“Tuan Keith bilang bahwa banyak pria berjas putih, perutnya buncit, terlalu banyak lemak, kadang – kadang dengan mudahnya meninggalkan bentengnya demi pelanggan yang membayarnya mahal. Itu berarti, kebanyakan dokter yang bertugas melalaikan tanggung jawabnya, anda tahu kan? mengurangi jam – jam kerja demi praktiknya sendiri?”
Nyonya Antoinette dan Edelyn mengangguk.
“Dengan begitu kita tahu bahwa Keith adalah tokoh yang mencolok. Beberapa pasien mengenalnya. Ketidakhadirannya tidak bisa hanya dipalsukan dengan absensi elektronik.” Jelas Steve sambil memegang dagunya ala detektif sejati.
Angguk Desdemona.
“Exactement Monsieur Steve! Dengan begitu dapat dikatakan bahwa itu sulit dilakukan. Meskipun begitu, sisa yang anda katakan masih mungkin. Lagipula jarak dari Ipswich ke Oxford adalah dari ujung ke ujung, jadi… mari simpulkan sediri.”
Tiba – tiba pria dokter itu berdiri.
“Tunggu! Mau kemana kau?” kata pria berambut gondrong gelombang itu dengan kasar.
Pria itu menoleh, kini ekspresinya tampak sangat mudah ditafsirkan. Seseorang yang tenggelam dalam emosi. Siapapun tahu walaupun tidak begitu signifikan, tapi urat – urat itu dapat berkata hal lain. Wajahnya memerah, matanya memandang Chester tanpa berkedip sekalipun. Dihampirinya pria yang sudah kelewatan itu.
Mulutnya hendak bicara, namun pandangannya menoleh seisi ruangan tersebut. Tinggal bagaimana saja cara penyampaiannya, dialah yang memutuskan.
Ia menghela nafas, suasana menjadi hening. Hal itu normal, mengingat lebih baik membiarkan macan tertidur sebelum bangun perutnya sudah berbunyi lagi.
“Baiklah, saya akan jujur.” ia Menghadap Monkey. “Saya tidak menaruh sedikit pun rasa duka, simpati, atau empati terhadap kematian Armand. Begitu pula saya tidak merasakan senang sedikitpun atas kematiannya. Dan begitu juga saya sama sekali, tidak sedikitpun peduli dengan setiap orang di rumah ini.”
“Tapi anda seorang dokter?”
“Karena dokter, saya tidak bisa melepaskan tanggung jawab begitu saja. Ah tunggu sebentar…”
Keith mengambil sesuatu pada tasnya, kemudian dilemparkan sebotol Vitamin D yang melewati Monkey.
“Minum setelah makan dua kali sehari.”
“Ah, terima kasih! Kau sehat selalu ya.” kata Lilia dengan tenang sambl menangkap botol tersebut.
“Begitulah yang saya maksud, dan kau…” ia menghadap ke arah Chester. “Lihatlah betapa dongkol dan ngototnya dirimu, babi?”
“Hey tenanglah, dokter tampan? Lihatlah kami di sini hanya berdiskusi. Lagipula jika kau yang bukan melakukannya tidak perlu semarah itu.” tambah Henrietta dengan agak sinis. “Atau mungkin?”
“Henrietta! Sudah cukup!” nada Edelyn meninggi.
Pria dokter itu semakin panas, suasana tidak mereda sedikitpun. Ia tidak menggubris lagi ocehan saudaranya, bahkan memandangnya pun tidak. Namun kata – katanya masih diusahakan sesopan mungkin saat dilontaran kepada dua tamu selain saudaranya.
“Dengar, Nona Desdemona. Jika saya harus menempuh jalur hukum gantung, setidaknya saya membawa mereka ke neraka. Itu sudah pasti!” pria itu berbalik arah.
Setelah lima langkah ia berhenti sejenak.
“Kita bisa membicarakan ini, Rumah Sakit Ipswich, Heath Road.”
Pria itu telah meninggalkan tempat.
Setelah itu semua orang berpencar sesuai urusannya masing – masing. Desdemona pergi duluan ditemani Sersan Perry Wintergard untuk menuju alamat yang telah ditunjuk dan dirancang oleh Monkey semalaman.
Sebelum kembali pada tugasnya, para pembantu sarapan terlebih dahulu. Biasanya dengan koki, Tuan Halbert. Sementara itu Bibi Kathryn harus berbelanja.
“Anda, tidak sarapan dulu?”
Wanita parubaya itu menoleh ke kanan dan kiri dengan waspada.
Bisiknya, “Saya tadi makan roti isi lebih awal.”
“Ah…” Monkey mengangguk.
Ia menghadap Nyonya Antoinette yang masih memandangi koran tersebut.
“Ah, apa ada yang kurang, Nyonya?”
Bibi Kathryn menyerahkan sebuah daftar belanja. Wanita itu melihat sekilas.
“Tidak, itu sudah cukup.”
“Ah, saya mohon izin untuk menemani Nyonya Kathryn.” Monkey membungkuk, nadanya sopan.
“Eh? benarkah?” Wanita parubaya itu agak kaget.
Nyonya Antoinette diam sejenak.
“Ah itu lebih baik. Terima kasih,” tambahnya sambil tersenyum kecil. “Gunakan waktu anda.”
“Terima kasih, Nyonya.”
***
ns18.216.64.93da2