“Ba-baik, saya memang di sana…” sahut pria Casanova itu dengan lirih. Kepalanya mengangguk – angguk, bola matanya menghadap ke bawah lalu arah lain. Wajah Inspektur Duncan masih terlihat menagih.
Ia beranjak dari duduknya untuk mengambil segelas brendi. Diteguknya langsung habis. Kemudian berjalan menuju jendela.
“Saya di sana, setelah Lorraine lewat. Kira – kira jam empat lewat, saya tak tahu pastinya…”
Desdemona menimpali, “Aneh sekali, padahal saya kira…”
“Jam, benar ada jam.” Ia berbalik arah. “Saya gugup pada saat itu…ada hal yang harus dibicarakan.”
“Berapa lama anda menghabiskan waktu? Dan tentang apa yang anda bicarakan?”
“Ti—tidak lama, kurang lebih pukul lima saya keluar. Saya membicarakan suatu urusan.”
“Anda seharusnya bisa lebih baik dalam mengatur finansial, ini tentang uang, kan?”
Pria itu mengangguk, kemudian nadanya meninggi.
“Benar, ini tentang uang! Saya juga sering berhutang, tapi saya selalu mengembalikannya! Bahkan tak perlu menunggu seminggu!” Nadanya agak meninggi.
Desdemona dan dua orang lainnya memandang serius pria itu.
“I—intinya, saya ingin pergi dari rumah ini! itulah yang saya bicarakan pada pria tua itu. Anda puas?”
“Baik, lalu bagaimana dengan kue itu? anda yang membelinya, bukan?”
“Ku—kue? Ah, benar kue itu. Tentu saja, seharusnya tidak ada yang salah, ada apa dengan kalian?” Pria itu tertawa kecil namun agak sangsi.
“Sudahlah jangan banyak berta—”
Monkey memotong kata – kata Inspektur Duncan.
“Tidak ada yang salah, Monsieur Chester, tidak. Kami hanya ingin tahu dimana anda membelinya dan bagaimana bentuknya?”
“Bentuk? Saya tidak ingat! Te—tentu sa—”
Pembicaraannya terhenti seketika pandangan Monkey memojokkannya.
Ia kembali duduk, bersandar di sofanya. Tangan kanannya memegang dahinya seperti orang sakit kepala. Dua kali ia agak mendesis. Monkey mengambil segelas brendi.
“Anda sebaiknya tenang dulu,” Diberikannya segelas brendi dari rak lemarinya.
“Terima kasih.”
Diteguknya dengan perlahan. Setelahnya ia menghirup dalam – dalam, dan mengeluarkannya dengan perlahan.
“Baik, coba saya ingat – ingat…” pandangannya ke bawah dan matanya terpejam. “Saya kira bentuknya mungkin seperti pada umumnya. Dua hari yang lalu itu saya sedang sibuk sekali. Saya menelepon Kakak Steve dan—yah benar, St Clement’s street. Saya menyuruh bawahan saya untuk membelinya.”
“Dan bagaimana kami bisa menemui orang tersebut?”
“Kantor perusahaan Antoinette di Clifton Road 5B, Birmingham, jam – jam kerja harusnya tidaklah sulit.”
“Ah, terima kasih.”
Inspektur Duncan angkat bicara.
“Saya dengar anda agak kurang akur dengan Nona Henrietta Antoinette?”
“Tidak ada satupun di rumah ini yang akur dengan wanita itu! percayalah pada saya!” Balas Chester dengan nada ngotot.
“Mengapa begitu?”
Mulut pria itu sebenarnya sangat ingin bergerak, namun entah mengapa diam sejenak. Bola matanya bergerak ke kanan dan kiri. Kepalanya menoleh mengikuti arah bola matanya bergerak, lalu mengangguk – angguk ragu.
“Sebentar.”
Badannya ditegakkan, berjalan agak cepat, dikuncinya pintu itu. Roman mukanya lebih menuju ke arah waspada. Tirai – tirai jendela pun ditutupnya, lalu lampu dinyalakan dan kembali ke tempat duduknya. Tiga orang yang menyaksikan merasa aneh.
“Apa yang anda lakukan?”
Pria itu tak menghiraukan.
“Wanita itu adalah sumber bencana! Tiga minggu yang lalu tepatnya pada hari kamis, dia mungkin menyelinap di kamar ini, mengambil beberapa lembar kertas penting yang akan saya gunakan untuk pertemuan klien. Saya yakin sekali menaruhnya di tas selempang itu.”
Ditunjuknya tas kulit buaya yang tergantung pada paku dekat lemari pakaiannya.
“Esoknya, saya tidak sadar bahwa benda itu sebenarnya sudah berganti tempat. Saya menemui klien saya dengan rasa malu karena di dalam tas yang saya bawa tidak ada. Akhirnya mereka membatalkan. Menurut perhitungan, bila klien itu menerima kesepakatan yang saya buat, omset akan naik.”
Desdemona menimpali sebelum pria itu melanjutkan ceritanya.
“Maaf, ngomong – ngomong Perusahaan Antoinette bergerak dalam bidang apa?”
“Kami adalah industri bahan pangan. Kami menjual beraneka macam tepung, telur, susu, keju, mentega, ikan dan daging. Ada juga bahan tak menentu seperti kedelai, sambal, kecap, dan sebagainya. Klien kami kebanyakan petani dan pengusaha bidang kuliner. Seperti restoran Cuisine à la maison di Madingley Road.”
ns18.216.64.93da2