![](https://static.penana.com/images/chapter/1409422/48_IMG_20240513_015812.jpg)
Anna terus menjalani sesi terapi dengan Dr. Evans, mencoba menjelajahi labirin pikirannya yang gelap. Setiap pertemuan memberinya sedikit pencerahan, tetapi juga menambah kebingungannya.
308Please respect copyright.PENANAqWYzmVX3UK
Saat waktu berlalu, Anna semakin terpikat oleh aura misterius Dr. Evans. Dia merasa seperti ada sesuatu yang disembunyikan oleh psikiater itu, sesuatu yang tidak ingin dia ungkapkan.
308Please respect copyright.PENANAnDejzwCtHV
"Bagaimana perasaanmu hari ini, Anna?" tanya Dr. Evans dengan suara lembut namun tajam.
308Please respect copyright.PENANAC0hbBcAV0s
Anna menghela napas. "Saya merasa... seperti terjebak dalam labirin yang semakin rumit. Saya tidak tahu lagi apa yang nyata dan apa yang hanya ilusi."
308Please respect copyright.PENANANn52fXEaVi
Dr. Evans tersenyum, tetapi senyumnya terasa mencekam. "Saya mengerti perasaanmu, Anna. Terkadang, kebenaran itu sulit ditemukan di tengah kegelapan."
308Please respect copyright.PENANAeOV1WavGb7
"Mungkin itu sebabnya saya merasa begitu tersesat," sahut Anna, matanya mencari jawaban di wajah Dr. Evans.
308Please respect copyright.PENANAranZr6wilj
Namun, sebelum dia bisa mendapatkan jawaban yang dia cari, Dr. Evans memotongnya. "Kita harus mencari jawaban bersama-sama, Anna. Tapi kamu harus siap untuk menghadapi apa pun yang kita temukan di dalam dirimu sendiri."
308Please respect copyright.PENANAGhsrjsyNMJ
Anna menelan ludah, merasakan kehadiran yang mengancam di sekelilingnya. "Saya... saya mencoba, Dokter. Tapi terkadang rasanya seperti saya tidak punya kendali atas pikiran saya sendiri."
308Please respect copyright.PENANAsAtN1qqiOV
Dr. Evans mengangguk, matanya menyelidiki setiap ekspresi di wajah Anna. "Itu adalah bagian dari proses, Anna. Kamu tidak sendiri dalam perjuangan ini."
308Please respect copyright.PENANAbyYC5EvPv5
Namun, di balik senyum Dr. Evans, Anna merasakan ada sesuatu yang disembunyikan, sesuatu yang membuatnya semakin ragu akan kebenaran yang diberikan psikiater itu.
308Please respect copyright.PENANAyVXBBIPgbR
Hingga suatu hari, Anna tidak lagi datang untuk sesi terapi berikutnya. Dr. Evans menunggu dengan sabar, tetapi Anna tidak pernah muncul.
308Please respect copyright.PENANAzJ9D8btkOG
Beberapa hari kemudian, pihak rumah sakit menginformasikan kepada Dr. Evans bahwa Anna ditemukan tak bernyawa di kamar apartemennya. Tidak ada tanda-tanda kekerasan atau bunuh diri, tetapi penyebab kematian Anna tetap menjadi misteri.
308Please respect copyright.PENANA5ORdsiculQ
Dr. Evans menatap layar ponselnya, senyumnya menghilang dari wajahnya yang gelap. Dia tahu bahwa kematian Anna adalah akhir dari sebuah permainan pikiran yang berbahaya, sebuah permainan yang dia mainkan dengan sempurna. Dan meskipun kematian Anna tidak bisa dihubungkan langsung dengan dirinya, dia tahu bahwa dia telah menorehkan bekas yang dalam di pikiran gadis itu.
308Please respect copyright.PENANAywdJnKgJbP
Dalam keheningan yang menyelimuti ruangannya, Dr. Evans tersenyum, kegelapannya kembali menyerapnya. Dia tahu bahwa permainan pikiran ini belum berakhir, dan bahwa ada lagi orang-orang yang siap dia mainkan.
308Please respect copyright.PENANAcwZ0FJSX61