Pandangannya masih tajam ke arah Nona Desdemona dan Monkey.
“Anda tampaknya masih terganggu? Kami bisa menunda bila anda keberatan.”
Kepalanya menggeleng dengan cepat.
“Se—sebenarnya…”
“Sebenarnya?”
“I-itu…”
“Apanya? Ada yang aneh dengan pakaian saya?”
“Keluaran pertama produk saya.”
“Oh ini? begitu ya…” nadanya yang tenang kemudian agak kaget. “A—apa!?” Nona Desdemona Terperanjat. Suaranya cukup untuk menganggu perhatian Cake dan Inspektur Duncan. Nona Lilia mengangguk dengan perlahan.
“Jangan bilang a—anda!? Pemilik brand Mrs.Sunday?!”
Sekali lagi kepalanya mengangguk dengan perlahan, diikuti keraguan. Wajah Nona Desdemona mulai cerah, lipatan dahinya sirna, posisi duduknya tidak bersandar lagi. Tangan Nona Desdemona dengan segera menjabat tangan wanita.
“Saya penggemar produk anda!” suaranya meninggi.
Roman muka Nona Lilia agak melembut, pipinya sedikit memerah. Secepat kilat pembicaraan itu beralih menjadi tanya jawab yang tidak berarti. Nona Lilia juga menjadi lebih sering berbicara. Cake yang malah melesu, diikuti Inspektur Duncan.
“Beginilah sesuatu yang tak diperhitungkan.” Bisik Monkey.
Balas Inspektur Duncan dengan anggukan, “Anda tahu yang tetangga saya bilang? Bila anda pergi dengan wanita, jangan mereka bertemu temannya. Bisa – bisa anda menunggu dalam keabadian.”
“Setidaknya saya tahu salah satu alasan dibalik pandangannya yang tajam.”
Kedua wanita itu masih mengobrol dengan asiknya. Telinga Monkey mencoba menguping, sama sekali tidak menangkap petunjuk dari obrolan mereka.
“Saya mungkin satu – satunya orang yang tak paham soal fashion.”
Inspektur Duncan menjabat tangan Monkey.
“Oh? Setidaknya dua orang, tidak cukup menyedihkan.”
Monkey tersenyum lega.
“Tapi, apakah anda menemukan potongan kain di TKP, Tuan Duncan?” bisiknya agak jauh dari kedua wanita itu.
“Saya kira tidak.”
Monkey mulai ditandai dengan kerutan dahinya.
“Oh! Tunggu dulu,” Inspektur Duncan dengan segera mengambil sesuatu di sakunya. Sebuah potongan kecil kain bewarna coklat tua yang teksturnya tak jauh beda dengan kain yang berserakan di ruangan Nona Lilia.
“Salah satu bawahan saya, Bart, menemukan ini ruangan pribadi korban.”
Wajahnya tersenyum sederhana. “Anda seharusnya lebih awal memberitahukan ini.”
Monkey sebenarnya agak tidak sabaran menganggu obrolan wanita yang terlihat seru, namun sesuatu harus tetap dikonfirmasi. Segala kesangsian harus mendapat jawaban. Ia menunggu tempo pembicaraan yang tepat untuk dipotong. Langkahnya dengan hati – hati masih menghindar dari kain yang berserakan. Saat pandangannya fokus ke bawah, terlihat sebuah buku album. Inspektur Duncan memberi isyarat dengan alisnya. Dibukalah album itu dengan posisi membelakangi dari kedua wanita yang tengah asik dengan acaranya sendiri. Dua model wanita yang mencoba desain busana dari Nona Lilia terpampang di beberapa foro pada album itu.
“Dua wanita muda yang— cantik?”
“Sederhananya sesuai selera anda.”
Inspektur Duncan mengerutkan dahinya sesaat. “Nah siapa sebenarnya dua orang ini?”
“Berbicara soal itu, Inspektur Duncan, apa yang dilakukan album itu di tempat yang berserakan ini?”
“Entahlah, mungkin hal yang wajar, seperti lupa menaruh?”
Monkey memandangi Nona Lilia sejenak.
“Mungkin, mungkin,” bahunya mengangkat. “Mungkin juga ada hal lain.”
Dua pria itu berniat untuk tidak memboroskan waktu lebih lama lagi. Segeralah mereka mendekat ke arah dua wanita itu.
Monkey mulai dengan batuk khasnya, “Uhuk! Permisi, Nona Desdemona?”
“A—ah! Tuan Monkey?” roman mukanya menjadi ketakutan. “Silahkan.”
Monkey mengambil posisi duduk tepat seperti ketika di ruangan pembantu muda. Senyumannya mengalihkan pembicaraan yang seru itu.
“Ada yang bisa saya bantu, Tuan Monkey?”
“Ah, maafkan saya menganggu,” Pria itu menunjukkan sobekan kain pemberian Inspektur Duncan. “Apa yang dilakukan benda ini kira - kira?”
Keringat sedikit demi sedikit membahasi kening Nona Lilia, namun sikapnya masih tegap.
“Ah, saya pikir anda menemukan di ruangan ayah saya?”
“Tepatnya bawahan Inspektur Duncan, benar.”
Wanita itu menoleh sesaat ke arah Inspektur Duncan.
“Dua hari yang lalu saya coba untuk bertanya pada ayah pilihan kain yang tepat untuk desain terbaru. Beberapa potongan kain saya bawakan. Saya tidak sadar kalau ada yang terjatuh di sana.” Katanya yang tampak ragu.
“Masuk akal, Milady! Namun dari kata ‘coba’ ini menandakan hal yang berbeda penekanannya. Anda tahu….”
ns18.191.37.17da2