Dengan cepat, aku menuju toko alat tulis dan percetakan milik Madame Solstice, ibunya guru sejarahku yang baru Miss Solstice, setelah kejadian kecil rambut palsu Tn. Dunsfold yang membuat beliau keluar. Aku mengcopy beberapa benda. Setelah itu sesuai instruksi yang diselipkan olehnya, aku bertemu dengan seseorang. Semua hal telah kupersiapkan. Termasuk perut dan kebersihan penampilanku.
Aku menerobos garis polisi, menuju tempat TKP.
Tanganku mengetuk perlahan.
Pintu itu dibukanya tanpa sambutan. Ruangan itu cukup berantakan, sementara wanita itu sibuk mengetik sesuatu.
“Ada yang kau butuhkan, nak?”
Aku diam saja dan melihat – lihat ruangan itu. Tempat di mana temanku diracuni.
“Miss Beagle, apakah anda ingat apa saja yang ada meja Foscow kemarin?”
“Entahlah,” ia masih mengetikkan sesuatu.
Aku menengok kesetiap sudut, bahkan bawah tempat tidur. Sampah – sampah juga masih sama seperti sebelumnya. Beberapa bungkus dan tisu basah, kulit buah jeruk, dan kotak susu. Sementara botol itu diambil oleh petugas.
“Ngomong – ngomong, mengapa anda di tempat ini…-”
Ia sama sekali tidak memandangku, dan masih terus menulis.
“Aku juga bisa tanyakan hal yang sama.” Sela Beagle.
“…Semalaman?”
Ia berhenti. Kemudian berjalan menuangkan kopi untuknya.
“Untuk apa aku semalaman di sini?” Balik ia bertanya.
“Saya melihat bekas tidak teratur di ujung tempat tidur itu?” tambahku. “Maksud saya urusan apa yang membuat anda harus tidur di tempat yang ada garis polisinya?”
Ia kembali duduk dan melanjutkan tulisannya itu.
Aku memperhatikan dari belakang ia mengetik seperti sebuah laporan banyak paragraf itu. Beberapa kertas dan foto yang berserakan di meja sekitarnya kuambil.
“Kenapa kau berdiri di belakang? Apa maumu?” tanya Beagle agak risih.
“Bisakah saya minta foto kejadian itu? Tepat sebelum mayat Foscow dibawa tandu.” balasku dengan sopan.
Ia sama sekali tidak menggubrisku. Seakan - akan layar laptop itu lebih penting daripada kehadiranku. Kubiarkan saja, lagipula aku memegang kartu asnya.
“Saat polisi menyuruh kami bubar dan memeriksa Isabeau, anda masih berada di sini. Kemudian saat malam tiba, anda juga masih di sini. Beberapa anak buah Tn. Mcpherson juga bisa anda perintah saat membiarkan saya masuk.”
Kemudian ia berhenti mengetik dan menutup laptopnya itu. Diteguknya segelas kopi itu sampai habis, lalu menyalakan rokoknya.
“Bocah! Kuperingatkan kau untuk tidak ikut campur!”
“Apa anda ini bukan orang sipil?”
“Diam!”
Suasana menjadi hening sesaat. Namun aku masih bersikukuh tanpa ampun.
“Miss Pamela Mcpherson, mantan anggota tim pengintai, detektif kepolisian yorkshire.”
Mendengar hal itu, ia terlihat muram. Namun tidak bisa berbuat banyak. Aku seperti melucuti seluruh bajunya.
Ia pun duduk dengan lemas. Tangannya mengusap wajahnya penuh dengan kefrustasian.
“Bagaimana kau tahu?”
Aku menjelaskannya dan melempar lencana itu.
“Mungkin aku tidak cocok menjadi detektif,” tambahnya sambil menyobek kertas yang aku merasa itu hal yang penting dan sakral.
Aku berlari merebut kertas itu dan merobeknya.
“Anda memang ceroboh, tapi bukan berarti harus gagal,” tambahku sambil meyakinkan wanita itu. “Bantu saya pecahkan misteri ini dan anda akan mengambil hasilnya.”
Ia menghela nafas. Kemudian diambilah dua buah foto dalam laci itu. Tepat seperti yang kuinginkan. Seperti memutar balikkan waktu, secara persis, aku diberikan kesempatan untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi di TKP.
“Apa anda yakin ini semua yang ada di meja, Miss Beagle?”
“Persis.”
“Tunggu, apakah benda itu selalu di sana?” tunjukku.
“Yeah, setidaknya si gendut itu tahu tata cara sebelum makan. Bahkan kupikir sedikit berlebihan. Setelah selesai tangannya baru benda lain.”
“Apa dia selalu memakainya?”
“Sebelum makan ia membersihkan tangannya dengan air di wastafel,” tambahnya. “Tapi sebelum minum, ia selalu pakai benda itu.”
Kemudian kukembalikan foto itu padanya. Sementara pada foto kedua aku melihat beberapa jeruk berjatuhan di dekat pintu. Lalu kukembalikan lagi.
“Terima kasih, lalu apa sebenarnya yang dilakukan detektif di tempat ini? Setidaknya hampir menginjak tahun kedua.”
Kami saling bertukar beberapa informasi. Ia mengatakan bahwa beberapa beberapa orang melapor mengenai hal – hal aneh di dekat laboratorium itu. Yang kedua, mengenai penyelematan sebuah subjek yang aku sama sekali tidak diberitahu. Well, aku tidak memaksanya.
Setelah itu kami membuat rencana yang harus tidak diketahui oleh pihak siapapun. Mungkin aku akan berbagi pada satu orang, tapi tidak pada lainnya.
“Baik, Miss Beagle, bawa saya ke Rumah Sakit Eccley Pittersburgh.”
Wanita itu segera sigap. Ia berhenti sejenak di depan pintu.
“Pertigaan depan, interval lima menit.”
Ia pun pergi.
Sementara aku masih di tempat itu. Aku membuka semua laci. Kertas, gambar, foto, tulisan kuperhatikan dan kusimpan dalam otakku. Kugeledah semuanya hingga tidak ada lagi yang membuatku sangsi.
Tidak berlama – lama, aku menoleh ke segala arah, memastikan tidak seorang pun mengikutiku. Sementara dari jendela belakang aku mengintip, Beckey, Gertrude, Rita, Verdamant dan Pebble saling mengobrol di kedai Bibi Edelweiss. Aku telah mengambil langkah yang tidak bisa dilihat oleh mereka.
Tidak ada pintu lain selain lewat depan. Melewati kantin aku bersikap biasa, karena banyak dari mereka yang mengobrol di sana. Langkahku tenang hingga melewati laboratorium itu. Kutengok belakang, syukurlah tidak ada yang mengikutiku. Polisi mungkin menyadari kehadiranku, tapi sepertinya Beagle telah memberi mereka informasi. Selama beberapa meter, terlihat mobil hitam.
Aku masuk ke dalamnya dan mobil itu melaju dengan cepat dan konstan.
“Hey, nak, kau yakin dengan hal ini, kan?”
“Yeah.” Tambahku. “Ngomong – ngomong, tentang koran lokal itu, ‘Pembunuh tanpa muka, bau, dan senjata’ bagaimana menurut anda?”
“Kami punya beberapa berita serupa di luar wilayah Yorkshire, seperti 'Penculikan tanpa sebab”. Cara yang digunakan mirip seperti agen rahasia. Kami menduga itu dilakukan oleh kelompok yang besar.”
“Penculikan? Siapa korbannya? Mengapa itu serupa?”
“Lorraine Inkswallen, hilang tanpa sebab, dilaporkan oleh kakak perempuannya. Sudah tiga bulan belum ketemu.”
“Tidak adakah tanda – tanda nama yang bersangkutan?”
“Sejauh ini tidak, tapi aku bisa berikan korannya bila kau mau. Ngomong – ngomong kami dapat beberapa informasi dari interpol. Ada daftar – daftar nama yang perlu diwaspadai.”
“Bolehkah saya pinjam itu nanti, Miss Beagle?”
Wanita glamour itu setuju meskipun sebenarnya agak keberatan. Kemudian aku menanyakan hal lain soal mengapa Foscow adalah yang pantas dibunuh.
“Entahlah, itu juga masih mengangguku. Laboratorium itu masih mencurigakan. Aku juga masih curiga dengan mereka yang dikeluarkan.”
“Oh ya, mengenai itu. Dari pihak anda tidak bilang apa – apa?” tanyaku.
“Kami hanya dapat informasi kalau mereka belum layak dan tidak benar – benar dibuang. Lagipula kenapa juga data absensi tidak menggunakan nama lengkap?”
Kalau dipikir – pikir aku juga belum pernah melihat nama – nama temanku di data kehadiran. Bahkan aku tak pernah melihat sekalipun.
Beberapa menit, mobil kami sampai di tempat. Sebuah gedung yang tidak bisa dibilang besar maupun kecil. Hanya saja aku baru tahu ini tidak seperti yang kupikirkan. Setidaknya setelah keluar dari mobil suara itu terdengar semakin jelas.
“Hey, kenapa banyak sekali suara teriakan?” tanyaku heran.
“Huh? Bukannya itu jelas?”
Beberapa pasien melewati kami. Ada pria botak yang ketawa – ketawa sendiri. Satunya lagi wanita yang sangat cantik, bahkan masih terlihat sangat muda. Kira – kira secantik Beagle saat masih muda. Sayangnya itu tidak membuatku tertarik, setidaknya tidak dengan borgol dan rantai serta dua orang perawat membawanya.
ns 172.70.131.162da2
and then Add to home screen.