Playlist : *Marshmello ft Anne Marie* Friend
©©©
"Seperti hitam dan putih, kita berbeda dan ingin bersama maka warna cerita kita akan abu-abu."
®®®786Please respect copyright.PENANAxHwMT2QbsL
Sekelas, menjadi teman sekelas. Apaan itu?
Bagi Lucy, Fiya bukan temannya. Hanya sebuah kebetulan atau memang takdir yang membuat dirinya dan Fiya berdiam di kelas yang sama.
"Gue nggak akan nyerah," ucapnya dengan geram
Bagaimana bisa di pagi hari yang cerah ini, dia melihat pemandangan yang sangat membuatnya langsung buta dengan amarah.
Di sana, tepat di pintu kelas mereka Fiya dan Rano tengah berbincang dengan santainya seolah dirinya tidak ada.
Dan Lucy cemburu dan marah sekaligus, namun dia hanya diam.
Hingga saat dua sosok yang menjadi santapan tatapan tajamnya itu sudah duduk di bangku mereka masing-masing, barulah Lucy beraksi.
Dia berjalan mendekat ke arah pihak perempuan, bukan dengan wajah marah berapi-api bahkan berasap seperti perasaannya tetapi dengan adem dan kalem seperti tidak ada badai dalam dirinya.
"Pagi, Fi," sapa Lucy dengan ramahnya, senyum palsunya terlihat sempurna
Namun, Fiya bukan tipe orang yang tidak peka. Dia seolah bisa mencium bau dari asap tidak terlihat dalam diri Lucy hanya dengan menatap sekilas kilatan amarah di mata Lucy.
Dia memilih diam, dan membalas sapaan Lucy. "Pagi, Lucy."
Lantas Fiya merasa dirinya tengah diperhatikan, dan benar saja saat dirinya melirik ke arah belakangnya. Di sana Rano tengah memperhatikan mereka berdua, tatapan was-wasnya tengah menyala saat pemuda itu menatap ke arah mereka.
"Ada apa? Lo udah ngerjain pr matematikanya, kan?" diam-diam Fiya memberi kode kepada Rano dengan jarinya lewat bawah bangkunya, "gimana bisa, nggak?"
Dan hebatnya, Lucy tidak menyadari itu. Karna gadis dengan wajah imut itu lebih berfokus ke arah wajah cantik milik Fiya, seolah wajah Fiya berkemungkinan akan menculik perhatian Rano jika tidak dia awasi.
"Udah, tapi sebagian belum," ucap Lucy melembut
Sepertinya kobaran api di dalam diri Lucy sudah padam secara perlahan hanya dengan sedikit pengalihan perhatian dari Fiya. Dan Fiya bersyukur karena hal itu.
"Yang mana? Biar gue bantuin kerjain, mumpung masih ada waktu," tawar Fiya
Fiya benar-benar cerdas dalam menawar, bahkan tawarannya itu membuat mood Lucy langsung naik drastis.
Lucy lebih memilih melupakan apa yang dia lihat tadi, dia dengan semangat mengambil bukunya yang sempat terabaikan olehnya. Membuka dan menunjukkan bagian yang tidak dia ketahui pada Fiya dengan semangat ingin tahu.
Dan diam-diam, Rano seolah mendapat sebuah obat dari penyakit ini. Beri saja Lucy sebuah penawaran fantatis dan mungkin saja gadis imut bakal mundur darinya dan Fiya.
•••
Rano mengeryit, ada raut tidak nyaman di wajah tampannya saat mengetahui siapa yang tengah duduk di sampingnya, Lucy.
"Hai, No. Kenapa lo bareng Fiya tadi?" Tanpa basa-basi yang murahan dan membuang waktu, Lucy langsung bertanya perihal tadi pagi.
"Kita ketemu di koridor," ucap Rano dingin
Matanya sama sekali tidak melirik ke arah Lucy yang tengah memperhatikannya dengan tatapan penuh selidik. Dia lebih memilih sibuk dengan permainan di ponselnya.
"Lo mau bohongin gue?" tanya Lucy, tatapannya berubah tajam, "katakan, kenapa lo harus sama dia?"
Rano berhenti bermain dengan ponselnya, dia tidak peduli lagi jika dirinya kalah dalam permainan itu. Dia lebih tertarik untuk menang berdebat dengan Lucy detik itu juga.
Dia tersenyum miring, dan berucap, "Kenapa?"
"Gue nggak suka, setidaknya jangan dia,"
Rano menoleh, matanya menatap ke arah Lucy dengan tatapan seolah tertarik dengan gadis imut itu.
Hingga dirinya mengetahui kalau Lucy mulai gugup karena tatapannya itu, barulah Rano mengubah mimik wajahnya menjadi datar dan dingin.
"Tapi, gue suka," ucap Rano lamat
Lucy melongo, Rano telah mempermainkannya dengan sangat mudah. Dia tidak mau itu.
"Jangan katakan hal itu, karna gue nggak percaya ucapan itu,"
Rano mendekatkan wajahnya ke arah Lucy, menatapnya tajam, "Lo harusnya percaya, karna lo tahu gue nggak bohong kali ini."
Lalu menghindar segera saat dia selesai dengan perkataannya, dan itu bertepatan dengan Fiya yang baru saja memasuki kelas mereka.
Tatapannya tak terbaca ke arah Rano dan Lucy, apalagi saat Lucy dengan sengaja mendekat ke arah Rano dan merangkul lengan pemuda itu.
Rano melirik ke arah Fiya yang masih betah menatap mereka, ada tatapan "jangan percaya ini" di bola matanya. Namun, Fiya mengabaikannya dan duduk di kursinya sendiri dan berbincang dengan Hani seolah tidak melihat hal ganjil.
Lucy merendam emosinya, faktanya walaupun dia berdekatan dengan Rano dia tahu kalau yang diucapkan pemuda yang sudah dia kenal lebih lima tahun itu bukan sebuah kebohongan.
"Apa ada hubungan diantara kalian?"
Rano diam, dia tidak menjawab. Matanya menatap ke arah Fiya yang tengah berbincang dengan Hani.
"Gue harap hubungan itu nggak seburuk perkiraan gue," tukas Lucy lagi dan hampir bergerak untuk pergi, jika Rano tidak menahan pergelangan tangannya.
Dia menatap Rano yang masih tidak memalingkan tatapannya dari Fiya. Lucy bisa melihat Rano menahan senyum seringai di wajahnya.
"Sayangnya, hubungan itu lebih buruk dari perkiraan terburuk yang ada di otak lo, Lucy," Rano menoleh, menatap Lucy dengan seringai yang tidak disembunyikan lagi, "even very dangerous for me to tell you."
Dan detik selanjutnya, Rano melepaskan Lucy bergerak lebih dulu untuk meninggalkan gadis imut itu. Lucy mengikuti setiap pergerakkannya.
Bukan sebuah keputusan baik, karena yang dia lihat adalah sebuah petaka untuknya. Rano berjalan ke arah Fiya dan Hani, bahkan pemuda itu berhenti di hadapan Fiya.
Lucy bisa melihat bibir Rano bergerak mengucap kalimat "our love is the most dangerous show in the earth" saat pemuda itu menepuk kepala Fiya dengan perhatian. Lalu berlalu dengan seringai tipis setelah melirik ke arah Lucy.
Bibir Lucy bergetar, gadis itu menggigitnya erat menahan raungannya. "Lo belum tahu sebahaya apa gue, Rano."
"Lucy, lo ngapain di situ? Ayo sini, gue ada makanan buat lo." Tiba-tiba suara Fiya terdengar dari depan.
Dengan tatapan marah, Lucy menoleh ke arah Fiya. Dia menganggap gadis cantik itu tengah mengejeknya, dan makanan di meja Fiya seolah perayaan dari kemenangan gadis itu darinya.
"Lo, gue nggak akan nyerah Fiya," ucap Lucy
Hani menatap heran ke arah Lucy tidak mengerti maksud ucapan gadis imut itu. Berbeda dengan Fiya yang hanya tersenyum seadanya, alisnya sedikit terangkat seolah tertarik dengan pembuktian ucapan Lucy.
Lalu Fiya tersenyum manis sambil berkata, "Kalo gitu ayo berjuang bersama, karna gue juga bukan tipe gampang nyerah, Lucy."
Dan percayalah, Hani ataupun Lucy yang mendengarnya tahu ada deklarasi perang di waktu itu.
🍁🍁🍁
ATTENTION!
Dilarang untuk memaki atau mencaci, karna mungkin cerita ini akan semakin gila di setiap partnya!
Ditulis : 786Please respect copyright.PENANAs8nFUuEBTv
24 Oktober 2k19786Please respect copyright.PENANAaT1QktTpSZ
786Please respect copyright.PENANAolI2Rz1jMV
786Please respect copyright.PENANA1Wn6O7laX5
786Please respect copyright.PENANAcXmv6aNTSF
786Please respect copyright.PENANAKheaQQGdNZ
786Please respect copyright.PENANAEwhGRh1lIF
786Please respect copyright.PENANALrxuIfq92U
786Please respect copyright.PENANAMgqs6YraVM
786Please respect copyright.PENANAEcCjqEJ4X1
786Please respect copyright.PENANA50vPrLSb72
786Please respect copyright.PENANAICGSRbp8XJ
786Please respect copyright.PENANAj5lVB8QtJ4
786Please respect copyright.PENANAIJzm7nmIyD
786Please respect copyright.PENANA4IR1HA8soo
786Please respect copyright.PENANAa2CqCfss6j
786Please respect copyright.PENANA7rnYiSO4oj
786Please respect copyright.PENANAzso9D7YVLm
786Please respect copyright.PENANADeFTpLonIA
786Please respect copyright.PENANAstYHMXnhak
786Please respect copyright.PENANAUVRqFN6CRP
786Please respect copyright.PENANAbbArp5CRwO
786Please respect copyright.PENANACrIapfNgEF
786Please respect copyright.PENANAnRLxmC8ndO
786Please respect copyright.PENANANHcAllyLYZ
786Please respect copyright.PENANAjPvjJFOVBU
786Please respect copyright.PENANA8Mcqk9uQmI
786Please respect copyright.PENANAhQgQJZ11ev
786Please respect copyright.PENANAhxMdYdJZRP
786Please respect copyright.PENANArRvUvYGBGi
786Please respect copyright.PENANAqGMWAh8Uxq
786Please respect copyright.PENANA6aRteQHAp8
786Please respect copyright.PENANAgQCQdypkKt
786Please respect copyright.PENANAcSDqh5n4l7
786Please respect copyright.PENANANaiYzw1Gec
786Please respect copyright.PENANARKmO9MTTOv
786Please respect copyright.PENANAyZ0uo62lPM
786Please respect copyright.PENANAhh0tOMmDlt
786Please respect copyright.PENANAtnCVV4cGc1
786Please respect copyright.PENANAyA4UV56F2G
786Please respect copyright.PENANAQ90eJpaId7
786Please respect copyright.PENANAgX509IrdDk
786Please respect copyright.PENANAx1vZWj5WGj
786Please respect copyright.PENANAZeVlqUjabN
786Please respect copyright.PENANALCmIGHxjdS
786Please respect copyright.PENANAgQOgZVadTi
786Please respect copyright.PENANA3A8PmL2tcX
786Please respect copyright.PENANAtHvxJOjv0B
786Please respect copyright.PENANAeEqpzXPzsi
786Please respect copyright.PENANA02zM0jnURT
786Please respect copyright.PENANAha76aFuTU3
786Please respect copyright.PENANAQQrwblj9l3
786Please respect copyright.PENANATl1tOBu7Pd
786Please respect copyright.PENANAiCIx3ZG8kx
786Please respect copyright.PENANA4GfjBUOm2U
786Please respect copyright.PENANA5YDX273PM2
786Please respect copyright.PENANAhZNx4CmnH0
786Please respect copyright.PENANAnRazvz8mcC
786Please respect copyright.PENANA0QbY4qafY3
786Please respect copyright.PENANA665yHMYtd6
786Please respect copyright.PENANAadnVsaiRHN
786Please respect copyright.PENANABR5A7mjyPf
786Please respect copyright.PENANAGcOOOv7qy9
786Please respect copyright.PENANA9p8xegJgI8
786Please respect copyright.PENANAb70xEGpPWa
786Please respect copyright.PENANAA5GuWYs4D3
786Please respect copyright.PENANAuuoo8pPLNb
786Please respect copyright.PENANABcnbEr3haI
786Please respect copyright.PENANAHF4YiR4GJ4
786Please respect copyright.PENANAT2OFkmrE8o