Farel Bintang POV619Please respect copyright.PENANABmREJIeT57
619Please respect copyright.PENANAES0OdwiauA
Pernahkah kalian punya masa lalu yang ingin kalian lupakan? Atau kalian sering terlena dengan masa lalu tatkala teringat ketika kalian menatap hujan. Jika kalian bertanya padaku, aku akan menjawab bahwa aku akan melupakan masa laluku. Masa laluku tidak seperti orang pada umumnya. Banyak lika-liku dan tampak abu-abu. Terlalu banyak kesalahan yang telah kuperbuat.
619Please respect copyright.PENANArVNLZuBkjh
Aku dulu pernah punya kekuasaan. Semua orang tunduk dan menghormatiku. Tetapi kenapa hal seperti itu yang ingin kulupakan? Bukannya enak apabila kita bisa mendapatkan semuanya. Selalu ada Rahasia di balik cerita. Tidak kubiarkan seseorangpun yang dapat mengentahuinya. Biarlah ia terpendam oleh kenangan baruku yang lebih baik.
619Please respect copyright.PENANA94YcbTCtNq
Kembali ingatan itu terputar olehku. Seseorang mengejarku dengan ganasnya. Bisa kuhitung berapa orang yang berusaha mengejarku. Teman-temanku juga mengikutiku di belakang, mengikuti di mana tempat terbaik untuk lari dari mereka.
619Please respect copyright.PENANAlUxRp2qyOE
"Woi, jangan lari kau!" teriak mereka di belakang.
619Please respect copyright.PENANAcNlly8CLhH
"Cepat, jangan sampai kita dapat." Kata temanku sambil melihat ke belakang. Tampak jelas olehku wajah pemberani tak kenal takut itu dipenuhi oleh peluh berlari.
619Please respect copyright.PENANAZyFGQOJqzl
"Ayo!" kataku memberikan semangat pada kedua teman yang mengikuti di belakangku.
619Please respect copyright.PENANARJQYFLH5QK
Akhirnya tempat yang kami tuju telah terlihat. Gedung tak jadi itu akan jadi tempat akhir dari pelarian kami ini.
619Please respect copyright.PENANA0iPUpaT8ts
Kedua temanku berteriak, "Woi, kami sampai." Aku tersenyum saat teman-temanku yang lain membalas senyumku di sana. Belasan murid itu siap tuk memberikan perlindung kepada kami yang sedang dikejar.
619Please respect copyright.PENANASGy3CIAwGq
Aku menunduk penat. Bajuku basah oleh peluh yang keluar. Nafasku sungguh tidak beraturan lagi, seakan ingin pingsan dan terbaring di tanah berumput ini.
619Please respect copyright.PENANAxHj0Co6slW
"Ga apa-apa, kau udah sampai di sini. Sekarang biar kami yang mengatasinya." Salah satu temanku menepuk pundakku.
619Please respect copyright.PENANAfgnF4NWOpm
Aku mengangguk mengerti lalu berputar balik menatap kelima orang yang mengejar kami tadi. Tampak wajah takut mereka menatap kami yang berjumlah belasan orang.
619Please respect copyright.PENANA5WqW177oPH
"Awas kau, ya, kita belum selesai!" teriak salah satu dari mereka.
619Please respect copyright.PENANANI3BMwIR82
Aku tidak memerdulikannya. Mereka tidak tahu siapa aku. Perlahan tapi pasti, mereka meninggalkan kami.
619Please respect copyright.PENANAACemMyLDWo
Sebuah handphone yang kupegang menjadi alasan kami dikejar oleh mereka. Di ujung mataku, tegak seorang anak berkacamata menyandang tas ranselnya. Baju SMP yang ia pakai tampak rapi seperti anak-anak baik pada umumnya. Badannya cukup tinggi, namun nyalinya tidak menyamai dengan postur tubuhnya.
619Please respect copyright.PENANALg7N4z0KMo
"Hei, ini punya kau. Kami hampir mati hanya karena mengambil ini dari tangan mereka. Sebaiknya jaga biar nggak dicuri mereka lagi." Aku menyerahkan handphone yang ada di tanganku.
619Please respect copyright.PENANApgfBAfFuTP
"Baiklah,terima kasih," ucapnya. Nadanya sedikit bergetar. Wajahnya seperti takut kepadaku.
619Please respect copyright.PENANAMxz8Bi5oYN
"Hahahaha, iya sama-sama. Kau juga teman sekolah kita. Wajib dibantu. Yaudah, pulang sana. Kalian juga," kataku pada belasan temanku yang lainnya.
619Please respect copyright.PENANA6yZRapZwgb
"Baik Boss!" jawab mereka. Aku hanya tertawa mendengar panggilan mereka padaku. Sebenarnya aku tidak terlalu suka dipanggil seperti itu. Bagiku kami semua sama, tak ada yang menjadi pemimpin di sini.
619Please respect copyright.PENANAwlPw3tSO4X
Mereka semua meninggalkanku. Aku tetap di situ memandang langit mendung yang bergerak perlahan. Angin terasa begitu kuat menerpa wajahku. Titik demi titik gerimis mulai membasahi tanah. Aku menunggu momen ini.
619Please respect copyright.PENANAe6cQJDHnA1
"Anu, Siapa nama kau?" tanya anak yang tadi kutolong. Aku menoleh padanya. Wajahnya cukup tampan, namun pembawaannya terlihat sedikit culun.
619Please respect copyright.PENANAKDIx6cO4fq
"Apakah itu penting bagi kau?" kataku sambil menadah tangan berusaha menampung hujan gerimis yang turun.
619Please respect copyright.PENANAu0Y3AB26K4
"Tidak, aku hanya bertanya. Aku sangat berterima kasih. Sedang apa kau?" tanya anak itu lagi.
619Please respect copyright.PENANAJ8edMqUWdP
Aku menarik nafas lalu menghembuskannya kembali. Aku senang ketika di tanya apa yang sedang aku lakukan.
619Please respect copyright.PENANAdS5bNLWnkl
"Menunggu rinai hujan," jawabku. Mataku semakin berbinar menatap awan yang semakin gelap ingin menumpahkan tangisannya.
619Please respect copyright.PENANAHyZH06rAl8
"Namaku Azka. Aku hanya ingin berteman dengan kau. Aku pulang dulu," pamitnya lalu pergi. Aku menatap pundaknya yang lebar.
619Please respect copyright.PENANAaJ8DOnk8vZ
"Hai anak baru, namaku Farel. Kalau ada yang masih berani mengganggu kau, bilang saja padaku karena kau sekarang temanku," kataku sambil tersenyum.
619Please respect copyright.PENANAqKq2ahAxYx
"Oh iya, badan kau cukup tinggi. Aku sarankan kau untuk aktif di basket SMP kita," kataku lagi. Ia tampak membalas senyumku. Ia berlari menghindari hujan, sementara aku di situ menatap ke atas memeluk hujan. Baru kali itu seseorang memintaku menjadi temannya.
619Please respect copyright.PENANA0I7z2D7ABZ
619Please respect copyright.PENANAMIewgmEk4H
619Please respect copyright.PENANANErtPDJjKF
619Please respect copyright.PENANAiJgniXFBHB
619Please respect copyright.PENANAefESXHTURx
619Please respect copyright.PENANAisDssO5g0A
619Please respect copyright.PENANAplkcY7zdOa
619Please respect copyright.PENANAVUgcY9IxIK
619Please respect copyright.PENANApvhKCA4NAd
619Please respect copyright.PENANA5emwX1T8aM
619Please respect copyright.PENANAn3tnzpsUGB
619Please respect copyright.PENANAzNjjUdDqE6
619Please respect copyright.PENANADwBeJfsSTk
619Please respect copyright.PENANAsb0qB52kwC
619Please respect copyright.PENANAzyBz8Q7eDR
619Please respect copyright.PENANASo7g5HTAOt
619Please respect copyright.PENANA6GfmGpH2gE
619Please respect copyright.PENANALfpUsltjVn
619Please respect copyright.PENANAAJK0aN6YOo
619Please respect copyright.PENANAbla4u75Nwx
619Please respect copyright.PENANAiFHda1Gd74
619Please respect copyright.PENANAiz4T70Tn82
619Please respect copyright.PENANAcNNzykOCDD
619Please respect copyright.PENANACq3OgQeb1Q
619Please respect copyright.PENANAeXnupAQcs4
619Please respect copyright.PENANAP8tM6ROaEl
619Please respect copyright.PENANAbdLB45E4fe
Aku kembali lagi ke masa sekarang yang lebih datar bagiku. Terdengar olehku riuh suara murid laki-laki tanpa henti. Sayup-sayup mataku menatap ke depan. Wali kelasku sudah datang, namun berani-beraninya mereka ribut seperti ini, kecuali laki-laki yang hanya berjarak satu bangku kosong di sebelah kananku. Ia hanya memasang tampang cool.
619Please respect copyright.PENANApqMIb7c6bR
Aku segera membenarkan pandanganku. Di samping Wali Kelasku berdiri seorang wanita. Aku menatap mata bulatnya yang menggemaskan. Bulu matanya lentik lengkap dengan alis tebalnya. Kedua sudut bibirnya melebar membentuk senyum. Pancara manis dari wanita di depan itu tidak bisa kuelakkan. Ia menatapku dan tersenyum dengan ringannya. Aku mengenal wanita itu. Itu wanita bergitar tadi pagi.
619Please respect copyright.PENANApMxSSORMU3
"Hai semua, namaku Alvia," katanya memperkenalkan diri. Tatapannya masih tertuju kepadaku.
619Please respect copyright.PENANAb3k6j0I9fl
"Alvia, nanti kamu bisa berkenalan dengan mereka semua. Sekarang silahkan duduk," kata Wali Kelas.
619Please respect copyright.PENANA9iFRbilr3K
Langkahnya yang lambat menuju ke meja. Ia tersenyum padaku sekali lagi, namun itu membuatku salah tingkah.
619Please respect copyright.PENANApIrQehPnSz
"Kau, kan?" tanyaku.
619Please respect copyright.PENANABh6Sa3SH1J
"Iya, benar." Ia seketika menjulurkan tangannya padaku. "Namaku Alvia. Namamu siapa?"
619Please respect copyright.PENANAAaF28kBwDC
Tak ada ekspresi berarti dariku. Aku tak menggapai tangannya. kubiarkan sampai ia menarik tangannya sendiri.
619Please respect copyright.PENANAMG7m2ACmBl
"Oh, kamu belum mau memberitahukan namamu, ya? Semoga kita berteman." Ia mengulum senyum.
619Please respect copyright.PENANAUzOvGMO56c
Dibalik senyumnya, kulihat tatapan datar dari orang di sampingnya. Itu lelaki yang sama ketika tatapan itu terlihat saat ia sedang bermain basket tadi pagi. Tatapan yang mengandung kebencian. Seakan ingin menghantamku dengan keras.
619Please respect copyright.PENANAFsZoPHSBFl
Ia benar-benar membenciku.
619Please respect copyright.PENANA60sqg9gXME
***
619Please respect copyright.PENANA1xjCywljVR
ns 172.70.179.64da2