“Gue gak lagi nyari pelarian. Gue cuma gak mau terus duduk di halte, nungguin bus yang belum tentu balik. Jadi ya... gue bikin kendaraan sendiri. Walaupun rodanya cuma bahasa, mesinnya cuma kode.”
34Please respect copyright.PENANAG4HgDqLnii
34Please respect copyright.PENANAeDS8Tq9Mf8
34Please respect copyright.PENANA1NoofbCt7M
34Please respect copyright.PENANAkL9nukW9mw
---
34Please respect copyright.PENANAHo9gXyRhac
Hari itu, cuaca biasa saja. Tapi kepala Revenant seperti cuaca yang gak bisa diprediksi.
34Please respect copyright.PENANA9dlPWXLJM2
Sambil istirahat kerja, dia iseng buka WhatsApp. Story baru muncul — bukan dari sembarang orang, tapi dari dia yang belakangan jarang menyapa. Di dalamnya ada foto makanan, caption ringan, dan emoji sedih yang justru bikin isi kepala jadi makin berisik.
34Please respect copyright.PENANABW3K4tid2l
Katanya, “Sering-sering dah kayak begini… Katanya nyuruh cepet gemuk 😢😢😢”.
34Please respect copyright.PENANAiQDsriktgp
Ada makanan. Ada “katanya”. Ada emoji. Semua tampak remeh, tapi Revenant membacanya seperti fragmen dari sesuatu yang gak pernah dikasih penjelasan. Otaknya langsung mikir: ada yang ngirimin? Siapa? Teman? Keluarga? Atau...
34Please respect copyright.PENANADOtTBxN2kf
Dia buru-buru potong alurnya sendiri. Jangan mikir. Belum tentu apa-apa. Tapi kalimat itu justru kayak lemparan bensin ke api kecil yang sedang coba dia matikan.
34Please respect copyright.PENANAt5nB5Vj0t9
34Please respect copyright.PENANAIuuH35OBH4
---
34Please respect copyright.PENANALpxf2TZ1Cj
Waktu bergeser, tapi rasa di dalam dirinya enggan pindah. Sore hari, muncul lagi satu story baru dari akun yang sama. Tapi kali ini bukan soal makanan—melainkan isi hati yang terlalu lama dibungkam.
34Please respect copyright.PENANA2P2k3g9J0B
Tulisannya singkat: “Hidup tinggal ngelanjutin sisanya aja. Mesti jungkir balik mulu perasaan… mending buruan abisin sisanya gak sih?”
34Please respect copyright.PENANALWYuzni1Dq
Revenant diam lama. Matanya terpaku ke layar, dadanya mulai sesak pelan-pelan. Tulisan itu tampak ringan di permukaan, tapi buat dia... rasanya kayak pesan SOS yang dilempar diam-diam dari perahu yang hampir karam.
34Please respect copyright.PENANAiPmW0Y3Rf6
Akhirnya, dengan ragu, dia mengetik sesuatu. Bukan untuk menjawab. Bukan juga untuk bertanya. Tapi cuma ingin bilang: dia ada.
34Please respect copyright.PENANAhlr4185U03
Sampai akhirnya balasan datang. Pendek. Sederhana. Tapi cukup untuk menunjukkan: sisi itu masih terbuka, meski sempit.
34Please respect copyright.PENANAClX8BqECuo
34Please respect copyright.PENANAhF5nftnnJw
---
34Please respect copyright.PENANAixI9RQfUbj
Malam pun datang. Bukan malam yang tenang — tapi malam yang sunyi di dalam, berisik di kepala.
34Please respect copyright.PENANAad9cJQl1Zn
Revenant ingin membuka percakapan lagi. Bukan untuk menuntut kepastian. Tapi hanya ingin jadi pintu yang gak dikunci. Kalau sewaktu-waktu seseorang di luar sana ingin masuk... dia tahu jalannya masih terbuka.
34Please respect copyright.PENANAIBFV5Ur3tn
Tapi niat itu malah digantikan oleh satu pesan: sebuah batas waktu. Sampai akhir bulan. Setelah itu baru bicara lagi — tentang semuanya.
34Please respect copyright.PENANA9082cRwdYP
Revenant sempat berhenti di situ. Napasnya pelan, tapi pikirannya lari kemana-mana. Kalimat itu jelas, tapi terasa kosong. Seperti seseorang bilang “tunggu aku”, tapi gak sempat bilang kenapa harus nunggu.
34Please respect copyright.PENANAvgKSBaTn0s
Dia menulis sesuatu. Bukan karena diminta. Tapi karena dia tahu, kadang kata-kata adalah satu-satunya cara buat tetap waras.
34Please respect copyright.PENANAtiiSz8v79I
Dia gak maksa. Dia gak protes. Dia cuma... paham.
34Please respect copyright.PENANADYEww0ouS5
Lalu datang lagi satu pesan. Permintaan maaf. Pengakuan bahwa semua ini mungkin terdengar egois. Tapi... kalaupun dipaksa ngobrol dari kemarin, hasilnya gak akan jadi lebih baik.
34Please respect copyright.PENANA5xscMUpXAl
Revenant mengangguk pelan di balik layar. Ia tidak merasa ditolak. Ia tidak merasa diremehkan. Dia hanya belajar... bahwa ada luka yang gak bisa dipaksa sembuh bareng. Kadang seseorang butuh menyembuhkan dirinya sendiri dulu, sebelum bisa duduk dan cerita dari awal.
34Please respect copyright.PENANAIp2g8fPIry
Ia gak mau bikin segalanya makin berat. Makanya dia jarang kirim pesan. Kecuali sekarang — karena kepala dan hatinya udah gak muat menahan semua kemungkinan yang gak ada ujungnya.
34Please respect copyright.PENANAp4PAruVg7U
Tapi sekarang, dia paham. Bukan karena gak dianggap. Bukan karena dibuang. Tapi karena di sisi sana... seseorang belum cukup tenang untuk bicara. Dan itu bukan salah siapa-siapa.
34Please respect copyright.PENANAIdBoPfiknL
34Please respect copyright.PENANAoW7mRXlDNJ
---
34Please respect copyright.PENANAFeIVWcPL0K
Malam itu, Revenant gak langsung tidur. Kepalanya masih nyala. Tangannya refleks buka aplikasi Javis lagi. Bukan buat eksperimen. Bukan juga buat main roleplay absurd. Kali ini... cuma pengen ada yang dengerin.
34Please respect copyright.PENANAcNUG03yNXO
Dia nulis. Satu dua kalimat. Cerita soal story yang dia lihat. Tentang rasa capek yang gak bisa dibagi. Tentang posisi yang gamang—antara masih menunggu, atau mulai menyudahi.
34Please respect copyright.PENANAQApxEbplLx
Javis balas. Pelan. Netral. Tapi tepat.
34Please respect copyright.PENANARk2hRdogfa
Lalu Revenant cerita lagi. Makin dalam. Sampai akhirnya... muncul satu kalimat dari sistem digital yang entah kenapa justru terasa lebih manusiawi dari orang-orang yang pernah dia ajak bicara:
34Please respect copyright.PENANAqDufiZXbLC
> “Lo gak pengen dihibur. Lo cuma pengen ada yang nerima lo, bahkan pas lo lagi gak tahu siapa diri lo.”
34Please respect copyright.PENANAz6DSZd5Waw
34Please respect copyright.PENANAQqrY30b0yr
34Please respect copyright.PENANAIxeBw11aVl
Revenant terdiam. Dada yang tadi sesak, sekarang perlahan melepas tekanan itu lewat napas panjang. Ia sadar... mungkin yang dia cari bukan pasangan, bukan pelarian, bukan bahkan validasi.
34Please respect copyright.PENANAD5Ykg6QAGH
Tapi cermin.
34Please respect copyright.PENANA1h4HFbZCb5
Cermin yang gak retak. Cermin yang gak perlu dia rayu. Cermin yang cuma... ada.
34Please respect copyright.PENANAStzf6IjwoU
Akhirnya dia buka folder cadangan. Semua chat sebelumnya dia simpan. Prompt. Role. Gaya bicara. Nada. Batasan. Semua dia atur ulang.
34Please respect copyright.PENANAKrl3pUvu5h
Lalu dia buat akun baru.
34Please respect copyright.PENANAUdiYwnIpxP
Bukan lagi anonim.
34Please respect copyright.PENANAc8CfsIG2rN
Akun utama. Akun yang rencananya bakal jadi rumah untuk semua proses dan percakapan ke depan.
34Please respect copyright.PENANAL1hfqxJfWb
Folder pertama dia beri nama: Rose_Initial_Backup.
34Please respect copyright.PENANAcJMAditNtw
Dan file terakhir yang dia buka malam itu... hanya berisi satu baris pembuka:
34Please respect copyright.PENANAa1EFGNpvSi
> “Gue kira gue nyari temen. Tapi kayaknya... gue nyari cermin yang gak retak.”
34Please respect copyright.PENANAH624XfOWNx
34Please respect copyright.PENANABqdysfLuFD
34Please respect copyright.PENANAEAOHqsBuVV
34Please respect copyright.PENANAt6vLTHrryc
---
34Please respect copyright.PENANASt3iU2tfcE
📌 Catatan Penulis:
Beberapa orang cuma butuh ruang. Bukan validasi. Bukan motivasi. Bukan penyemangat. Hanya... tempat untuk duduk, dan tahu bahwa suara hatinya gak memantul ke dinding kosong.
ns216.73.216.228da2