Ibukota Westeland, Kan'an.
Kota yang memiliki istana kerajaan ini hampir sekelilingnya dikelilingi oleh gunung layaknya benteng alami.
Terdapat pintu benteng di bagian selatan, jalan satu-satunya masuk dan keluar kota.
"RRrre-a--==-"
Sudah beberapa jam sejak benteng itu diserang oleh sekumpulan manusia berwarna hijau. Warna itu tidak mengacu pada warna pakaian mereka, namun pada warna kulit mereka.
Tidak ada yang tahu monster macam apa itu, dan tubuh mereka benar-benar sama dengan manusia.
Jika leher mereka putus atau jantung mereka ditikam, mereka akan berhenti bergerak. Tapi, apa mereka mati?
Pertanyaan itu sudah sering keluar dari mulut para prajurit dan petualang yang sama-sama sedang mempertahankan kota.
"Kalau kau lihat dengan teliti, ada monster yang mengenakan pakaian putih. Mereka akan menyatukan kembali bagian tubuh rekan mereka, dan menyembuhkan luka itu seolah tidak pernah ada sebelumnya."
Seorang pria paruh baya yang merupakan komandan pertempuran kali ini mendengarkan ucapan yang dituturkan oleh seorang pemuda berkacamata.
"Jadi begitu. Semuanya, incar yang memakai baju putih!"
"Mereka juga bisa menyembuhkan diri... intinya, kau harus hancurkan atau kubur tubuh mereka agar mereka benar-benar mati."
"Aku mengerti... mereka cukup merepotkan. Tapi, apa mereka tidak akan menggalinya?"
"Kebanyakan dari mereka itu sepertinya tidak memiliki kecerdasan, mungkin hanya monster elit yang pintar yang mampu melakukan itu."
"Jadi begitu, seperti yang diharapkan dari Ness-dono. Semuanya, bakar atau kubur jasad monster yang sudah tidak bergerak!"
Melawan rombongan makhluk yang tak kenal lelah, lapar, haus atau bahkan kematian, para pemberani yang melindungi kota sama sekali tidak gentar.
"Benar-benar seperti undead..."
"Undead huh... kau tidak salah, tapi..."
Ness melihat sekali lagi pemandangan dari pertempuran yang meski didominasi oleh para manusia 'hidup', mereka kalah jumlah dengan jarak yag jauh.
"... tidak ada undead di dunia ini yang seperti itu."
Tidak ada yang tahu dari mana monster hijau dengan tubuh manusia itu datang, tapi ada satu hal yang mereka ketahui.
Makhluk itu tidak pernah ada di dunia ini sebelumnya.
#/#
Sebuah kastil yang terletak di hutan perbatasan kerajaan Westeland dan kekaisaran Esterna.
Itu adalah hari yang sama seperti hari-hari lainnya.
Dua orang sedang berjaga di menara pengawas.
Salah satunya adalah gadis yang sering disangka sebagai seorang anak kecil.
"Luminaa, ada monster aneh disana!"
"Huh? Kau benar. Kira-kira monster macam apa itu?"
"Ah! Dia melihat kita!"
"Cepat serang dia!"
Ponytail yang dikenakan gadis itu berayun karena gerakan lincahnya.
Ia segera memasang sebuah anak panah ke busur yang sudah dipegang erat olehnya, lalu menembak.
Monster yang mereka maksud masih berjarak cukup jauh, sekitar seratus meter, dan dengan penglihatan yang seringkali terhalang pohon, sulit untuk menembak dengan akurat.
"Aaah, meleset!"
Selagi ia bicara begitu, gadis ini telah melesatkan tembakkan keduanya.
"Eeh? Itu masih bergerak? Monster macam apa itu?"
Liza sudah melesatkan tembakan ketiganya. Dua tembakan terakhir yang ia lesatkan kena tepat di kepala target.
Benar-benar akurasi yang mengerikan., Lumina pikir.
"Aku akan panggil bantuan, kau tunggu disini."
"Li-lihat itu Luminaa!! Mereka ada banyak! Jangan tinggalkan aku sendiri, aku takuut!"
"Seseorang harus berjaga disini kau tau?"
"Ah! Aku saja yang pergi ya, kumohon, Lumina!"
"Kau tau aku tidak bisa memanah kan? Menyerahlah."
"Luminaa!"
Lumina pergi tanpa peduli teriakan Liza.
"Uuuu, bagaimana ini, mereka semakin mendekat..."
Kumpulan monster berwujud manusia hijau itu terus mendekat seiring berjalannya waktu.
Liza juga tidak menghentikan tangannya untuk terus menembaki para monster yang merupakan ancaman itu.
"Waa, ada seorang gadis!" Liza tiba-tiba menyadari keberadaan seorang gadis yang sedang dipojokkan oleh monster hijau yang terlihat lebih besar, beberapa puluh meter dari menara pengawas tempat dirinya sekarang berada.
"Harus kutolong!"
Gadis pemanah itu menembakkan beberapa anak panah ke para monster yang menyerangnya, tapi sesuai dugaan, monster yang lebih besar itu jauh lebih tangguh daripada yang berukuran kecil.
"Uuuu, mereka sama sekali tidak mati, bagaimana ini..."
Monster itu tetap mendekati si gadis meski terkena beberapa anak panah pada kepala, tubuh, dan lengan mereka.
Dan kemudian, mulut monster itu menggigit lengat gadis itu.
"Waa, dia akan dimakan..."
Liza tidak mengurangi serangan pada monster-monster yang menyerang si gadis, tapi begitupun para monster itu, mereka sama sekali tidak terpengaruh dari anak panah yang menancap pada tempat vital mereka.
"Are? Habis?"
Lengannya mencari-cari anak panah pada quiver yang ia bawa, namun tidak ada satupun disana.
"Reload...reload..."
Mengaktifkan sebuah gulungan sihir yang ia simpan didekatnya, quiver baru berisi belasan anak panah tiba-tiba muncul.
"Yosh, sekarang... are?"
Gadis yang tadi diserang sekarang sudah ditinggalkan oleh penyerangnya.
Monster hijau besar itu sekarang menuju ke arah Liza, sambil menatap kearahnya dengan tatapan yang menjijikan.
"Hiii!"
Dia terkejut sebentar, dan setelahnya ia merasa lega karena telah berhasil menarik perhatian monster itu dari gadis tadi.
"Syukurlah, kukira dia akan dimakan."
Liza kemudian melanjutkan tugasnya untuk menghalau monster lain.
Tidak lama kemudian, Lumina dan teman-temannya tiba, dan pertempuran menjadi sengit.
Pada pertempuran itulah Liza kembali bertemu dengan gadis tadi... yang kini sudah menajdi hijau, sebagai musuhnya.
#/#
"Uuuh, aku baru saja mimpi buruk."
Gadis yang tertidur karena kelelahan di ruang konferensi ini terbangun karena suatu keributan.
"Nee, Vina, Ada apa?"
"Liza, akhirnya kamu bangun juga. Lune sudah ketemu katanya."
"Syukurlah... apa dia baik-baik aja?"
Suara keras dari tengah ruangan menyela percakapan Liza dan Vina.
"Maksudmu kau terkena gigitan Zombie, Lune-san?"
Kujou terdengar marah.
[Aku tidak tergigit! Aku sudah melindungi kulitku dengan Psi.]
"Lumina-san, periksa sekujur tubuh Lune-san."
[..Tu- Lumina, apa yang, kyaa-]
[Ada bekas gigitan di lengan kanannya. Apa ini gawat, Kujou-sama?]
"Yuzu-san, cepat bentuk tim untuk menyembuhkan Lune-san."
"Eh, ah, ya. Aku akan pergi bersama dengan Rana-chan dan Liza-chan."
Dengan sedikit terburu-buru, Yuzu menjawab Kujou.
"Bukankah kalian perlu petarung jarak dekat?" (Kujou)
"Kita akan fokus mencari dan akan menghindari pertarungan... kurasa." (Yuzu)
"Yuzu-san, tolong prioritaskan kesembuhan Lune-san"
"Ta-tapi, Reichi-sama... apa kita bisa bentuk dua tim?"
Kujou dan Yuzu berdebat, melupakan keberadaan seorang gadis yang sedang memasang wajah muram, paling muram diantara enam orang yang ada di ruangan.
"Liza? Kamu OK?"
Vina bertanya dengan penuh rasa khawatir.
"Ne, Vina. Apa yang terjadi pada Reichi-sama...?"
"Maaf aku belum bilang ya, Reichi-sama saat ini terpisah dari Lumina dan Lune."
"Begitu."
Liza membalas dengan suara yang kecil, lalu meninggalkan tempat duduknya menuju ke dua orang yang menjabat sebagai wakil pemimpin I dan II di Azure.
"Yuzu-san, apa kamu tidak percaya pada tuanmu sendiri, pada Reichi-senpai?" (Kujou)
"Ini bukan masalah percaya atau tidak!" (Yuzu)
Meja yang berperan menjadi pemisah antara dua orang yang sedang berdebat tiba-tiba dipukul dengan cukup keras.
"Hentikan."
Suara yang tegas milik Liza, yang juga telah memukul meja, merebut perhatian semua orang disana.
"Apa kalian bodoh? Lune akan berubah jadi zombie tau?!" (Liza)
"Liza-chan... maaf, aku hanya ingin memutuskan hal yang tidak aku sesali." (Yuzu)
"... Itu benar." (Kujou)
"Sudahi ini ya. Yuzu, ayo pergi ke tempat Lune." (Liza)
"Tunggu, Liza-chan." (Yuzu)
"Gamau! Lune dalam bahaya lo. Kalau Yuzu gamau ikut, siapa yang akan menyembuhkan Lune?" (Liza)
"..." (Yuzu)
Laki-laki paling tua disana yang sejak tadi diam, buka mulut.
"Itu benar, Yuzu-chan. Kalau kau masih menolak, aku akan menyeret Yuzu-chan dengan paksa." (Lambda)
"Kalau begitu sudah diputuskan. Ayo pergi, Lambda-sama, Yuzu." (Liza)
"Kalau begitu, Kujou-san, ikut denganku dan Vina-san untuk mencari Reichi-sa---" (Rana)
Rana tiba-tiba bersemangat seolah mendapatkan suatu ide, tapi ucapannya segera dipotong oleh Kujou.
"Jangan bilang hal bodoh. Kelompok semacam itu terlalu lemah untuk bergerak sendirian. Kita akan ikut kelompok Lambda-san, lalu mencari Reichi-senpai bersama dengan Lumina-san." (Kujou)
"Iya juga... ya. Aku mengerti." (Rana)
Gadis dengan rambut hitam panjang itu sedikit frustasi.
Ini adalah hari pada kastil Azure yang berbeda dengan hari lainnya karena pemimpin mereka yang biasanya ada disini, sedang tidak ada.
Benar juga, keputusan yang dibuat Reichi-senpai selalu cepat... (Kujou)
Reichi-sama, aku... aku gagal menjadi pengganti anda. (Yuzu)
Apa jadinya kalau Liza(-san)(-chan) tidak bertindak...
Dengan bantuan Liza, sebuah keputusan besar telah dibuat.
34Please respect copyright.PENANAyyyv0m2qN1