“Masalahnya, Nyonya Dornicle seperti yang anda lihat,” Monkey memegangi jubah hitamnya. “Telah saya katakan sebelumnya bahwa anda harus menaruh tuduhan yang seburuk – buruknya. Siapapun dan apapun itu alasannya, bila sudah dipandang buruk maka sisanya yang lain antara omong kosong atau berdalih. Mungkin saja alibi anda tidak terkonfirmasi dengan baik.”
“Itu tidak mungkin! Lagipula anda harus buktikan kalau itu tidak benar!” Katanya mengotot.
“Saya telah menanyakan Sersan Wintergard bahwa saat itu tidak ada lagi seseorang yang masuk.”
Monkey menyadari dan langsung berbalik ketika wanita yang dipakaikan jubah hitam itu mengacungkan tangan.
“A—anda seharusnya mengonfirmasil saat belum ada kepolisian. Lagipula itu terjadi sebelum ada kejadian, bukan?”
Monkey diam saja dan menunggu.
“Eh? Bukannya itu malah aneh? Bukannya anda seharusnya belum datang? Mengingat shift anda malam hari kan? Tapi saat itu polisi telah berjaga karena kasus ini baru terjadi.” Kata Nyonya Lorraine spontan lalu wajahnya memandang ragu.
Wanita jubah hitam itu terdiam tanpa berani mengangkat mulutnya lagi. Wajahnya menyiratkan ekspresi seperti prajurit yang sedang menginjak ranjau atau pertandingan catur yang mendekati skak mat.
“Exactement! Bagaimana Nyonya Dornicle bisa tahu? Lewat manakah beliau masuk? Apakah beliau melihat Nona Wilson?”
Setiap orang di sana mulai memandangi wanita jubah hitam itu. Semakin tajam dan semakin curiga. Nyonya Lorraine yang awalnya membela kembali pada titik keraguan. Boleh jadi keraguan untuk melindungi atau kenyataannya memang benar.
“Mari kita asumsikan bahwa saat itu, ia sama sekali tidak pulang. Dan sangat tidak mungkin pula kalau ia bersembunyi terlalu lama dibalik tumpukan rerumputan, seperti saat saya menangkapnya malam – malam. Karena itu, Nyonya Dornicle lewat belakang, ia mengintip dibalik taman Nona Wilson hendak membuang sampah. Untuk apa? Agar dia bisa masuk. Kalau orang menemuinya itu haruslah di dalam. Normalnya di ruang tamu. Rencananya adalah ia memutar lewat pintu depan, namun kejadian tak terduga terjadi. Tiba – tiba polisi datang. Maka ia kembali lewat pintu belakang. Ia mendahului polisi yang berjaga di dekat perpustakaan. Kalau lewat depan, pasti akan disuruh pulang. Jadi apa sebenarnya yang membuatnya ingin terlibat?”
Monkey kemudian berjalan mendekati seseorang.
“Katakanlah hal itu malah mendukung pernyataan bahwa kalau dia bukan pelaku. Disuruh pulang oleh polisi artinya ia tak terlibat. Namun mengapa ia harus terlibat lebih jauh? Apakah ia harus menunggu? Dan yang terpenting… Berapa kali ia melakukan itu?” Monkey menatap tajam.
“A—apa!? Kenapa anda melihat saya seperti itu?” Wanita itu tiba – tiba berdiri dari tempat duduknya.
“Katakanlah, Nyonya Lorraine, anda adalah orang yang lebih tahu dari siapapun mengenai permasalahan di rumah ini. Sejak awal anda mengatakan omong kosong. Anda dan Bibi Kathryn. Semuanya tentang rukun dan lain – lain,” tambahnya berjalan di sekitar. “Begitu pula semua orang di rumah mengatakan semua orang rukun dan tidak ada masalah sama sekali. Lalu bagaimana anda menjelaskan dengan korban yang terus bertambah?”
Orang yang disebut Monkey tadi memasang wajah pasrah.
Nyonya Antoinette kembali duduk.
“Ta—tapi memang kenyataannya seperti itu.” Nadanya pelan.
Monkey berbalik dan kembali mendekati papan putih itu.
“Karena itu saya menduga ada sesuatu yang lain,” tambahnya. “Ngomong – ngomong mari kita lanjut pada bagaimana racun itu bisa masuk pada mangkuk Nona Henrietta, begitu juga Nona Desdemona.”
Ia langsung memberi tanda silang pada nama Henrietta dan memberi garis bawah pada tulisan Edelyn.
Setiap orang menunggu dan agak penasaran. Terutama kematian itu disaksikan oleh semua orang yang sedang duduk di meja makan.
“Tidak ada. Tidak ada trik.”
ns18.216.64.93da2