“Kenapa? Anda tidak suka? Tidak perlu kebingungan biaya sewa. Tinggal tunggu lalu seseorang mengadopsi anda dan… Boom. Papa pulang sayang!” Monkey balas mengejek sambil memperagakan mimik mukanya.
Wanita itu semakin merah padam.
“Tidak begitu! Tidak seperti saya membutuhkan yang seperti begitu!” tambahnya setelah menggeleng menolak. “Seriuslah, Tuan Monkey!”
Monkey menghela nafas lagi.
“Setidaknya tidak lebih buruk dari mencari anak adopsi.”
Mobil mengarah ke gang agak kecil.
“Saya ada urusan di sana, Nona Egremont. Ada hal perlu dikonfirmasi.” Jelasnya.
“Kalau tidak salah, saya mendengar percakapan tadi…”
“Nah, seperti itulah keadaannya.”
Mobil pun dihentikan mesinnya, kini mereka bergegas menuju tempat yang dituju.
Pintu tersebut dibuka oleh dua pegawai pria dan wanita muda. Monkey dan Egremont dipersilahkan untuk duduk di ruang tunggu. Melihat sekeliling menurut pendapat Monkey adalah cukup bagus, setidaknya cukup untuk beroperasi pada beberapa tahun ke depan. Ia mengatakan itu setelah Nona Egremont mengatakan pendapatnya bangunan agak tua.
Kemudian mereka dibawa menuju ruang kepala wisbech asylum setelah menjelaskan dengan singkat alasannya kemari.
“Selamat siang, Monsieur Atherton.”
“Selamat siang, silahkan duduk,” tambah pria parubaya itu. “Tolong bawakan sesuatu untuk tamu kita, Jefrey dan Elisa.”
Kedua pekerja muda itu langsung pergi.
“Saya harap anda mau menceritakannya lebih rinci.”
Monkey menjelaskan apa yang harus dikatakannya.
“Saya tidak yakin. Tapi sebelumnya memang saya harus bilang kalau itu benar. Nona Hannah dulunya bekerja di sini. Bahkan saat tempat ini masih bernama Medison Project. Namun semakin lama beliau sudah tak menjadi penyumbang dana, kami sangat bersyukur Tuan Antoinette mau melanjutkan tugas mulia itu.” Kata pria rambut ombak agak keputih – putihan.
“Ah, itu bisa dimengerti. Tapi saya ingin tahu lebih lanjut tentang Nona Hannah. Maksud saya bagaimana masa lalunya? Atau pertemuannya dengan Nona Antoinette atau apapun itu.”
Pria itu berdiri lalu mengambil sesuatu dari lemari kaca.
“Yang saya tahu tentang wanita itu adalah ia cukup ringkih. Tidak boleh kecapekan, lebih amannya tidak sering – sering. Saya pernah beberapa kali melihat ia pingsan saat mengajar. Katanya belum sarapan. Bahkan sering mimisan,” tambahnya lalu menunjukkan sesuatu pada buku tersebut. “Setau saya pada awalnya mereka tidak cukup akur. Kalau anda pernah menonton drama setidaknya seperti itulah kisah romantisnya. Dari yang tidak akur lama kelamaan saling perhatian. Well, mungkin foto ini bisa sedikit menggambarkan apa yang saya maksud.”
Terlihat beberapa gambar wanita muda dan pria. Dua gambar wanita itu sedang memarahi pria. Yang satu saat bersih – bersih menodongkan sapu lidi, sedangkan sisanya cekcok saat di kantin. Sedangkan ada juga yang saling perhatian. Gambar pria tersebut sedang terbaring lalu disuapi oleh sang wanita. Ada juga saat – saat pria itu membantu berjalan sang wanita yang sedang lemas. Setiap halaman selalu ada dua foto. Masing – masing halaman hilang satu.
“Permisi, apakah ini gambarnya memang hilang?”
“Tidak. Satunya diambil oleh kepala pengurus sebelumnya di tempat ini, Nyonya McNalley. Sedangkan yang sisanya, Tuan Armand sendiri, seingat saya.”
“Bagaimana anda bisa tahu?”
“Saya dulunya sekretaris Nyonya McNalley yang kadang merangkap sebagai penggalang dana. Lagipula saya yang memfoto mereka.”
Monkey mengangguk, lalu kembali melihat pada foto – foto itu. Ia sadar bahwa merasa melihat hal yang berbeda namun kedua matanya sama sekali tidak mengonfirmasi hal tersebut. Kesekian kalinya ia membalik – balikkan halaman, tetap saja tak menemukan apa yang dimaksud.
“Wanita ini di halaman sebelumnya tidak dikuncir, kan?”
“Benar, Nona Egremont. Ada apa?”
“Ah tidak.”
“Bagaimana, Tuan Atherton?”
Pria itu mengangguk. Ia terlihat mengingat sesuatu.
ns18.216.64.93da2