwa keenam orang tersebut tidak mungkin melakukan kejahatan dengan waktu yang sesingkat itu. Lagipula puing – puing korban juga ditemukan secara tidak sengaja.
“Untuk sementara ini, daripada berputar – putar, sebaiknya anda perintahkan bawahan anda untuk istirahat. Saya bisa mengerti kalau Nona Beaufort juga sudah kelelahan.”
Ia langsung menoleh ke arah rekannya. Mel Beaufort menggelengkan kepalanya, namun matanya berkedip terlalu sering.
“Saya menerima saran anda yang murah hati. Tapi sebagai gantinya empat orang akan saya titipkan. Mereka pasti dihitung shift dan mendapat porsi istirahat yang adil.” Katanya memandang mata Gwen tanpa kedipan sedikitpun.
Mereka pun akhirnya pergi.
“Fiuh, orang yang gigih dan merepotkan!” Gwen merengek kecil.
“Siapa yang diantara kalian paham tentang alat listrik?” tanya Cake pada keenam orang itu yang duduk dengan wajah lelah dan khawatir.
Pria brewok, Deacon St. Eadbert, tanpa basa – basi mengacungkan tangannya. Cake menawarkan untuk memperbaiki dua penghangat elektrik itu.
“Di saat seperti ini, mesin adalah teman curhatku,” Deacon naik tangga untuk mengambil peralatannya.
Sementara wanita victoria yang dari tadi berdiri sambil menghisap pipa rokoknya itu meminta izin Gwen agar ia diperbolehkan pulang untuk istirahat.
“Tentu saja, Nona Dorothy, setelah satu pertanyaan.”
“Well, lekas percepatlah, nona.” Suaranya yang lembut sedikit melengking.
Ia sama sekali tenang dan tidak gemetaran sedikitpun.
“Anda bilang mayat di perapian itu tidak termasuk gaya marketing yang anda lakukan, benar?”
Ia menghembuskan asap itu dengan tenang ke arah atas.
“Yeah, sepenuhnya yakin. Tanpa keraguan.”
“Semua adalah gaya marketing, kecuali yang satu itu?”
Ia menghela nafas.
“Semuanya kecuali yang satu itu, oke?”
“Terima kasih, silahkan,” Gwen mempersilahkan.
Nona Dorothy pun pergi. Sementara St. Eadbert baru saja turun. Ia bilang pada Cake, bahwa akan membongkar itu di teras.
“Baik, semuanya silahkan bila ingin beristirahat. Kalau ada apa – apa, kunci pintu kamar anda dan kirim saya pesan, atau Nona Pussett.”
Beckey menyerahkan satu per satu kartu tanda pengenal mereka. Mereka pun akhirnya kembali ke kamarnya masing – masing.
Cake memperhatikan St. Eadbert yang sedang melepas satu per satu baut pada salah satu penghangat itu.
“Bukannya kau ingin menanyaiku, Tn. Cake?”
Cake tersenyum.
“Baiklah bila anda meminta. Dimulai dari dugaan anda kenapa alat ini rusak? Anda bahkan sudah dengar kalau alat ini baru.”
Ia mengangguk yakin, namun matanya kembali tertuju pada objek yang akan ia perbaiki.
“Yeah, aku juga dengar. Sangat jarang bila alat baru tiba – tiba rusak. Tapi bukannya tidak mungkin itu tidak terjadi.”
“Cacat pabrik, persentasinya kecil.”
“Yeah, persentasinya memang kecil.”
Saat semua terlepas, tempurungnya terbuka secara simetris dua bagian, St Eadbert mengerutkan keningnya.
“Sekeringnya putus,” tunjuknya pada Cake.
“Yeah, baunya juga sangit.”
“Sebenarnya ini masalah umum. Biasanya kalau tidak tegangan terlalu tinggi berarti sebaliknya.” Jelasnya.
Cake mengangguk seolah paham.
“Tapi, darimana asalnya semua ini?”
Ia diam dan berpikir sesaat. St. Eadbert mengambil kabel mesin penghangat ruangan itu.
“Ah, kabelnya.”
“Apa ada kemungkinan menggunakan kabel palsu?”
“Tidak bila kabelnya sudah dibentuk menyatu dari pabriknya, masalahnya…” tambahnya. “Ini memang tidak menyatu, tapi ini yang asli bawaan pabrik.”
Sebelum Cake menanyakan hal lain, ia menjawab dengan menunjukkan sebuah benda.
“Kabel ekstensi. Malahan kupikir ini sebenarnya tidak perlu. Lagipula stop kontak juga pas.”
St. Eadbert menjelaskan bahwa semakin panjang kabel akan menyebabkan turunnya voltase pada perangkat elektronik akan membuatnya cepat panas yang pada akhirnya terbakar. Sebaliknya bila kabel terlalu pendek, akan menyebabkan arus pendek atau konslet.
“Bila itu rusak, berarti harus diganti?”
“Yeah, normalnya. Tapi untuk sementara biasanya diakali dengan aluminium foil.”
“Anda memang cerdik.”
Cake dan St Eadbert mengobrol lumayan lama hingga kedua penghangat itu selesai diperbaiki. Dalam obrolannya, mereka sempat membahas hubungan romantis di antara klub fotografi itu.
“Aku? Well, dulu pernah bersama Elton dan tidak lama. Pernah tidak kau merasa kalau berpacaran itu merasa seperti terbatasi? Seperti kau tidak merasa bebas berbicara dengan siapapun lawan jenismu. Atau bahkan sekedar hangout?”
“Yeah, biasanya timbul prasangka lain. Saya berpikir kecemburuan seseorang karena mereka merasa memiliki. Padahal belum terikat kontrak menikah.”
“Nah, itu dia! Padahal belum kontrak menikah. Maka dari itu, kami memutuskan untuk menjaga hubungan jadi teman saja.” Kata St Eadbert.
“Kalau yang lain?”
Ia menjelaskan bahwa soal Penketh memang sejak saat itu kebusukan yang tampak saja adalah wanita yang sebelumnya disebutkan marah – marah. Tapi St. Eadbert merasa kalau sahabatnya Penketh pasti punya hal yang disembunyikan. Fernsby dan Corbyn, mereka lebih ke arah menikmati masa muda dengan bermain dan mencoba hal baru.
“Yang terakhir, si cupu Quill. Well, pria yang cukup kompleks dari kelihatannya. Tapi aku pikir, orang itu masih menaruh perasaan pada, Yates.”
“Saya kira, Nona Zouch.” Cake sedikit kecewa.
“Zouch? Well, dia memang manis dan cantik. Zouch adalah satu – satunya anggota klub fotografi yang terlihat sangat lemah. Kata Yates, ia punya infeksi paru – paru dan laringitis lumayan akut.”
“Kasihan juga,” tambah Cake. “Yang terakhir, Tn. St. Eadbert. Saya sebenarnya sangat mencurigai Anthony Penketh. Terlepas dari isu – isunya, apa yang paling tidak mungkin darinya?”
“Penketh, huh? Dulu mungkin, entahlah kalau sekarang.”
Pria itu kemudian diam dan berkonsentrasi melilit sekering yang rusak itu dengan aluminium foil dari tasnya. Cake membantu memegangi sekering itu agar lilitan itu tidak menciptakan tonjoloan menggelembung.
“Tolong diingat lagi, Tn. St. Eadbert. Ini mungkin bisa jadi kunci. Tidak selalu hal baik. Saya hanya membicarakan tentang sifatnya yang dulu hingga sekarang yang tidak pernah berubah.” Cake memohon.
Ia pun berhenti dan berpikir sejenak.
“Kupikir ada satu. Berurusan dengan wanita, sikapnya jadi sok keren.”
St. Eadbert menambahkan bahwa apapun itu pokoknya dengan wanita, terutama yang muda dan cantik, perlakuannya tidak pernah sedikitpun mengecewakan. Cake berterima kasih dan membiarkan pria brewok itu mengurus sisanya.
Cake pun keluar untuk mencari udara segar. Ia menyapa dua orang polisi yang berjaga di pintu depan garasi.
“Constable, apakah saya diizinkan untuk masuk ke garasi?” tanya Cake.
Mereka saling menoleh satu sama lain.
“Maaf, sir, kami tidak mengizinkan siapapun masuk. Bahkan Nona Pusscat, berdasarkan informasi Tn. Orin, ia berjanji sampai Tn. Orin kembali datang, tidak ada siapapun yang boleh masuk ke garasi.”
Sementara dari jendela, ia melihat Gwendoline dan Beckey menuju ruang tamu. Semua lampu akhirnya terlihat menyala, beberapa orang juga turun. Cake berpikir Gwendoline terlalu cepat memutuskan.
“Dih, si tolol rambut permen itu!” gumamnya.
Matanya panik memandang segala arah tak terkecuali dua polisi yang berjaga itu.
“Ba-baik, dimengerti. Tapi paling tidak, bisakah anda memberikan saya informasi?”
“Well, sir,” kata salah satu polisi itu setelah menoleh ke arah rekannya lagi. “Kami pikir itu tidak melanggar.”
“Bagus. Apa ada yang aneh?”
Kedua polisi itu mengangguk. Constable Benz, salah satu diantara kedua polisi itu yang kepalanya botak dan berwajah garang, mengatakan bahwa bentuk garasi itu yang dari luar tidak sama dengan yang ada di dalamnya. Persis apa yang dipikirkan Cake dari awal.
“Ternyata ada satu ruangan. Baunya wangi. Itu wajar karena rak semua dipenuhi botol parfum bertuliskan ‘Eternal’. Kalau tidak salah baunya bermacam – macam. Lalu ada bekas abu, Constable Tucker?”
“Eh? Abu?” Cake penasaran.
“Yeah, di sana juga ada mesin pemusnahan sampah otomatis. Itu loh, yang tinggal pencet, maka mereka akan hangus.” Kata rekannya yang dengan kumis coklat yang rapi dan simetris.
Constable Tucker mengaku bahwa yang membuatnya aneh adalah ada beberapa tumpuk oli yang ditaruh berjejeran di pinggir. Sekali lagi ia bilang itu wajar, karena raknya telah penuh. Rekannya itu juga mengiyakan.
“Ah! Terima kasih atas kebaikan anda.”
Cake dengan segera menuju ruang depan. Waktu telah menunjukkan pukul dua pagi.
“… yang ada di tempat ini.”
“Tolong, bisa diulang?” tanya Cake yang barusan ikut.
Wanita yang dipanggil Pusscat itu menjelaskan bahwa ia baru saja mulai. Ia hanya ingin menginformasikan dan mengonfirmasi beberapa data yang barusan ia temukan.
ns3.148.179.141da2