“Wah kita akan makan kue lagi?” Tanya Nona Wilson agak bersemangat.
Monkey hanya tersenyum.
Kemudian saat pintunya dibuka.
“Bibi Kathryn?”
“Oh? Tuan Monkey? Dan kalian? Ada apa malam – malam?”
“Saya bisa menanyakan hal yang sama.”
Wanita parubaya itu menjelaskan.
“Kadaluarsa?” Monkey mendekat.
Ia membaca informasi pada bungkus coklat batang yang belum pernah dibuka semenjak dibeli.
“Ini baru kelewat tiga hari,” Monkey menoleh ke setiap orang. “Setidaknya bagian dalamnya tidak mengalami masalah.”
Bungkus tersebut dibuka. Diperiksalah seluruh bagiannya, untungnya tidak ditemukan bau - bau aneh ataupun tanda penjamuran. Lalu ia memotong sedikit bagiannya untuk di masukan pada mulutnya.
“Ini masih bagus. Ada berapa bungkus yang seperti ini, Bibi Kathryn?”
Saat semuanya dikeluarkan, Monkey terkejut.
“Se—sepuluh bungkus? Anda bergurau?”
Wajahnya menyiratkan keberatan, namun ia tidak bisa membiarkan itu terjadi.
“Setidaknya saya butuh tenaga orang dan loyang kue berukuran diameter enam inchi.”
Tidak disangka mereka menemui Bibi Kathryn yang sedang memeriksa kualitas bahan makanan. Terutama coklat sepuluh bungkus yang dibeli enam bulan yang lalu, ia lupa melapor pada koki rumah untuk memanfaatkan bahan tersebut. Sementara peralatan yang dibutuhkan sudah siap, Monkey mengangguk puas dengan kelengkapannya. Bahkan lebih lengkap, lebih baik dan tentunya lebih moderen dari miliknya.
Malam yang seharusnya digunakan untuk istirahat malah digunakan sebaliknya. Mereka siap menerima konsekuensi kelelahan dan semacamnya, namun Monkey punya ide yang lebih bagus. Setelah waktu menunjukkan tengah malam, semuanya telah selesai. Dengan sepuluh bungkus itu ia berhasil membuat dua puluh kue.
“Ini enak.” Kata Bibi Kathryn sambil mengangguk – angguk.
Kedua pembantu muda itu memberikan tanda lewat tangannya, sementara mulutnya sedang menikmati. Sedangkan Monkey membersihkan sebagian peralatan.
Dalam beberapa menit, kue mereka telah habis.
“Tuan Monkey?”
“Ya?”
Wanita parubaya itu terlihat bingung.
“Katakan saja, Bibi Kathryn, santai saja.”
“Sebenarnya ini bukan hal yang negatif, saya kira. Kuenya pun sangat enak. Tapi apa anda selalu membuat agak besar?”
“Nona Desdemona nafsu makanannya agak besar, jadi saya selalu membuatnya seperti itu.”
Ia masih terlihat bingung.
“Oh benar juga! Anu maksud Bibi sangat tidak umum melihat yang agak besar.” Jelas Nona Wilson.
Bibi Kathryn mengangguk.
“Saya baru saja mengingat. Saat itu kalau tidak salah kata Nona Edelyn yang dibawakan Chester itu sudah kadaluarsa. Lalu ia menukar yang lain. Benar juga saat itu…”
Bibi Kathryn menceritaka maksudnya. Monkey langsung tersenyum. Namun mengingat waktu sudah malam, ia langsung menyuruh mereka tidur. Tapi egonya belum selesai, tangannya memegangi wanita di sebelahnya.
“A—anu…?”
“Nona Dana saya akan meminjam anda malam ini, anda mengerti?” Monkey menatap wanita lugu itu serius. Namun entah mengapa tatapannya dibalas serius juga.
“Saya mengerti!” Katanya yakin.
Monkey bingung.
“Eh? A—anda mengerti?”
Wanita itu mengangguk polos. Itu bisa disadari bahwa matanya sedang bersemangat.
Setelah itu mereka berdiri di dekat tangga menuju lantai dasar. Wanita muda itu ditugaskan Monkey untuk membawa ponselnya. Mengaktifkan kemampuan senter yang kemudian diarahkan tepat pada bagian yang diinstruksikan. Seketika sinar itu cukup menjelaskan objek yang ditangkap matanya, tangan Monkey yang lain membawa pisau kecil dari sakunya.
“Tu—tunggu dulu! Itu berbahaya, kan?” Bisik Nona Dana berniat menghentikan.
Money menoleh sekedarnya.
“Tidak jika tidak ditancapkan pada tubuh seseorang.” Balas bisik Monkey.
“O—oh, i—iya juga.”
Setelah mereka menyelesaikan persengketaan kecil, kini Monkey siap melabuhkan benda itu. Ia menancapkan dan dicongkelnya. Alis – alis Monkey berkerut saat melihat bekas cuilan itu. Ia sambil menunjukkan pada wanita yang memegangi cahaya senter.
Ia bingung.
“Eh? Kenapa anda mencuilnya? saya bisa dimarahi!”
“Anda pegang ini!” Monkey masih berbisik.
Monkey kemudian mengambil senter itu. Lalu ia menyuruh wanita itu memegang sudut yang lain.
“I—ini berbeda? Tu—tunggu ini seperti lelehan lilin!”
“Itulah yang saya cari. Mari kita ke tempat selanjutnya.”
“Eh? Anda tidak melanjutkan sisanya?”
“Tidak hari ini.”
ns18.216.64.93da2