“Mengenai hal itu, saya kurang setuju. Ingat beliau pernah bilang menyesali atas kejadian Nyonya Roslyn dan Tuan Armand? Saya rasa itu bukanlah kebohongan.”
“Maksudnya?”
Dikeluarkannya sebuah lembaran – lembaran kertas tulisan tangan.
“Ketika saya membaca catatan ini, rasa penasaran saya semakin mengungkapkan bahwa itu benar kalau ada yang disembunyikan dari rumah ini,” ia menyerahkan kertas tersebut pada Nona Lilia yang beberapa juga diambil oleh Tuan Keith. “Di dalamnya tertulis sebuah majas, ungkapan perasaan, catatan harian, dan riddle. Semuanya ditulis dalam berbagai warna. Penasaran, kekhawatiran, kesenangan, keinginan, kebencian hingga dendam. Saya tidak bisa mengetahui siapa – siapa penulisnya begitu pula dengan jenis tulisan yang anda buat.”
“Ta—tapi, bagaimana anda bisa mendapatkan semua ini? Termasuk semua bukti lainnya?” Wajah Tuan Keith heran namun juga geram.
Monkey yang menoleh ke arah dua pembantu muda itu. Diikuti wajah geram Tuan Steve. Kedua wanita muda itu ketakutan.
“Saya menyuruh mereka berdasarkan jadwal ini,” dikeluarkannya kertas pemberian Nona Wilson. “Ini adalah waktu yang mereka atur untuk membersihkan seluruh tempat di rumah ini.”
Pria dokter itu memandang tajam lagi kedua pembantu muda. Kini mereka semakin agak tertekan.
“Karena itu saya berbicara pada Nyonya Antoinette.”
“Itu… tidak masuk akal?” Tanya Nona Lilia heran.
“Justru karena ia dipanggil lagi untuk peran yang berbeda, maka pasti Tuan Antoinette mengatakan satu atau dua kata mengenai beberapa hal yang ditutup – tutupi.”
“Eh? Mengenai apa?” Ia menoleh ke arah wanita yang sedang tertunduk itu.
Monkey menunggu.
“Akte… kelahiran.”
“Apa?”
“Huh? Milik siapa?”
“Entahlah.” Wanita itu menggeleng.
Salah satu pria di sana menggebrak meja lalu berdiri. Namun bukan menyiratkan kemarahan.
“Jadi itu benar!?” Nada Tuan Steve keras.
“Ada beberapa hal yang sudah terjawab, ada pula yang belum. Marilah kita membicarakan tentang seni.”
Monkey memandang Nona Selery sambil mengangguk. Kemudian wanita itu mengeluarkan isi kerdus yang lumayan berat. Satu dari dua kerdus itu, semua isinya ditaruh di meja. Semua orang terkagum melihatnya, termasuk Nyonya Antoinette.
Nona Selery menjelaskan tiap – tiap lukisan relief tersebut. Kemudian benda tersebut ditaruh ke bawah pojokkan. Lalu ia membuka pada kerdus berikutnya yang isinya tak kalah menarik perhatian. Paling tidak memberi jeda pada Tuan Keith yang agak naik darah.
“Premonition hand, menggambarkan tangan dengan lima jari. Di bagian jari tengah terdapat celah kecil. Camaraderie, lukisan relief menggambarkan kotak perhiasaan yang bahkan bisa dimanfaatkan sebagaimana gambar tersebut, yang terakhir Raindeer. Dari kerdus kedua, Bupplefly sebuah gambar yang bisa dilihat sebagai buah apel yang dipotong, atau kupu – kupu. Begitu juga kedua sisanya.” Jelas Monkey sambil masih berjalan kecil.
“Hm… tidak kaget dari pria itu,” tambah Tuan Periwinkle yang melepas kaca matanya. “Well, setelah dua lukisan itu dan satu relief di lantai pertama. Bukan hal yang mengagetkan darinya.”
“Anda tahu?”
“Ya, saya dan Tuan Armand pernah bertemu di suatu pameran. Ia seperti seseorang yang berbakat namun tidak kunjung menemui keberuntungan. Tidak setelah bertemu kami.”
Monkey mengangguk.
“Seperti yang anda katakan. Sekarang saya ingin mengajak anda semua menuju ke atas.”
Semua orang mengikuti Monkey ke atas, tepatnya masuk di ruangannya menginap. Mereka semua diajak memperhatikan sebuah lukisan seseorang memakai gaun hitam dengan topeng putih separuh muka.
“Wah, bagus juga ya, hehehe!” Nyonya McNalley tertawa dengan kagum. “Di umur seperti ini saya masih bisa melihat sesuatu yang bernilai tinggi.”
Kemudian Monkey menaiki drawer kayu, lalu diturunkanlah lukisan relief tersebut dibantu oleh Sersan Wintergard dan Inspektur Duncan. Kemudian Monkey menyuruh benda itu dibawa turun menuju lantai satu. Setidaknya dua orang dibutuhkan untuk menurunkan benda tersebut. Mereka masuk dalam ruangan yang gelap namun debunya lebih sedikit dari yang kemarin. Bahkan beberapa sudah diatur rapi dan saat dinyalakan lampunya sudah lebih terang. Kecuali empat lemari yang berukuran besar pada pojok – pojok. Mereka berjalan lurus sampai menemui dua rak buku saling berseberangan. Lalu kemudian diturunkanlah relief itu pada posisi agak bawah lukisan relief lain.
ns18.216.64.93da2