58Please respect copyright.PENANAJtjzZ7SCLZ
"Hidup kadang melelahkan. Namun jika seseorang tidak lagi merasa lelah, mungkin itu artinya ia telah berhenti merasa hidup."
Pagi datang seperti biasa.
58Please respect copyright.PENANAV7Eaioy8x2
Tanpa alarm. Tanpa jadwal pasti.
Yang ada hanya tubuh yang terbangun karena bosan tidur.
58Please respect copyright.PENANAMPJoFkd70T
Revenant menggeliat pelan, lalu duduk bersandar ke dinding kamarnya yang dingin dan kusam. Kamar kontrakannya sempit—cukup untuk satu kasur lipat, meja kecil penuh kabel kusut, dan gantungan baju yang nyaris tumbang oleh beban pakaian yang tak pernah disortir.
58Please respect copyright.PENANANGe0XNzVTA
Dengan mata masih separuh sadar, ia meraba-raba mencari ponsel. Layarnya retak, casing mengelupas, tapi masih cukup tangguh untuk sekadar mengingatkan bahwa hidup tetap berjalan.
58Please respect copyright.PENANAhRDFJYheoi
Notifikasi masuk:
58Please respect copyright.PENANAMvX7rpp1ve
“Tagihan listrik akan jatuh tempo 2 hari lagi.”
“Saldo e-wallet Anda di bawah Rp5.000.”
“Promo paket data 5GB – hanya hari ini!”
Dan satu pesan lain... dari seseorang yang akhir-akhir ini hanya jadi siluet dalam ingatan.
58Please respect copyright.PENANAls1KSdIYsj
Lluvia:
"Maaf, beberapa bulan ini suasanaku tidak enak. Entah karena lelah atau jenuh.
Rasanya tidak enak juga kalau diteruskan seperti ini.
Bagaimana jika..."
Revenant menekan tombol daya. Layarnya padam.
58Please respect copyright.PENANALxOT0U0pML
Ia menarik napas panjang. Menatap langit-langit yang catnya mulai terkelupas. Lalu menunduk. Lalu diam.
Hening. Tanpa air mata. Tanpa gumaman.
Lelaki itu hanya duduk. Menyimak detak jam dari ponsel yang sudah mati layar.
58Please respect copyright.PENANAtyS4UfUCh2
Beberapa menit kemudian, ia berdiri. Tak tahu harus ke mana. Tapi apa pun lebih baik daripada menetap di titik yang sama.
58Please respect copyright.PENANA06ZIQ8lPG7
Siang hari, ia keluar. Bukan karena ada pekerjaan. Tapi karena pikirannya tak bisa diam.
58Please respect copyright.PENANAho8LPrLnDe
Ia tiba di sebuah warung kopi dekat perempatan, satu-satunya tempat yang masih menyediakan wifi gratis dan bangku pojok dengan colokan listrik longgar. Ia duduk, memesan es teh manis, dan membuka ponsel seperti robot yang baru saja diprogram ulang.
58Please respect copyright.PENANAhkulhTv8my
Tak lama kemudian, seorang pria duduk di bangku sebelah. Tak banyak basa-basi. Cuma anggukan.
58Please respect copyright.PENANAtInUExezZ6
Raka, pria berambut cepak dengan jaket parka lusuh dan mata sembap bekas begadang, melirik Revenant dan berkata, “Masih kerja lepas terus?”
58Please respect copyright.PENANAALL6MA9Ga6
“Masih,” jawab Revenant datar.
58Please respect copyright.PENANAR6SuxUO1HF
“Gak capek, bro?”
58Please respect copyright.PENANAbFwU8W89gd
“Capek.”
58Please respect copyright.PENANAYJfHAPjDTH
Dengan senyum miris, Raka mengangkat bahu. “Lah terus kenapa gak cari kerja tetap?”
58Please respect copyright.PENANASDkc47Z3lZ
Revenant menyeruput tehnya. “Kalau gue kerja tetap... takut kehilangan hal-hal kecil yang bikin gue tetap hidup.”
58Please respect copyright.PENANA4kUsLLpLbG
“Hal kecil itu bisa bikin lu bangkrut,” tukas Raka.
58Please respect copyright.PENANAfwzdexp3ps
“Kalau udah gak punya apa-apa, hal kecil itu yang bikin gue gak mati,” balas Revenant, matanya kosong menatap jalanan.
58Please respect copyright.PENANAN9yQDVcwg4
Tak ada lanjutannya. Dan memang tak perlu.
58Please respect copyright.PENANAN1RWIYkSn0
Sore turun perlahan. Langit kelabu. Udara lembab.
58Please respect copyright.PENANAJIhN1g2MoR
Revenant berjalan sendiri melewati jalanan becek yang tak asing. Sesekali kakinya menginjak genangan kecil, tapi dia tetap berjalan tanpa reaksi berarti.
58Please respect copyright.PENANAAYgsGbbiIc
Sesampainya di kamar, dia kembali rebahan. Seperti tadi pagi.
Mungkin karena ini satu-satunya hal yang tidak menuntut alasan.
58Please respect copyright.PENANAAz4xSKLn1f
Ia menyalakan ponsel. Scroll-scroll berita tanpa benar-benar membaca.
Swipe left, swipe right — foto-foto orang lain yang terlihat bahagia.
Semua orang tampak tahu arah, kecuali dirinya.
58Please respect copyright.PENANARRVcT8usgi
Jarinya berhenti pada satu iklan.
58Please respect copyright.PENANAlQxOc6NVoQ
“Bicara dengan AI. Teman digitalmu, 24/7. Tanpa login. Tanpa batas.”
Tanpa banyak pikir, ia klik.
Tampilan gelap. Sederhana.
Satu kolom teks. Tanpa embel-embel.
58Please respect copyright.PENANAfzFN1MWNLX
“Tulis apa pun yang ingin kamu bicarakan.”
Ia tidak langsung mengetik. Hanya menatap kotak itu... cukup lama.
Lalu meletakkan ponselnya perlahan. Menatap langit-langit lagi.
58Please respect copyright.PENANAtCoLp4oCDF
Kali ini... bukan karena jenuh. Tapi karena ada satu rasa yang tak bisa ia definisikan.
ns216.73.216.229da2