Tidak satupun orang tertawa, Inspektur Duncan dan Nona Flemming yang berperan sebagai Desdemona pun masih mengikuti suasana yang berlanjut. Roman wajah mereka yang itu tidak diduga Cake, sedikit mencoreng harga dirinya. Dengan wajah tembok, ia menahan malu atas candaannya yang gagal itu.
“Ba—baik Tuan Monkey. Senang bertemu anda.” Kata Nyonya Antoinette masih agak terbata – bata.
Masih dalam tangisnya, ia melupakan wanita parubaya di sebelahnya.
“Ma—maaf saya lupa memperkenalkan. Ini Bibi Kathryn, kepala pembantu rumah ini.”
“Selamat malam tuan dan nona, saya Kathryn Eidenburg. Sudah sejak istri pertama saya melayani keluarga ini,” tambahnya dengan membungkuk sopan, namun suaranya tegas memohon. “Bila ada sesuatu yang dibutuhkan agar kasus ini mudah terselesaikan, jangan ragu untuk menanyakan sesuatu kepada saya.”
“Terima kasih, Bibi Kath. Kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk mencari titik terang.” Nona Desdemona dengan nada menenangkan.
Senyuman tipis melembut pada roman wajah wanita itu. Nona Desdemona meneguk isi gelasnya. Ia menunggu momentum sesaat setelah wanita yang ditinggal suaminya itu agak tenang dari tangisnya.
“Anda harus mencoba tenang,” tangan Desdemona meraih pundak wanita itu dengan niat menenangkan, “Katakan, apakah suami anda punya penyakit jantung?”
“Benar. Suami saya punya riwayat jantung dan hipertensi. Semua orang di rumah ini tahu akan penyakitnya. Ta—tapi saya tidak pernah berpikir bahwa pelakunya—”
Dengan langkah tepat sebelum kesedihannya menjadi - jadi, Nona Desdemona mencegahnya dengan segera, “Sssshhht, Nyonya Antoinette! cukup sampai situ dulu.”
Wanita itu mengangguk perlahan, mengikuti arahan Nona Desdemona.
“Bagus, sekarang, apa yang diuntungkan setelah kematian korban? Misalnya—seseorang mendapat suatu keuntungan atas warisan yang dibagikan?”
Bibi Kathryn menyaut dengan tajam. “Tuan Antoinette selalu adil di rumah ini! Bahkan saya saja kaget atas kematiannya! Saya tak habis pikir kenapa bisa—” Nyonya Antoinette menenangkan wanita parubaya itu yang mengehentikannya menyelesaikan kalimatnya.
“Suami saya lebih rumit dari yang dikira. Namun terus terang saja, saya pun tak mendapat kabar soal itu.”
Desdemona diam sesaat, pikirannya masih memberatkan pendapat nyonya tuan rumah itu.
“Ah tak apa nyonya.” Monkey menambahi.
“Mengenai hal itu, Nyonya Antoinette,” gelas ditaruh pada meja setelah berkurang seperempatnya. “Saat kejadian, anda berada di kamar?”
“Benar, tapi hanya sesaat sebelum itu saya di ruangan pribadi suami saya…” kedua tangannya mengenggam penuh keraguan, kedua jempolnya saling berputar sedangkan pandangannya ke bawah.
“Lanjutkan, Nyonya.”
“Betul, hanya sekedar main – main saja atau terkadang mengobrol. Tapi sebelum itu, sekitar pukul empat sore, saat sedang menuju kamar mandi, saya mendengar sedikit suara pertengkaran dua orang laki – laki. Tapi rasanya, suara suami saya cukup mendominasi.”
“Sebuah konflik?”
“Benar, setelah saya selesai mandi kurang lebih pukul lima sore, Chester keluar dengan wajah terlihat marah dari ruangan itu. Saya bermaksud menghibur suami saya setelah makan malam. Kira – kira pukul setengah tujuh.”
“Jadi, anda yang paling terakhir bersama korban?”
Nona Antoinette meneguk lidah, pandangannya ragu akan tuduhan – tuduhan itu. Sesaat ia menoleh ke arah Bibi Kathryn.
“Uhuk! jangan khawatir, milady. Kami menganut sistem tebang pilih, karena itu hutannya masih rimbun. Seperti berita akhir – akhir ini di Hampshire? Jadi, dibuat santai saja.” jelas Cake dengan ramah. Inspektur Duncan mengangguk ikut meyakinkan.
Wanita itu mengangguk agak lega.
“Seperti apa tepatnya yang anda lakukan?” nadanya penuh wibawa, akhirnya Inspektur Duncan angkat bicara.
“Biasanya bermain monopoly atau catur, sambil mengobrol hal – hal yang ringan. Tapi… biasanya juga permainan papan yang lainnya. Seperti petualangan kamar mayat——yah seperti permainan papan klasik pada umumnya.”
“Cukup unik.” Inspektur Duncan mengangkat gelasnya.
“Lalu mengenai Chester ini, orangnya bagaimana?”
Bibi Kathryn memotong lagi.
“Orang yang bejat, pemabuk, penjudi, hidung belang! Sangat tidak disiplin dan selalu menjadi aib keluarga! Dia—dia—”
Nyonya Antoinette lagi – lagi menghentikan emosi yang tiba – tiba muncul. Bibi Kathryn pun minta maaf. Desdemona dan pelayannya menoleh sesaat satu sama lain, kemudian menatap lawannya lagi.
“Lalu, mengenai apa orang bernama Chester ini bertengkar dengan korban?”
“Saya tak tahu pastinya. Tapi biasanya ini soal meminjam uang lagi kepada suami saya.”
“Lagi? Sudah keberapa kali dia lakukan?”
“Entahlah, tapi setidaknya pertengkaran ini saya mendengarnya yang ketiga.”
“Tidak nyonya. Tujuh kali!”
Nyonya Antoinette terperanjat. Ia menanyakan lagi untuk memastikan telinganya tidak salah dengar. Menurut kesaksian Bibi Kathryn, pertengkaran itu setidaknya setiap tengah malam, saat mengantarkan pancake untuk tuannya.
“Apakah orang bernama Chester ini dibenci korban?”
Nyonya tuan rumah menggeleng kepalanya.
“Tidak, suami saya orangnya diplomatis. Tapi kemarin pertengkarannya agak lebih buruk saya rasa,” pandangannya ke bawah, dagunya dipegang dengan heran. “Saya kira saya sempat mendengar kata - kata ‘Lihatlah saja kau akan menemui tempat sebagaimana semestinya!’ i—itu mengerikan sekali!"
ns18.216.64.93da2